Liputan6.com, Sochi - Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Presiden Rusia Vladimir Putin sama-sama menyinggung tentang sosok Presiden pertama RI Sukarno dalam pertemuan kedua pemimpin di Kota Sochi, Rusia.
Pembahasan itu pun terjadi begitu saja karena tidak dibicarakan lebih dulu sebelumnya. Pembahasan tentang Proklamator RI itu pun jadi momentum untuk meningkatkan hubungan kedua negara.
"Soal Bung Karno (Presiden Sukarno), tidak masuk dalam skenario, tiba-tiba saja (membahas itu)," kata Dubes Indonesia untuk Rusia Wahid Supriyadi di Hotel Rodisson Blu, Sochi, Rusia, Kamis (19/5/2016).
Advertisement
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menambahkan, pertemuan Jokowi dan Putin terasa spesial, karena keduanya membahas soal sejarah. Hal itu pun menjadi aset untuk membangun hubungan bilateral yang lebih baik lagi di masa mendatang.
"Ini ikatan sejarah dijadikan aset bangun hubungan. Pertemuan ini suasananya juga sangat bersahabat dan diapresiasi Indonesia," tutur Retno.
Ikatan sejarah, lanjut dia, ditunjukkan dengan pembangunan Stadion Luzhniki di Kota Moskow. Stadion itu memiliki struktur dan desain bangunan yang serupa dengan Stadion Utama Gelora Bung Karno di Jakarta.
"Hubungan kedua negara bukan all of sudden jadi ada, butuh proses, ada masa melambai, ada masa naik," tandas Retno.
Kunjungan Bung Karno
Sejarah mencatat, pada 1956 Indonesia dan Rusia (dulu Uni Soviet) memulai kerja sama bilateral di bidang perdagangan. Presiden Sukarno mengunjungi Uni Soviet untuk pertama kalinya tahun itu.
Â
Baca Juga
Pada kunjungan tersebut, Bung Karno sempat berpidato di Stadion Luzhniki di Kota Moskow yang disebut-sebut sebagai adik kembar Stadion Utama Gelora Bung Karno karena kemiripan bangunannya.
Sejak itu, hubungan kedua negara terus berkembang. Perbedaan ideologi politik dan sistem ekonomi kedua negara tidak menjadi halangan untuk memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Rusia.
Pada 12 April 1961, Sukarno kembali berkunjung ke Rusia yang semakin mengukuhkan kemesraan hubungan kedua negara.
Â