Selangkah Lagi, Gus Dur Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Proses penganugerahan Gus Dur sebagai Pahlawan Nasional sudah dilakukan Menteri Sosial sebelum era Khofifah Indar Parawansa.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 25 Apr 2015, 18:09 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2015, 18:09 WIB
Seorang anak dari simpatisan Masyarakat Pecinta Gus Dur, menyalakan lilin di depan foto Gus Dur di depan Grahadi Surabaya, Rabu (30/12).(Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berencana menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau yang biasa disapa Gus Dur. Menurut Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa, pemberian gelar ini sudah melewati tahap Tim Pengkaji Peneliti Gelar Pusat (TP2GP).

"Pengusulan Gus Dur sudah selesai di tingkat TP2GP. Tinggal mengajukan ke Dewan Gelar di bulan Mei nanti," ujar Khofifah saat meresmikan Patung Gus Dur Masa Kecil di Taman Amir Hamzah, Jakarta, Sabtu (25/4/2015).

Mantan Ketua Umum PP Muslimat Nadhlatul Ulama itu mengungkapkan, jika hal ini sudah mendapat persetujuan dari Dewan Gelar, maka penganugerahan kepada Gus Dur sebagai Pahlawan Nasional akan dilakukan 10 November 2015 bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan.

"Nanti proses penganugerahan kepada Gus Dur, seperti biasa dilakukan pada bulan November."

Proses penganugerahan Gus Dur sebagai Pahlawan Nasional sudah dilakukan Menteri Sosial era Salim Segaf Al-Jufri. Dan, bukan lantaran Khofifah memiliki hubungan dekat dengan mantan Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur tersebut.

"Tidak usah dikait-kaitkan dengan Khofifah. Karena ini sudah selesai pada kementerian yang lalu."

Abdurrahman Wahid lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940. Pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menjadi Presiden Indonesia ke-4 pada tahun 1999 hingga 23 Juli 2001 setelah mandatnya dicabut oleh MPR.  

Pada Pemilu 2004, PKB yang memperoleh 10.6% suara kembali mengusung Gus Dur sebagai calon presiden. Namun, ia gagal melewati pemeriksaan medis sehingga Komisi Pemilihan Umum menolak memasukannya sebagai kandidat.

Gus Dur kemudian mendukung adik kandungnya, Solahuddin Wahid yang merupakan pasangan dari Wiranto. Tapi Wiranto dan Solahuddin tidak lolos putaran kedua Pilpres. Dan untuk pemilihan putaran kedua yang diikuti pasangan SBY-Kalla dengan Megawati-Muzadi, Gus Dur menyatakan golput.

Dan pada usia ke-69 atau tepat pada 30 Desember 2009, peraih 10 gelar Doktor Kehormatan dari sejumlah universitas terkemuka di dunia ini menghembuskan napas terakhirnya di Ciganjur, Jakarta. Jenazah Gus Dur kemudian dimakamkan di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur. (Gen/Mvi)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya