Warga Palestina Pesimistis Perang Segera Berakhir: Gaza Hancur dan Kami Tidak Punya Tempat Tinggal

Tidak ada perayaan malam Tahun Baru 2024 di Muwasi, kamp sementara warga Palestina di wilayah yang sebagian besar belum berkembang di pantai Mediterania yang ditetapkan oleh Israel sebagai "zona aman."

oleh Asnida Riani diperbarui 04 Jan 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2024, 21:00 WIB
Warga Palestina Berbondong-bondong Masuki Gaza Selatan
Serangan udara dan darat Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Hamas telah membuat sekitar 85 persen dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza mengungsi. (AP Photo/Hatem Ali)

Liputan6.com, Jakarta - Tidak ada perayaan malam Tahun Baru 2024 di Muwasi. Itu merupakan kamp sementara warga Palestina di wilayah yang sebagian besar belum berkembang di pantai Mediterania yang ditetapkan oleh Israel sebagai "zona aman."

"Dari intensitas penderitaan yang kami jalani, kami tidak merasakan adanya tahun baru," kata Kamal al-Zeinaty yang berkumpul bersama keluarganya di sekitar api unggun di dalam tenda, lapor Al Jazeera, dikutip Rabu (3/1/2024). "Semua hari sama saja."

Kerabat lainnya, Zeyad al-Zeinaty, yang melarikan diri bersama keluarganya dari kamp pengungsi Jabaliya di Gaza utara, mengatakan istri, saudara laki-laki, dan cucunya adalah beberapa di antara banyak kerabat yang hilang dalam perang.

Sebuah video yang diterbitkan Bulan Sabit Merah menunjukkan kekacauan setelah serangan di Gaza tengah. Di rekaman, tim penyelamat terlihat bekerja dalam kegelapan membawa seorang anak yang terluka. Menjelang akhir tahun, warga Palestina di Gaza berdoa untuk gencatan senjata, namun tidak terlalu optimis bahwa tahun 2024 akan lebih baik.

"Gaza telah hancur dan kami tidak punya tempat tinggal," kata Suzan Khader di Rafah. "Tapi, kami hanya ingin berhenti mendengar suara pesawat dan drone agar anak-anak berhenti merasa takut, dan agar kami dan orang-orang yang kami cintai, mereka yang pergi, dapat bertemu kembali."

Badan bantuan PBB (OCHA) telah merilis informasi terkini mengenai situasi kemanusiaan di Palestina. Pihaknya mencatat bahwa lebih dari 1 juta orang kini berada di Rafah di Gaza selatan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Serangan ke Rumah Sakit

Distribusi Makanan Warga Gaza Palestina
Warga berkerumun menunggu distribusi makanan di Rafah, Jalur Gaza selatan, Palestina, Rabu (8/11/2023). Sejak dimulainya perang Israel-Hamas, Israel membatasi jumlah makanan dan air yang diperbolehkan masuk ke wilayah Jalur Gaza sehingga menyebabkan kelaparan yang meluas di seluruh wilayah tersebut. (AP Photo/Hatem Ali)

OCHA mengatakan, pemboman besar-besaran Israel dari darat, udara, dan laut terus berlanjut di seluruh Gaza. Serangan militer di Khan Younis dan Deir el-Balah juga telah membuat Rafah jadi "sangat penuh sesak."

Diperkirakan ada 14 ribu orang yang berlindung di Rumah Sakit Al-Amal di Khan Younis ketika rumah sakit tersebut diserang Israel pada Selasa, 2 Januari 2024. Mereka kini "sangat ketakutan," menurut OCHA.

Banyak dari mereka telah meninggalkan rumah sakit, sementara yang lainnya berencana meninggalkan "tempat yang sebelumnya mereka gunakan untuk berlindung," sebut badan PBB itu. Pembaruan juga membahas peringatan tentang penyebaran penyakit di Gaza dan ancaman keamanan pangan dengan risiko kelaparan.

Gemma Connell, pemimpin tim Gaza dari badan kemanusiaan PBB (OCHA), pergi ke Rumah Sakit al-Amal di Khan Younis, Gaza selatan setelah serangan udara Israel yang menewaskan sedikitnya lima orang. "Lima orang tewas di sini, termasuk seorang anak berusia lima hari," kata Connell.


Serangan Terus Berlanjut

Korban Perang Israel - Palestina
Warga Palestina yang melarikan diri dari pemboman Israel di Jalur Gaza tiba di Rafah, Rabu (27/12/2023). (AP Photo/Hatem Ali)

Connell berkata, "Itu adalah fasilitas Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina yang ditandai dengan jelas melalui lambang Bulan Sabit Merah di atapnya. Tidak ada anak di dunia ini yang boleh dibunuh, apalagi ada anak yang berlindung di bawah lambang organisasi kemanusiaan."

"Ini adalah tempat tinggal bayi. Ini adalah tempat di mana anak-anak tinggal," sebut Connell. "Tapi, tidak ada tempat yang aman di Gaza, dan dunia seharusnya merasa malu."

Serangan Israel terus berlanjut di Jalur Gaza, membuat jumlah korban tewas di wilayah kantong tersebut meningkat melebihi angka terbaru yaitu, 22 ribu jiwa. Jumlah total warga Palestina yang tewas di Gaza sejak 7 Oktober 2023 kini mencapai 22.185 orang, sementara sedikitnya 57 ribu orang terluka, kata Kementerian Kesehatan Gaza, Selasa, 2 Januari 2024.

Sekitar dua pertiga dari warga Palestina yang tewas dalam pemboman Israel di Gaza adalah perempuan dan anak-anak. Secara keseluruhan, 207 warga Palestina telah tewas dalam 15 serangan Israel selama 24 jam terakhir, kata Kementerian Kesehatan Gaza. Selain itu, 338 orang juga dilaporkan terluka.


Lelah dengan Perang

Warga Palestina Berbondong-bondong Masuki Gaza Selatan
Gambar drone ini menunjukkan ribuan tenda yang digunakan para pengungsi di Rafah, Jalur Gaza selatan pada Jumat, 29 Desember 2023. (AP Photo)

Para pengungsi Palestina sebelumnya mengatakan mereka lelah karena belum terlihat tanda-tanda perang akan berakhir, lapor AFP, dikutip dari CNA. Asap masih terus mengepul di atas kota Khan Younis di Jalur Gaza, akhir pekan kemarin.

Lebih jauh ke selatan, kota perbatasan Rafah dekat Mesir dipenuhi warga Gaza yang mencari perlindungan dari pemboman tanpa henti Israel dalam perjuangannya melawan militan Palestina. Beberapa di antara mereka datang dari Gaza utara, dan sudah beberapa kali keluar-masuk kamp pengungsian.

"Cukup! Kami benar-benar kelelahan," kata Umm Louay Abu Khater, warga Palestina yang meninggalkan rumahnya di Khan Younis untuk mengungsi di Rafah. "Kami terus-menerus berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam cuaca dingin. Bom-bom terus berjatuhan ke arah kami siang dan malam."

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Sabtu, 30 Desember 2023, bahwa perang Israel melawan Hamas akan berlangsung selama "berbulan-bulan," sampai kelompok militan Palestina dilenyapkan. "Kami akan menjamin bahwa Gaza tidak lagi jadi ancaman bagi Israel," sebut dia.

Infografis Keprihatinan Serangan Militer Israel di Gaza Selatan
Infografis Keprihatinan Serangan Militer Israel di Gaza Selatan (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya