Liputan6.com, Jakarta - Food blogger Codeblu menjadi sorotan setelah kasus dengan sebuah toko roti mencuat ke publik. Belakangan muncul petisi untuk memboikot Codeblu karena anggapan telah melakukan pemerasan untuk menghapus ulasan negatifnya.
Beberapa pemilik usaha kuliner melaporkan bahwa Codeblu meminta sejumlah uang yang fantastis. Harganya berkisar antara Rp350 juta hingga Rp600 juta, untuk menghapus ulasan negatif atau membuat konten positif tentang usaha mereka.
Advertisement
Baca Juga
Menanggapi tuduhan tersebut, pihak Codeblu membantah dengan tegas bahwa mereka tidak melakukan pemerasan. Mereka beralasan bahwa tarif yang tinggi tersebut adalah bayaran jasa ilmu yang dimilikinya. Selain itu kontroversi lainnya adalah tarif fantastis dengan bayaran mengikuti hitungan dolar Amerika.
Advertisement
Hal ini terungkap dalam sebuah unggahan akun Threads @triavelers11. Tarif Codeblu yang terungkap adalah 2.000 USD (2.000 dolar Amerika Serikat) atau setara Rp16,3 jutaan.
"Sbg anak hospitality ketawa pas code blue blg 5 star micheline or fine dining. Bloody hell, as a chef i feel ashame. Kok bisa orang ga ada qualified modal congor doang bisa jadi food reviewer tarif 2000 usd pulak," tulis akun tersebut pada 3 Maret 2025.
Tampak dalam beberapa tangkapan layar, unggahan yang semula diposting oleh akun Instagram @huswatchid tersebut mengungkap kriteria dan besaran tarif fantastis Codeblu di tiap platform media sosialnya. Salah satu unggahan juga mengungkap seorang pemilik usaha menghubungi Codeblu karena ingin mengirimkan kue untuk diulas secara jujur, namun jawaban Codeblue cukup mengagetkan.
"Boleh, mau honest review story atau reel?" percakapan yang tertulis di tangkapan layar, dengan balasan bahwa pemilik usaha belum mampu membayarnya.
Rate Card yang Menghebohkan
Di media sosial, beredar rate card yang menunjukkan tarif Codeblu untuk berbagai jenis kerjasama media sosial. Berikut adalah rincian tarif yang mereka tawarkan:
-
TikTok:
- Visit store (kunjungan toko): USD 2.500 (sekitar Rp41,4 juta)
- Visit store + konten: USD 5.000 (sekitar Rp82,9 juta) (diluar Bali, ditambah USD 800)
- Video TikTok: USD 3.500 (sekitar Rp58 juta)
- Story TikTok: USD 1.000 (sekitar Rp16,5 juta)
-
Instagram:
- Foto Instagram di Feed: USD 1.500 (sekitar Rp24,8 juta)
- Video Instagram di Feed: USD 2.000 (sekitar Rp33,1 juta)
- Story Instagram: USD 1.000 (sekitar Rp16,5 juta)
Tarif-tarif tersebut menunjukkan betapa mahalnya biaya untuk mendapatkan eksposur di platform media sosial melalui Codeblu. Hal ini tentunya menjadi pertimbangan tersendiri bagi para pemilik usaha kuliner yang ingin berkolaborasi dengan mereka.
Lantas warganet yang menyimak unggahan berkomentar. "Food reviewer itu kaya Nex Carlos, dia malah ngeramein usaha yg didatenginnya, nyari yg masih hidden gem belum rame, kalo bayar sering dilebihin bukan minta dibayar, kalo enak banget dia bilang, kalo biasa dia ga ngehina ," tulis seorang warganet.
"geleuhhhh 🤮😂 rate cardnya sok sok pake USD, pdhl kontennya jg ga berbobot. penasaran org kaya gini urat malunya digadai kemana, mana tebel bgt ni muka cukew satu," balas yang lain.
Advertisement
Diboikot Warganet
Codeblu atau William Anderson, akhirnya kena boikot besar-besaran. Semua berawal dari unggahan kontroversial saat ia menuduh toko roti Clairmont Patisserie memberikan kue kedaluwarsa kepada panti asuhan sebagai bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR).
Video tersebut menampilkan bukti visual yang menunjukkan kondisi kebersihan yang dipertanyakan di dalam toko roti, memicu reaksi keras dari publik. Tuduhan Codeblu didukung dengan visual yang ia tampilkan dalam video tersebut.
Tetapi, Clairmont Patisserie dengan sigap mengklarifikasi tuduhan tersebut. Klarifikasi ini, sayangnya, tidak cukup meredam kontroversi, justru belakangan muncul dugaan baru yang lebih mengejutkan.
Codeblu diduga memeras Clairmont, meminta sejumlah uang untuk menghapus video kontroversial tersebut. Berbagai laporan menyebutkan angka yang berbeda-beda, mulai dari Rp300 juta hingga Rp350 juta.
Dalam unggahan yang telah menyebar dan unggah ulang akun TikTok @akunthisiadi tertera bagaimana Codeblu "memeras" toko roti tersebut. Unggahan Codeblu dihapus setelah 10 menit, tapi telah terekam tangkapan layarnya.
Berawal dari Karyawan yang Sakit Hati
Meskipun Codeblu telah menyampaikan permohonan maaf atas penyebaran informasi yang tidak benar, dugaan pemerasan ini memicu kemarahan publik yang meluas. Terungkap dalam unggahan akun Instagram @hushwatchid yang menulis kronologinya.
"Semua bermula dari Rini sebelumnya bekerja di induk perusahaan toko roti tersebut. la sempat terlibat dalam kasus penggelapan uang dan akhirnya ketahuan oleh pimpinan. Akibatnya, ia dilaporkan ke polisi," keterangan di unggahan saat itu.
Kemudian karena merasa dendam terhadap perusahaan induk yang telah melaporkannya, Rini mulai mencari cara untuk menjatuhkan anak perusahaan mereka, yaitu toko roti tersebut. "Sebenarnya, Toko Roti tersebut memiliki program CSR yang rutin memberikan donasi ke panti asuhan. Namun, dalam tiga tahun terakhir, mereka tidak lagi menjalankan program tersebut," jelas akun tersebut.
Rini lalu memanfaatkan situasi ini. Tanpa sepengetahuan pemilik atau pimpinan, dia mengambil barang dari toko roti tersebut dan menyumbangkannya ke panti asuhan, termasuk roti basi. Disebutkan bahwa dia merekam, memotret, dan mengumpulkan bukti seolah-olah toko roti yang sengaja mengirimkan roti basi ke panti asuhan.
Padahal, kejadianya terjadi dua tahun lalu, dan toko roti sama sekali tidak terlibat. Usai memiliki cukup 'bukti', Rini mulai mengancam staf di sana, "Kalau laporan polisi nggak dicabut dan kita nggak damai, gue viralin nih kalau toko lu kasih roti basi ke panti asuhan."
Advertisement
