Dokter: Mirna Belum Meninggal, Sampai di Klinik Hanya Pingsan

Saat dibawa ke klinik oleh petugas restoran, tidak ada tanda-tanda yang aneh dari tubuh Mirna.

oleh Ahmad Romadoni Moch Harun Syah diperbarui 09 Jan 2016, 03:09 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2016, 03:09 WIB
Kisah Dibalik Kopi Luwak yang Tak Banyak Diketahui
Saat dibawa ke klinik oleh petugas restoran, tidak ada tanda-tanda yang aneh dari tubuh Mirna.

Liputan6.com, Jakarta - Kabut misteri masih menyelubungi kematian Wayan Mirna Salimin. Wanita berusia 27 tahun itu diduga meninggal setelah minum kopi Vietnam di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta Pusat.

Dokter Klinik Damayanti Grand Indonesia, Dokter Joshua mengatakan, saat dibawa ke klinik oleh petugas restoran, tidak ada tanda-tanda yang aneh dari tubuh Mirna. Wanita itu hanya pingsan dan belum meninggal.

"Sadar si enggak, pingsan kayak biasanya, kondisi fisik juga masih ada (hidup), badan masih hangat, pandangan mata kosong, dan pasien masih bisa interaksi," ucap Joshua di Klinik Damayanti, Jumat (8/1/2016) malam.

Salah satu yang paling meyakinkan adalah masih ada denyut jantung dari tubuh Mirna. Setelah diperiksa lebih dalam, tensi darahnya pun normal.

"Dan kami pun memberikan penanganan pada umumnya, memberikan oksigen, mengecek denyut nadi dan pernapasan, penanganan dasar saja. Denyut nadi 80 kali per menit dan itu normal, pernapasannya juga 16 kali per menit normal," imbuh dia.

Berdasarkan pemeriksaan awal, lanjut Joshua, Mirna tampak seperti orang pada umumnya. Tidak ada tanda-tanda orang dengan penyakit khusus.

"Usia pasien juga masih muda, tidak seperti orang ayan, stroke, atau jantungan, hanya pingsan biasa saja, tidak ada tanda-tanda yang mengerikan, kalau dia akan meninggal begitu cepat," ujar Joshua.

Suami yang Pindahkan Mirna

Sebelum mengembuskan napas terakhir, menurut Joshua, Mirna dibawa petugas restoran dan kedua rekannya Hani dan Siska. Mereka membawa Mirna dengan kursi roda.

Prosedur penanganan pertama pasien pun dilakukan. Hanya saja, tidak ada yang menonjol. Mirna tampak masih hidup dan hanya pingsan. Joshua pun hanya sebentar menangani Mirna sampai akhirnya sang suami datang.

"Kita rawat enggak sampai 5 menit, kemudian suaminya datang dan meminta untuk dibawa ke RS Abdi Waluyo," kata Joshua.

Melihat Mirna dibawa oleh kedua temannya, Joshua sempat menanyakan kronologi sebelum akhirnya dibawa ke klinik. Hal itu dilakukan agar dapat menentukan tindakan apa yang diambil terhadap Mirna.

"Saya tanya temannya yang mendampingi pasien, kata temannya pasien habis minum kopi, cuma kopinya pahit, dan bau. Dia juga sempat tanya kenapa enggak dihabisin kopinya, pasien jawab enggak kenapa-kenapa, habis itu pingsan," tutur Joshua.

Sejauh pemeriksaan selama di klinik, Joshua tidak melihat adanya tanda-tanda keracunan dalam tubuh Mirna. Reaksi yang biasa muncul bila seseorang keracunan tidak tampak.

"Kalau tanda-tanda keracunan kan pasti muntah-muntah atau batuk-batuk. Maksimal sampai batuk atau muntah darah karena kalau racun itu kan menyerang pembuluh darah," tutup Joshua.

Rumah Duka Dijaga Ketat

Jasad Mirna kini disemayamkan di Rumah Duka Rumah Sakit Dharmais, Jakarta Barat. Namun, tidak sembarang orang bisa masuk ke rumah duka ruang E dan F tempat Mirna disemayamkan. Tempat itu dijaga oleh 4 pria berbadan tegap.

Saat Liputan6.com tiba di rumah duka, 4 pria berbadan tegap itu berada di salah satu sudut halaman. Beberapa dari mereka menghampiri dan menanyakan maksud kedatangan.

"Tidak bisa, mohon maaf. Kami diminta pihak keluarga untuk tidak ada dulu kegiatan peliputan atau apa pun," ujar seorang pria berkemeja putih, Jumat (8/1/2016) malam.

Pria itu tidak hanya melarang bertemu keluarga Mirna atau rekan sejawat yang kebetulan melayat. Untuk mengambil gambar karangan bunga saja tidak diizinkan.

"Jangan dululah. Ini kan masih berduka, tolong ya. Silakan mencari tempat lain kalaupun ingin menunggu tapi jangan di sini," sambung pria yang mengenakan kalung perak itu.

Ketatnya penjagaan ini juga dirasakan oleh petugas rumah duka, Pudji. Petugas yang datang untuk melihat dan mengambil gambar suasana lokasi pun ditegur.

"Jangan orang biasa, kita saja yang sudah ketahuan ada ID masih dilarang," kata Pudji di kantornya.

Penjagaan ketat itu sudah ada sejak Mirna tiba di rumah duka pada Kamis, 7 Januari 2018. Pudji tidak tahu persis yang menjaga polisi atau petugas keamanan yang disewa keluarga.

"Bisa polisi, bisa juga suruhan keluarga. Saya enggak tahu persis. Kalau malam dijaga ketat begini. Kalau siang dijaga, tapi enggak terlalu banyak," imbuh dia.

Mirna akan dimakamkan pada Minggu, 10 Januari 2016. Jenazahnya langsung dimakamkan di TPU Gunung Gadung, Bogor, Jaw Barat. "Minggu baru dimakamkan langsung dibawa ke Bogor," tutup Pudji.

Pantauan Liputan6.com, suasana rumah duka tampak masih ramai. Keluarga dan rekan Mirna masih terlihat silih berganti tiba di rumah duka. Beberapa dari mereka ada yang sedang makan malam di meja di depan ruangan rumah duka. Sedangkan karangan bunga tampak berjajar di depan rumah duka.

 

Kerabat Korban Enggan Komentar

Polisi terus mendalami kasus tewasnya Wayan Mirna Salimin (28) usai minum kopi Vietnam kopi Vietnam di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu malam, 6 Januari 2016.

Kerabat korban, Fabian, enggan memberikan komentar perihal kematian Mirna. Bahkan ia cenderung menghindar saat ditemui awak media di rumahnya di Jalan Sunter Garden Blok D III Nomor 10, RT 05 RW 018, Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Dia juga mengaku belum mengetahui persis gerangan apa yang menyebabkan pengantin baru tersebut tewas. "Maaf, nanti dulu. Enggak dulu ya," kata Fabian, Jumat (8/1/2016) malam.

Selain Fabian, di rumah mewah berlantai 2 itu hanya terlihat 3 petugas keamanan yang tengah bersantai di pos keamanan rumah milik korban. Hanya jajaran mobil mewah dan motor terparkir di halaman rumah.

Petugas keamanan rumah korban, Kiwil (30) mengungkapkan, sebelum pergi menuju Grand Indonesia korban terlihat wajar atau tidak ada gelagat aneh. Saat itu kebetulan dirinya yang membukakan pagar ketika korban pergi. Dan korban pergi seorang diri.

"Saya cuman petugas keamanan di sini. Waktu itu, lihat dia (Wayan) keluar bawa mobil pas tanggal tewasnya. Ya sudah saya bukakan pagar dan langsung pergi," ungkap dia.

Sepengetahuan Kiwil, korban terkenal baik dan tidak memiliki musuh. Menurut Kiwil korban lebih sering pulang ke rumah Jalan M Yamin No 40A, Menteng, Jakarta pusat.

"Memang benar ini rumah Bu Wayan. Ya orangnya baik. Ramah. Jarang ngobrol sama saya. Motor-motor di sini bukan punya keluarga," ucap Kiwil.

Menurut dia, kendaraan roda dua itu milik sopir dan pembantu. Yakni, 4 pembantu dan 4 sopir ada 4.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya