Mengapa Stasiun Isi Ulang Produk Rumah Tangga Masih Belum Merata di Indonesia Meski Bantu Kurangi Sampah Plastik Sekali Pakai?

Refill station bisa jadi salah satu solusi dalam skema pengurangan penggunaan sampah plastik sekali pakai. Mengapa jumlahnya belum banyak di masyarakat?

oleh Rusmia Nely diperbarui 17 Mar 2024, 22:01 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2024, 22:01 WIB
Refill Station Belum Merata di Indonesia, Ini Langkah Kolaborasi untuk Kurangi Sampah Plastik
U-Refill Station pada Bank Sampah Induk Gesit di Menteng Pulo, Jakarta Selatan pada acara "Media Gathering HPSN 2024: Peringati Hari Peduli Sampah Nasional 2024, Unilever Indonesia Kupas Tuntas Peranan Bank Sampah yang Kian Lengkap dengan Inovasi U-Refill," Senin, 4 Maret 2023. (dok. Tim Unilever)

Liputan6.com, Jakarta - Membludaknya sampah plastik menjadi momok bagi lingkungan karena terbukti mencemari tanah, sungai, hingga laut kita. Beragam solusi disiapkan dalam skema pengurangan sampah plastik, salah satunya refill station.

Mengutip Fimela, Senin, 4 Maret 2023, itu adalah stasiun isu ulang produk-produk rumah tangga. seperti deterjen, sabun cuci piring, hingga produk perawatan tubuh. Dengan konsep tersebut, wadah plastik isi ulang bisa digunakan lebih panjang dan harga retail dapat ditekan, sekaligus mengurangi sampah plastik sekali pakai. 

Berangkat dari hal itu, Unilever meluncurkan program "U-Refill" sejak 2020 dan sudah tersebar sebanyak 817 titik gerai di Indonesia. Mereka memanfaatkan bank-bank sampah yang sudah bermitra untuk mendirikan stasiun isi ulang produk rumah tangga. Meski terkesan banyak, jumlah itu tak sebanding dengan penyebaran masyarakat Indonesia karena terkonsentrasi di ibu kota. 

Apa yang menyebabkan model bisnis tersebut lambat menyebar?

"Bisnis model untuk semacam tempat isi ulang produk di Indonesia itu berbeda dengan bisnis model penjualan produk biasanya. Harus dilakukan riset lebih dalam. Lalu, yang kedua ternyata masyarakat kita sendiri harus diedukasi terkait skema isi ulang ini," tutur Maya Tamimi, Kepala Divisi Lingkungan dan Keberlanjutan Unilever Foundation, dalam 'Media Gathering HPSN 2024: Peringati Hari Peduli Sampah Nasional 2024', beberapa waktu lalu.

Sejauh ini, pihaknya menilai cara mendistribusikan refill station lewat bank sampah adalah yang terbaik. Dengan cara tersebut, masyarakat bisa lebih menerima karena sudah memiliki kesadaran tentang sampah plastik.

Produk yang Bisa Disediakan Terbatas

Refill Station Belum Merata di Indonesia, Ini Langkah Kolaborasi untuk Kurangi Sampah Plastik
Para pembicara pada "Media Gathering HPSN 2024: Peringati Hari Peduli Sampah Nasional 2024, Unilever Indonesia Kupas Tuntas Peranan Bank Sampah yang Kian Lengkap dengan Inovasi U-Refill." Kiri ke kanan: Moderator, Vinda Damayanti Ansjar (Direktur Pengurangan Sampah KLHK RI), Maya Tamimi (Kepala Divisi Lingkungan dan Keberlanjutan Unilever Foundation), dan Sri Endarwati (Direktur Bank Sampah Induk GESIT Jakarta Selatan). (dok. Tim Unilever)

 

Maya juga menjelaskan bahwa tidak semua segmen produk dapat dijual dengan skema isi ulang. Mengikuti peraturan BPOM, beberapa barang bahan makanan tidak diperbolehkan dijual secara isi ulang untuk mencegah kontaminasi. Sejauh ini, pihaknya hanya menyediakan produk pembersih lantai, sabun cuci piring, dan deterjen.

Sebelum itu, Unilever dengan intensif membina bank sampah sejak 2008. Total ada 4.000 bank sampah binaan di 50 kabupaten/kota yang tersebar di 11 provinsi.

"Kemitraan ini telah membawa banyak kemajuan bagi masyarakat dan lingkungan. Dari segi ekonomi, penjualan sampah plastik yang dilakukan mitra pengumpulan sampah plastik telah ikut membantu perekonomian dan kesejahteraan mereka," jelas Maya.

. Di sisi sosial, kegiatan pengumpulan sampah turut mendorong partisipasi masyarakat, mendukung keguyuban komunitas, bahkan mengembangkan sosok kepemimpinan perempuan di berbagai titik Bank Sampah. Sementara dari aspek lingkungan, jumlah sampah anorganik, termasuk plastik, yang terkumpul sepanjang 2022 mencapai lebih dari 28.633 ton.

Mengenal Bank Sampah Induk, Apa Itu?

Refill Station Belum Merata di Indonesia, Ini Langkah Kolaborasi untuk Kurangi Sampah Plastik
Sri Endarwati, Direktur Bank Sampah Induk GESIT, tengah menjelaskan sistem perhitungan timbangan sampah. (dok. Tim Unilever)

Ada banyak tipe bank sampah dengan yang berada di rantai tertinggi adalah bank sampah induk. Bank Sampah Induk bertugas mengumpulkan distribusi sampah plastik dari bank sampah anggota serta bernegosiasi dengan vendor atau calon pembeli plastik daur ulang. Hasil keuntungan penjualan tersebut kemudian dibagikan kembali ke tiap bank sampah anggota.

Salah satu contoh yang berkembang adalah Bank Sampah Induk GESIT yang berlokasi di Menteng Pulo, Jakarta Selatan. Bank sampah ini sudah memiliki 250 bank Sampah anggota yang tersebar di 10 kecamatan di Jakarta Selatan. 

Sri Endarwati, Direktur Bank Sampah Induk GESIT menyebutkan bahwa sampah plastik adalah jenis sampah yang paling banyak terkumpul, jumlahnya berkisar delapan ton per bulan atau bernilai kurang lebih Rp270 juta bila dikonversi. Sampah itu, selain dijual ke vendor pendaur ulang plastik, juga diolah jadi produk baru, seperti karpet, tas, baju dari perca, dan barang-barang lain.

"Sampah mengubah hidup saya dan teman-teman pengurus karena 'keuntungan' yang didapatkan sangat banyak. Kami bisa beramal, menjaga lingkungan, mempererat hubungan antar komunitas, hingga memperluas koneksi," sebut Sri.

Bank Sampah Komponen Penting dalam Ekonomi Sirkular

Refill Station Belum Merata di Indonesia, Ini Langkah Kolaborasi untuk Kurangi Sampah Plastik
Para penonton yang hadir berasal dari berbagai komunitas sadar sampah, berfoto di depan gedung pengelolaan Bank Sampah Induk GESIT yang terletak tepat di samping Kantor Kelurahan Menteng Atas, Jakarta Selatan. (dok. Tim Unilever)

Sementara itu, Vinda Damayanti Ansjar, Direktur Pengurangan Sampah KLHK, mendukung setiap upaya yang dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah plastik di Indonesia. Pemerintah, kata dia, juga aktif bernegosiasi pada International Legally Binding Instrument on Plastic Pollution yang memiliki ketentuan mengikat untuk menanggulangi permasalahan polusi plastik secara internasional.

Indonesia saat ini telah memiliki sederet kebijakan untuk mengendalikan sampah plastik melalui PermenLHK Nomor 75 Tahun 2019. Salah satunya mewajibkan produsen untuk menyusun langkah-langkah guna mengurangi sampah plastik yang berasal dari produk dan kemasan serta wadahnya.

Ada pula konsep Extended Producer Responsibility (EPR). Dengan EPR, produsen mengambil kembali plastik pascakonsumsi untuk didaur ulang kembali menjadi produk kembali atau produk lain sehingga sistem ekonomi sirkular dapat berjalan, kata Vinda. Maka, keberadaan bank sampah sangat penting dalam rantai ekononomi sirkular. Menurut catatan KLHK, terdapat 27.631 unit bank sampah didirikan di Indonesia.

Bahaya Sampah Plastik di Laut
Infografis bahaya sampah plastik di laut. (dok. TKN PSL)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya