Tradisi Pondok Natal di Papua

Hampir di setiap halaman atau sekitar pagar instansi Pemerintah dan swasta lainnya beramai-ramai mendirikan Pondok Natal.

oleh Katharina Janur diperbarui 25 Des 2014, 10:01 WIB
Diterbitkan 25 Des 2014, 10:01 WIB
Pondok Natal. (Liputan6.com/Katharina Janur)
Pondok Natal. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Liputan6.com, Papua - Tradisi PondokĀ Natal tak pernah tertinggal dalam merayakan kemeriahan hari raya umat Kristen di tanah Papua. Saat ini makin marak dan beragam bahan dasar pembuatnya, mulai dari bahan daur ulang seperti bekas botol air mineral, kertas koran dan semen.

Di Jayapura, Ibukota Provinsi Papua, hampir di setiap halaman atau sekitar pagar instansi Pemerintah dan swasta lainnya beramai-ramai mendirikan Pondok Natal. Beberapa halaman rumah dan jalan juga didirikan hiasan tersebut.

"Pembangunan pondok Natal ini biasa dilakukan dengan cara bergotong royong. Kadang bahan dasar dari Pondok Natal itu bisa berupa kayu, ranting pohon, bambu, rerumputan, bahan-bahan daur ulang seperti bekas kaleng minuman, botol mineral, kertas koran dan juga kertas bekas semen. Semua biaya dan perlengkapan lainnya juga menggunakan dana patungan dari para warga," jelas Anthonius Hamadi, salah satu warga Jayapura, Kamis (25/12/2014)

Setelah Pondok Natal berdiri kokoh dan indah, biasanya dilengkapi dengan gambar tentang kelahiran Jesus atau gambar pendukung lainnya dengan tema-tema Natal.

"Biasa juga dari Pondok Natal itu terdengar alunan musik rohani. Jika malam menjelang, sejumlah pondok Natal yang didirikan warga ini nampak indah karena dilengkapi dengan lampu kelap-kelip," kata dia.

Tokoh agama setempat, Pendeta Petrus Adorway menuturkan, Pondok Natal yang dibangun oleh warga juga melambangkan tempat kelahiran Jesus di Kandang Domba yang sangat sederhana.

"Pohon Natal melambangkan kedamaian Natal sedangkan pondok Natal melambangkan peristiwa kelahiran Yesus yang miskin dan serba terbatas," ucap dia.

Membangun pondok dan gua Natal juga merupakan rekonstruksi suasana kelahiran Kristus. Tujuannya bersifat rohani, yakni melihat dengan bagaimana kesusahan dan penderitaan sebagai manusia yang dialami Yesus di dunia.

Terkadang juga dimaknai dengan membangun gaya khas rumah orang Papua. "Jika pondok Natal selesai dibangun, biasanya dijadikan tempat berkumpul warga untuk bersilahturahmi atau banyak warga yang juga ingin merasakan secara lahiriah misteri kelahiran Yesus," ungkap Pendeta Adorway. (Tnt/Mut)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya