Liputan6.com, Jakarta - Peluang sektor pariwisata Indonesia, terutama open trip dan desa wisata, terus berkembang seiring meningkatnya minat wisatawan nusantara dan mancanegara. Melihat potensi ini, PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI) memperkuat perannya dengan menyediakan solusi logistik inovatif yang mendukung keberlanjutan ekonomi kreatif di destinasi wisata.
Komitmen TIKI dalam sektor pariwisata disampaikan oleh Yulina Hastuti, Direktur Utama TIKI, dalam acara media talkshow yang berlangsung di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Senin, 16 Desember 2024.
Advertisement
Baca Juga
"Tren meningkatnya minat masyarakat terhadap wisata open trip dan kemajuan desa wisata sebagai destinasi unggulan bukan hanya mengangkat potensi pariwisata Indonesia, tetapi juga mendorong pertumbuhan usaha lokal. Mulai dari produksi oleh-oleh khas, kuliner, hingga kerajinan cendera mata," terang Yulina.
Advertisement
"Berbagai peluang ekonomi juga akan tercipta bagi masyarakat lokal, yang butuh dukungan logistik andal untuk menjangkau pasar yang lebih luas. TIKI hadir untuk memastikan pengelolaan logistik berjalan lancar, sehingga mendukung keberlanjutan pertumbuhan ekonomi kreatif di daerah-daerah wisata Indonesia,” sambungnyta.
Dengan layanan kurir yang andal, destinasi desa wisata menjadi lebih terhubung dengan pasar nasional maupun internasional, sehingga membantu mereka mendapatkan pendapatan yang lebih berkelanjutan dan tidak hanya bergantung pada wisatawan yang datang langsung. Hal ini juga dapat meningkatkan daya tarik destinasi tersebut bagi wisatawan yang ingin mengakses produk lokal atau jasa terkait wisata.
"Jaringan distribusi TIKI telah menjangkau hingga wilayah pelosok nusantara dan juga mancanegara. Kita memiliki produk dan layanan yang variatif dengan fleksibilitas biaya yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan," jelas Yulina. Khusus untuk oleh-oleh dan kuliner, TIKI memiliki layanan Same Day Service Kuliner Nusantara (SDS KITA) untuk berbagai kuliner daerah dengan jaminan pengantaran di hari yang sama.
Membuka Peluang Wisata Berkelanjutan
Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan perjalanan wisatawan domestik meningkat 21,87 persen menjadi 839,39 juta perjalanan sepanjang Januari-Oktober 2024. Tren ini turut didorong oleh wisata open trip, yang semakin diminati karena menawarkan biaya terjangkau. Menurut Co-Founder & CEO Atourin, Benarivo Triadi Putra, open trip membuka peluang wisata berkelanjutan bagi individu maupun kelompok kecil.
"Open trip itu bisa mempermudah dan pengalaman sosial yang unik dalam berwisata. Namun, wisatawan perlu memastikan penyelenggara yang terpercaya agar perjalanan tetap nyaman dan aman," ucap Benarivo.
Di sisi lain, pengembangan desa wisata juga menjadi kunci menarik wisatawan ke berbagai pelosok daerah. Menurut data Jejaring Desa Wisata per Oktober 2024, terdapat 6.026 desa wisata yang tersebar di Indonesia. Travel influencer dan pegiat desa wisata, Nandi, menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak dalam memajukan desa wisata.
"Desa wisata itu potensinya luar biasa, tapi masih punya hambatan yang harus segera diatasi supaya bisa terus berkembang, apalagi jelang liburan aklhir tahun ini kemungkinan bakal semakin meningkat peminatnya. Setidaknya ada empat hambatan yang jadi permasalahan utama yaitu infrastruktur, aksesibilitas, , pelestarian atau pemeliharaan lingkungan dan peningkatan kompetensi SDM," ungkap Nandi.
Advertisement
Akses dan Infrastruktur Desa Wisata
"Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, komunitas lokal, swasta, dan influencer juga bisa lebih mendorong desa wisata makin berkembang dan dikenal dunia, apalagi sudah pernah ada beberapa desa wisata kita yang terpilih jadi desa wisata terbaik di dunia,” lanjutnya.
"Bisa dibilang karena pandemi Covid-19, pamor desa wisata ini menanjak banget apalagi Kementerian Pariwisata termasuk gencar melakukan promosi sampai bikin ajang penghargaan buat desa wisata. Mas menteri Sandiaga Uno waktu itu juga sering berkunjung ke desa wisata dan ini cukup mendongkrak minat wisatawan buat datang ke desa wisata. Minat terhadap desa wisata juga makin tinggi dan mudah-mudahan programnya djteruskan sama Menpar yang sekarang,” timpal Benarivo.
Nandi menambahkan, masalah akses diyakini tidak terlalu sulit di pulau Jawa dan Sumatera, karena ada banyak alternatif kendaraan dan infrastruktur seperti jalanan dan fasilitas umum juga cukup memadai. Namun pria yang sudah menyambangi puluhan desa wisata itu, soal akses masih sering jadi hambatan di bagian timur Indonesia.
"Akses ke sana saja termasuk tidak murah, kalau pun ada yang lebih terjangkau biasanya makan waktu cukup lama. Mungkin nggak terlalu masalah buat yang suka bertualang, tapi kan nggak semua orang seperti itu, banyak juga yang lebih memilh perjalanan yang lebih nyaman,” tutur Nandi.
Potensi Open Trip dan Desa Wisata
Mengenai masalah lingkungan, lanjut Nandi, beberapa desa wisata sudah mulai mengajak para pengunjungnya untuk menanam sejumlah tanaman dan memperhatikan lingkungan sekitar seperti dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak merusak tanaman selama berada di desa wisata.
"Untuk SDM juga masih terus ditingkatkan, saya sendiri beberapa kali diminta pengelola desa wisata untuk membuat pelatihan, tapi lebih ke hal-hal yang umum. Seperti bagaimana mereka menyambut pengunjung, bagaimana berinteraksi dengan tamu dan juga meningkatkan kemampuan bahasa terutama bahasa Inggris," kata Nandi.
"Pengunjung desa wisata memang makin banyak dari luar negeri atau turis asing, mereka sangat tertarik dengan nuansa alami di daerah pedesaan, makanya penting bagi para warga setempat untuk menguasai bahasa asing yang bisa saja bikin para turis asing makin kerasan dan makin banyak lagi yang datang ke desa mereka,” pungkasnya.
Dengan potensi besar yang dimiliki sektor pariwisata open trip dan desa wisata, TIKI berkomitmen untuk terus mendukung keberlanjutan dan pengembangan ekonomi kreatif lokal Indonesia. Melalui layanan logistik yang inovatif, TIKI berharap dapat berkontribusi dalam memperkuat sektor pariwisata Indonesia dan membuka peluang bagi lebih banyak destinasi wisata untuk dikenal oleh dunia.
Advertisement