Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Belanda terus melanjutkan rencana untuk membatasi jumlah penerbangan di Bandara Schiphol. Mulai tahun depan, mereka menerapkan batasan tahunan mengenai jumlah pesawat yang dapat lepas landas dan mendarat dalam upaya mengurangi polusi suara dan emisi gas rumah kaca.
Mengutip dari Euronews, Jumat (8/9/2023), industri penerbangan sangat menentang pembatasan yang akan berlaku pada 2024 sambil menunggu persetujuan Komisi Eropa. Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) menyebut tindakan tersebut "tidak bertanggung jawab" dan memperingatkan akan ada konsekuensi yang bisa terjadi pada perekonomian Belanda.
Advertisement
Baca Juga
Kelompok lingkungan hidup mengatakan maskapai penerbangan harus menerima bahwa era "pertumbuhan tak terkendali" telah berakhir. Mereka meminta untuk berhenti menentang batasan jumlah penerbangan tahunan dan mulai membentuk masa depan dengan jumlah penerbangan yang lebih sedikit.
Advertisement
Mulai musim dingin 2024, Bandara Schipol Amsterdam akan membatasi jumlah penerbangan menjadi 452.500 per tahun, 9,5 persen lebih rendah dari jumlah penerbangan pada 2019. Pada musim panas 2024 akan terjadi pengurangan kapasitas 'sementara' menjadi 460 ribu penerbangan sebelum pembatasan tersebut diberlakukan.
"Penerbangan dapat memberikan banyak manfaat bagi Belanda, selama kita memperhatikan dampak negatifnya bagi masyarakat yang tinggal di dekat bandara," kata Menteri Transportasi Mark Harbers dalam sebuah pernyataan yang mengumumkan pembatasan tersebut pekan lalu.
Pemerintah beralasan pembatasan ini adalah untuk mengatasi polusi suara, dan merupakan kewajiban pemerintah untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan warga setempat. Mereka juga menyebutkan perlunya mengurangi emisi CO2 dan polutan seperti nitrogen oksida (NOx), serta masalah logistik yang berulang di bandara.
Pergolakan Aturan Pembatasan
Batasan yang diusulkan sejauh ini mengalami pergolakan di pengadilan. Pengadilan Belanda awalnya memblokirnya pada April 2023, namun pemerintah berhasil mengajukan banding dan keputusan tersebut dibatalkan di Pengadilan Tinggi pada Juli 2023.
Koalisi maskapai penerbangan dan asosiasi industri kini telah mengajukan banding ke Mahkamah Agung untuk mencoba dan mengubah keputusan ini. Lalu, bagaimana reaksi industri penerbangan terhadap pembatasan penerbangan Belanda?
Maskapai penerbangan yang menggunakan Schiphol, termasuk Air France-KLM, menggugat untuk mencoba mencegah pembatasan di salah satu bandara tersibuk di Eropa. Mereka mengatakan hal itu akan merugikan bisnis dan melanggar perjanjian sebelumnya.
KLM pada pekan lalu menyebut pembatasan tersebut “tidak dapat dipahami” dan mengatakan penerapannya akan merugikan perekonomian Belanda. IATA dan ACI Europe mendukung gugatan maskapai penerbangan tersebut.
Mereka menekankan bahwa pemerintah Belanda saat ini berada dalam mode caretaker menjelang pemilu pada pertengahan November 2023. "Dalam waktu beberapa bulan, pemerintah ini tidak akan bertanggung jawab atas konsekuensi parah yang mungkin timbul dari keputusan Schiphol, terutama yang berkaitan dengan hubungan dengan mitra dagang Belanda, dan hilangnya lapangan kerja dan kesejahteraan di dalam negeri," keterangan tertulis dari IATA.
Advertisement
Keputusan Dikaitkan dengan Politik
Melanjutkan mengenai pengurangan penerbangan, sumber IATA menyambung, "Akan menunjukkan penghinaan terhadap pengawasan demokratis dan hukum yang diperlukan terhadap proposal yang sangat tidak teratur dan merugikan secara ekonomi."
"Keputusan-keputusan ini merupakan kemenangan politik yang cepat menjelang pemilu nasional dengan mengorbankan perekonomian dan lapangan kerja Belanda," ujar Olivier Jankovec, Direktur Jenderal ACI Eropa.
Di sisi lain, berbagai LSM lingkungan hidup yakin bahwa hal ini adalah sebuah kemenangan penting bagi perubahan iklim dan melihat penolakan dari industri ini sebagai sebuah bentuk penolakan. "Saya pikir industri ini masih harus terbiasa dengan kenyataan bahwa era pertumbuhan industri penerbangan yang tak terkendali telah berakhir," Ton Sledsens, pejabat kebijakan senior untuk keadilan iklim dan mobilitas di Friends of the Earth Belanda (Milieudefensie) mengatakan kepada Euronews.
"Merupakan sebuah sejarah bahwa pemerintah Belanda memutuskan untuk mengurangi jumlah penerbangan di Bandara Schiphol. Ini adalah sebuah perubahan: masa di mana semakin banyak penerbangan berakhir," kata Maarten de Zeeuw, pakar penerbangan di Greenpeace Belanda.
"Industri penerbangan dan IATA perlu menghadapi kenyataan baru ini. Untuk mencegah kerusakan iklim terburuk, penurunan penerbangan sangat diperlukan. Tidak ada cara lain untuk mengurangi emisi CO2 dari penerbangan sejalan dengan pembatasan krisis iklim hingga di bawah 1,5 derajat."
Kegagalan Sistem Penerbangan di Inggris
Mnegutip dari kanal Global Liputan6.com, Jumat (8/9/2023), Inggris membatalkan seluruh penerbangannya akibat kegagalan sistem. Dilaporkan Daily Mail, Senin, 28 Agustus 2023, ratusan penerbangan di dalam dan luar Inggris harus ditunda. Seorang penumpang dari Tenerife di Spanyol diminta menunggu setidaknya 12 jam.
National Air Traffic Services (NATS) di Inggris berkata pihak kontroler harus mengurangi jumlah pesawat yang bisa mendarat dan lepas landas. Pakar travel Simon Calder menyebut masalah sistem ini dapat menyebabkan "kesengsaraan" bagi para penumpang.
Di samping itu, maskapai diprediksi harus memberi kompensasi hingga jutaan poundsterling. Akibat masalah di Inggris, penerbangan di Eropa juga terdampak, termasuk beberapa penerbangan menuju Amerika Serikat.
Daily Mail merilis foto-foto penumpang yang sudah terlanjur duduk di pesawat sambil menunggu masalah selesai. Maskapai Loganair menulis di Twitter (AS) bahwa memang ada masalah pada sistem komputer kendali trafik udara di Inggris pada pagi itu.
"Jika kamu terbang dengan kami hari ini, tolong periksa situs kami untuk informasi terkini tentang penerbanganmu sebelum berangkat ke bandara," katanya.
British Airways mengungkapkan mereka telah berkoordinasi dengan otoritas terkait untuk memahami dampak dari "isu teknis yang berdampak pada ruang udara" di Inggris. NATS menyampaikan para insinyurnya sedang bekerja keras untuk mengetahui permasalahan di sistem. "Kami minta maaf atas ketidaknyamanan yang disebabkan," kata pihak NATS.
Advertisement