Begini Cara PDIP Lestarikan Kebudayaan Nusantara

Hasto mengungkapkan, PDIP sedang mengumpulkan u‎ngkapan bijak dari seluruh nusantara, termasuk peribahasa Melayu.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 19 Mar 2016, 19:59 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2016, 19:59 WIB
Begini Cara PDIP Lestarikan Kebudayaan Nusantara
Hasto mengungkapkan, PDIP sedang mengumpulkan u‎ngkapan bijak dari seluruh nusantara, termasuk peribahasa Melayu.

Liputan6.com, Jakarta - PDI Perjuangan (PDIP) terus berjuang agar ‎Indonesia yang berkepribadian dalam budaya terus diimplementasikan. Apalagi, terpaan globalisasi dan liberalisme datang begitu deras.

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto meminta kepada kepala daerah yang diusung, selalu memberikan perhatian di bidang kebudayaan.

"‎Kebijakan DPP PDIP meminta kepala daerah memperhatikan dan mengembangkan adat. Dengan silaturahmi, ini sejalan agar budaya menjadi benteng dari liberalisasi yang luar biasa," kata Hasto di Pekanbaru, Riau, Sabtu (19/3/2016).

"Modernisasi seharusnya tidak menjadikan Riau kehilangan nilai budaya," sambung dia.

‎Hasto yang berdialog dengan Ketua Umum Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Al Azhar di Balai Adat Melayu, Pekanbaru itu mengingatkan, berpolitik tidak‎ hanya kekuasaan, tapi juga soal kebudayaan. Sehingga pendekatan budaya menjadi penting.

Hasto mengungkapkan, PDIP sedang mengumpulkan u‎ngkapan bijak dari seluruh nusantara, termasuk peribahasa Melayu yang dikenal begitu banyak. Kompilasi peribahasa atau ungkapan bijak itu, nanti akan diterbitkan dalam bentuk buku.

Sebagai bagian dari menjaga spirit kebudayaan, kata Hasto, PDIP pada awal April nanti, akan menggelar sekolah kebudayaan, kerja sama PDIP dengan Padepokan Bagong Kusudiarjo dan Luluk Sumiarso. Setiap provinsi akan diminta mengirimkan 2 orang untuk belajar di sekolah kebudayaan tersebut.


Ajaran Trisakti

Sementara, Al Azhar mengatakan kunjungan Sekjen PDIP secara resmi ke Balai Adat Melayu sangat diapresiasi. "Ini ‎kali pertama sebuah partai bersilaturahmi dengan Balai Adat Melayu. Memang banyak pengurus partai yang pernah hadir di sini, tapi atas nama pribadinya," ujar dia. 

"Kami berterima kasih dan merasa dihargai oleh PDIP dengan kunjungan ini," sambung Al Azhar, yang kemudian memperkenalkan sejumlah pengurus harian LAMR kepada Hasto.

Al Azhar memaparkan LAMR didirikan 6 Juni 1970 oleh sekelompok orang yang merasa prihatin, tentang melemahnya adat dan kebudayaan. Padahal, kebudayaan itu mencirikan suatu daerah.

‎Namun, dia menyambut baik dengan kampanye PDIP dan Pemerintahan Joko Widodo, yang mengembangkan ajaran Trisakti berkepribadian di bidang kebudayaan.

Akibat perubahan zaman dan geliat ekonomi, kata Al Azhar, Riau dijadikan penyangga perekonomian nasional, maka banyak pendatang ke Riau. Sehingga dibanding daerah lain, ketahanan budaya Riau paling banyak diserang.

"Sehingga terjadi kejutan kebudayaan yang bisa melahirkan dua sikap. Yakni termotvasi masuk kemajuan itu atau tertepi dalam kelaraan yang abadi," ujar dia.

Karena itu, LAMR berperan ke wilayah yang terkena terpaan modernisasi. "‎LAMR harus masuk ke kawasan itu. Memperbaiki bukan semangat melawan. Kami meminta dukungan PDIP untuk memposisikan LAMR sebagai kekuatan transformasi," tandas Al Azhar.

Hasto yang hadir berpakaian Melayu Riau, juga mencoba membacakan pantun yang telah disiapkan. Karena Hasto mengatakan, pantun sangat dikenal dan menjadi bagian budaya masyarakat Riau.

Pada akhir kunjungan ke Balai Adat Melayu Riau, Al Azhar memberikan bingkisan 2 buku berjudul ‎Tunjuk Ajar Melayu dan Pemimpin dalam Ungkapan Melayu‎ karya Tenas Effendy, untuk disampaikan kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya