Liputan6.com, Jakarta - Sebagai salah satu dari lima destinasi super prioritas di Indonesia, geliat pariwisata di Likupang jika dibandingkan dengan empat destinasi lainnya yaitu Borobudur, Danau Toba, Mandalika, dan Labuan Bajo terkesan masih belum ramai dan terkesan biasa saja. Likupang yang berada di Minahasa Utara, Sulawesi Utara ini bahkan disebut-sebut masih sepi dari investasi. Benarkah para investor masih enggan untuk menyuntikkan dana mereka di Likupang?
Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), seiring ditetapkannya Likupang sebagai salah satu Detinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) sejak Juli 2019 lalu, pembangunan DPSP Manado-Likupang gencar dilakukan mulai dari penyiapan destinasi, infrastruktur, hingga mendorong peningkatan investasi.
Baca Juga
Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM dengan pendekatan nilai investasi di Sulawesi Utara, tahun 2019 nilai investasi mencapai 12,69 juta dolas AS dan tahun 2022 meningkat menjadi 92,20 juta dolar AS. Pada periode Januari-Maret 2023, capaian nilai investasi di Sulawesi Utara mencapai 21,91 juta dolar AS.
Advertisement
Investasi yang ada di Likupang didominasi oleh penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Utara, tahun 2021 terdapat 24 hotel dengan klasifikasi 5 hotel bintang dan 19 non bintang serta 107 restoran.
Salah satu hotel bintang 4 yang cukup popular di Likupang yaitu Paradise Hotel Golf & Resort serta saat ini dalam tahap pembangunan hotel bintang 5 yaitu Hotel Marriott Likupang di Desa Paputungan Minahasa Utara. Untuk transportasi Bandara Sam Ratulangi menuju Likupang, terdapat dua alternatif yaitu Bus Damri dan rental mobil.
"Dengan melihat kondisi saat ini, diperlukan dorongan lebih untuk memacu investasi di Likupang. Selain investasi pada infrastruktur, penyediaan akomodasi, dan makan minum, investasi yang diperlukan terkait dengan penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi seperti taman rekreasi, theme park maupun penyediaan daya tarik wisata," terang Rizki Handayani Mustafa selaku Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf pada Liputan6.com, Jumat, 7 Juli 2023.
"Investasi pada proyek konservasi dan pariwisata berkelanjutan akan membantu memelihara keindahan dan kelestarian alam Likupang untuk jangka panjang. Hal ini juga sedang digagas oleh Badan Usaha Pembangun dan Pengelola (BUPP) Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang melalui pengembangan wallacea conservation Licoupang," tambahnya.
Investasi di KEK Likupang
Disamping itu, Rizki menambahkan, investasi dalam pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia pariwisata lokal juga sangat penting untuk membantu meningkatkan kualitas layanan dan pengalaman wisatawan, seperti pelatihan tentang keramahan, kebersihan, keahlian bahasa, dan pengetahuan lokal.
Saat ini pemerintah telah menyusun dokumen Integrated Tourism Master Plan (ITMP) Likupang yang akan dijadikan acuan bagi Pemerintah Pusat melalui Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, dalam melaksanakan tahapan pengembangan pariwisata di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Manado-Likupang dengan prinsip pariwisata berkelanjutan yang selaras dengan perkembangan regional secara keseluruhan
KEK Likupang ini diharapkan menjadi lokomotif dalam pembangunan ekonomi regional dengan menawarkan peluang investasi yang mengusung konsep ecotourism berbasis konservasi didukung program utama diantaranya circular economy, conservation, social infrastructure, dan ecotourism. "Berinvestasi di KEK, memiliki banyak fasilitas dan kemudahan baik itu berupa fiskal maupun nonfiskal sesuai yang tercantum pada PP No.40 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan KEK," jelas Rizki.
Sementara itu menurut pelaku pariwisata, salah satu PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), Likupang secara perlahan sudah mulai berkembang khususnya dalam rangka memperbaiki kualitas destinasi, baik dari segi infrastruktur seperti jalan maupun bandara serta komponen-komponen penting lainnya yang dibutuhkan dalam membangun destinasi pariwisata.
Advertisement
Berharap Pemerintah Pusat Konsisten
Potensi pariwisata yang dimiliki Likupang juga harus dilengkapi dengan berbagai hal agar dapat menarik dan berdaya saing. Menurut Maulana Yusran selaku Sekjen PHRI, akomodasi seperti hotel dan restoran sebagai salah satu pendukung destinasi juga masih banyak dibutuhkan guna mendukung pariwisata di Likupang.
"Kami di PHRI mengusulkan perbaikan fasilitas prasarana pariwisata, pengembangan SDM, mencari investor dan promosi yang masf masih harus terus dilakukan agar Likupang sebagai destinasi dapat terus dikenal dan berkembang pariwisatanya," jelas pria yang biasa disapa Alan ini pada Liputan6.com, Sabtu, 8 Juli 2023.
PHRI pun berharap pemerintah pusat konsisten dalam pembangunan pariwisata, hal itu sangat dibutuhkan karena sebagai destinasi baru sudah tentu tidak mudah berkembang tanpa bantuan pemerintah pusat.
"Kekuatan anggaran Pemerintah Daerah menjadi persoalan umum dalam mengembangankan destinasi pariwisata di daerah khususnya destinasi-destinasi super prioritas, jadi peran pemerintah pusat tetap sangat dibutuhkan dalam pemgembangan pariwisata termasuk di Likupang," tutur Alan.
Potensi Likupang memang diakui sejumlah pihak tapi ada sejumlah faktor yang masih jadi penghalang untuk bisa berkembang terutama bila dibandingkan dengan DSP lainnya. Tak hanya faktor teknis seperti akomodasi dan transportasi yang dinilai masih belum banyak, faktor non-teknis juga punya peranan penting.
Belum Ada yang Ikonik di Likupang
Menurut pengamat pariwisata Robert Alexander Moningka atau akrab disapa Bob, salah satu kekurangan Likupang adalah tidak punya sesuatu yang ikonik meski punya banyak pantai yang indah.
"Kalau Danau Toba kan sudah ikonik banget dan lekat dengan Sumatra Utara, Borobudur ya semua orang sudah tahu karena terkenal dengan candinya, Labuan Bajo dikenal luas lewat Komodo lalu Mandalika dengan sirkuitnya yang menggelar ajang balap motor dunia dan punya tiga gili di Lombok yang sudah mendunia," tutur Bob pada Liputan6.com, Jumat, 7 Juli 2023.
"Kalau Likupang sayangnya belum punya sesuatu yang ikonok dan dikenal luas. Mereka memang punya banyak pantai indah, tapi di daerah lain kan juga ada pantai-pantai yang indah. Jadi masih harus dicari apa yang bisa membuat Likupang ini istilahnya bisa ‘dijual’ dan bisa menarik banyak wisatawan yang tentunya bisa mengundang banyak investot," sambungnya.
Pria yang menjabat sebagai Ketua Umum ITLA (Indonesian Tour Leaders Association) ini juga melihat tidak ada event besar yang berkelas internasional menjadi faktor lainnya yang membuat kunjungan atau minat wisatawan baik lokal maupun mancanegara masih sangat kurang.
Advertisement
Event Kelas Dunia di Likupang
Berbagai kekurangan itu sebenarnya, menurut Bob yang kebetulan berasal dari Sulawesi Utara, sudah bisa dijumpai di daerah lain yang tidak jauh dari Likupang.
"Untuk wisata pantai atau bahari misalnya, selama ini pamor Bunaken sudah dikenal luas bahkan sampai ke seluruh dunia dan sudah identik dengan Sulawesi Utara, sudah ikonik banget. Di Likupang belum ada, yang seperti itu meski pantainya memang banyak yang bagus tapi tidak ada yang ikonik," kata Bob.
Di sisi lain, event besar dan berkelas internasional justru ada di Tomohon yaitu Festival Bunga Tomohon atau Tomohon International Flower Festival, sebuah rangkaian acara seni-budaya berskala internasional yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Tomohon.
"Likupang harus punya event besar yang diadakan secara konsisten dan semakin lama semakin disukai dan dikenal luas seperti Festival Bunga Tomohon. Jadi Likupang sebaiknya membuat berbagai event yang sekiranya bisa dikenal luas dan identik dengan Likupang dan itu semua perlu waktu yang tidak sebentar untuk bisa mewujudkannya," tutup Bob.