Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sebut Inflasi Jakarta pada September 2023 Terkendali

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) September 2023, Jakarta yang share inflasinya 26,90% terhadap nasional.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Okt 2023, 13:52 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2023, 22:32 WIB
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) September 2023, Jakarta yang share inflasinya 26,90% terhadap nasional, mencatatkan inflasi yang relatif rendah yaitu sebesar 0, 19% (mtm), meski lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,01% mtm.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) September 2023, Jakarta yang share inflasinya 26,90% terhadap nasional, mencatatkan inflasi yang relatif rendah yaitu sebesar 0, 19% (mtm), meski lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,01% mtm. (AP Photo/Natacha Pisarenko)

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) September 2023, Jakarta yang share inflasinya 26,90% terhadap nasional, mencatatkan inflasi yang relatif rendah yaitu sebesar 0, 19% (mtm), meski lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,01% mtm.

Informasi tersebut disampaikan Direktur Eksekutif – Kepala Perwakilan Bank Indonesia atau BI Provinsi DKI Jakarta Arlyana Abubakar. Dia mengatakan, inflasi Jakarta pada Agustus 2023 terutama didorong oleh inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok transportasi.

"Dengan perkembangan tersebut, inflasi Jakarta secara kumulatif (Januari sampai September 2023) tercatat sebesar 1,34% (ytd). Secara tahunan, inflasi Jakarta mash tetap terkendali dalam sasaran yaitu sebesar 1,89% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,93% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Nasional sebesar 2,28% (voy)," papar Arlyana melalui keterangan tertulis, Selasa (3/10/2023).

Dia menjelaskan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat inflasi sebesar 0,55% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 0,25% (mm) sehingga menyumbang 0,12% terhadap inflasi Jakarta.

Menurut Arlyana, meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok tersebut terutama didorong oleh kenaikan harga pada komoditas beras, daging sapi, kangkung, dan minyak goreng.

"Kenaikan harga komoditas beras disebabkan ole berlangsungnya kekeringan di sejumlah wilayah sentra produksi sebagai dampak dari EI-Nino serta pembatasan kuota ekspor beras dari negara-negara produsen beras mitra dagang," terang dia.

 

Dampak El Nino Juga Terasa

Kesigapan Kementan Antisipasi Dampak El Nino
Upaya Kementan antisipasi hadapi dampak EL Nino dan perkuat sektor pertanian termasuk perkebunan.

Arlyana menyebut, dampak EI Nino juga mendorong kenaikan harga kangkung sebagai salah satu komoditas yang membutuhkan pasokan air yang cukup besar.

Selanjutnya, kata dia, kenaikan harga daging sapi dan minyak goreng masing-masing dipengaruhi ole meningkatya permintaan masyarakat serta meningkatnya harga CPO dunia.

"Di sisi lain, komoditas pangan strategis lainnya seperti telur ayam ras, cabai rawit dan bawang merah tercatat mengalami penurunan harga seialan dengan meningkatnya pasokan di wilavah sentra produksi. Selanjutnya, kelompok transportasi mencatatkan inflasi sebesar 0,14% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan lalu sebesar 0,02% (mm) sehingga memberikan andil sebesar 0,02%," ucap Arlyana.

Menurut dia, kenaikan Inflasi pada kelompok tersebut terutama dipengaruhi olen kenaikan harga bensin sejalan dengan adanya penyesuaian harga BBM nonsubsidi sejak 1 September 2023.

"Namun, kenaikan inflasi pada kelompok transportasi tertahan ole berlanjutnya penurunan tarif angkutan udara sejalan dengan normalisasi permintaan dan mobilitas masyarakat pasca libur anak sekolah," kata Arlyana.

 

Realisasi Inflasi DKI Jakarta

BI Prediksi Inflasi Oktober Capai 0,05 Persen
Pedagang beraktivitas di salah satu pasar tradisional di Jakarta, Rabu (26/10/2022). Realisasi inflasi tersebut lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sejalan dengan dampak penyesuaian harga BBM terhadap kenaikan inflasi kelompok pangan bergejolak dan inflasi kelompok harga diatur Pemerintah yang tidak sebesar prakiraan awal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Realisasi inflasi DKI Jakarta yang mash terkendali tidak terlepas dari hasil sinergi, kolaborasi serta koordinasi yang baik dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DKI Jakarta.

Selama September 2023, TPID Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka pengendalian inflasi, yaitu:

1. Kegiatan Penanaman cabai perdana, peresmian rumah semai, seta implementasi digital farming untuk Kelompok Tani Pinggir Buperta;

2. Penandatanganan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) terkait kerja sama budidaya padi seluas 22 hektar dengan varietas Ciherang dan Inpari 32 antara PT Food Station dengan PT Bulir Emas Nusantara;

3. Kegiatan Gerakan Menanam untuk Ketahanan Pangan/urban farming di Lahan Kelompok P45Mawar, Kemayoran Jakarta Pusat;

4. Peninjauan operasi pasar beras SPHP di Pasar Induk Beras Cipinang dan komoditas strategis lainnya di Pasar Jatinegara dalam rangka memantau perkembangan harga dan pasokan komoditas pangan, serta

5. Rapat koordinasi TPID mingguan dalam rangka pemantauan stok dan harga.

Arlyan menyebut, ke depan, sinergi dan kolaborasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia serta seluruh stakeholder terkait yang tergabung dalam TPID Jakarta akan terus diperkuat untuk memastikan strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) dapat berjalan baik dan efektif, utamanya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

"Dengan berbagai upaya sinergi dan kolaborasi tersebut, inflasi Jakarta diharapkan dapat tetap terkendali dalam sasaran 3,0=1% pada sisa tahun 2023 dan 2,5 1% pada tahun 2024," tandas Arlyan.

Infografis Alasan Perluasan Sistem Ganjil Genap di Jakarta. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Alasan Perluasan Sistem Ganjil Genap di Jakarta. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya