5 Kegemaran Bung Karno

Membaca buku dan menonton film adalah dua hobi ayahanda Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri ini.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 06 Jun 2016, 07:57 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2016, 07:57 WIB
Soekarno
Bung Karno bersama Ibu Fat tengah berdialog dan beramah tamah dengan petani di Yogyakarta sekitar tahun 1946.

Liputan6.com, Jakarta - Pesiden pertama Indonesia Sukarno dikenal sebagai sosok istimewa. Pria yang lahir 6 Juni 1901 di Surabaya ini dikenal sebagai sosok multitalenta dengan karisma luar biasa.

Pada masanya, hari-hari Bung Karno banyak diisi dengan aktivitas kenegaraan yang padat. Situasi bangsa yang baru merdeka membuat dia bekerja keras untuk bisa menyatukan bangsa Indonesia.

Namun, di tengah kepadatannya sebagai pemimpin bangsa, ayahanda Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri ini ternyata masih menyempatkan untuk melakukan sejumlah hal yang menjadi kegemarannya.

Membaca buku dan menonton film adalah kegiatan yang disukainya disela memimpin negara. Selain dua hal itu, Bung Karno juga mempunyai sejumlah kegemaran lain.

Apa saja kesukaan Sukarno, berikut rangkuman yang dikutip Liputan6.com dari berbagai sumber:

Membaca Buku

Ilustrasi Soekarno Hatta dan rumah di Rengasdengklok
Sukarno, Hatta, dan rumah tempat mereka "diamankan" di Rengasdengklok

Mangil Martowidjojo, bekas komandan Datasemen Kawal Pribadi Presiden Sukarno, dalam buku Kesaksian tentang Bung Karno 1945-1967, menyatakan Bung Karno adalah kutu buku sejati.

Setiap ada waktu luang, bukulah yang menjadi teman setianya. Bila sedang duduk sendiri, di atas meja dekat kursi itu harus ada tumpukan koran atau buku bacaan.

Pada 1950-an, sewaktu baru pindah ke Yogyakarta, anggota DKP bertugas mengambil koran supaya tidak terlambat dibaca Bung Karno. Di kemudian hari pengiriman koran berjalan cukup baik, sehingga anggota DKP cukup memeriksa jumlah koran supaya tidak kurang.

Kalau kurang, Bung Karno pasti menanyakan. Juga buletin dari kantor berita seperti Antara. Koran yang dibaca Sukarno, antara lain, Merdeka, Suluh Indonesia, Duta Masyarakat, Pedoman, Indonesia Raya, Sinpo.

Pagi-pagi sekali, surat kabar tersebut harus sudah ada di atas meja Bung Karno. Bila sedang pergi ke kamar kecil dan waktu sebelum ke kamar kecil, bacaan ini dibawa juga ke kamar kecil tersebut.

Merokok Usai Makan

Satu hal yang biasa dilakukan Sukarno seusai makan adalah merokok. Ini dia lakukan usai makan dan menyantap buah bersama keluarga jika tidak di luar Istana.

Putri ketiga Sukarno dari Fatmawati, Rachmawati Soekarnoputri, punya kenangan tersendiri soal rokok bapaknya ini. Rachma yang selalu mengambil kursi di sisi meja sebelah kanan Bung Karno, sangat intens mencermati cara makan bapaknya.

Selesai makan, seperti biasa Bung Karno mengambil buah-buahan. Dia selalu membagi buah yang dia makan kepada putra-putrinya. Rachma paling sering mendapat jatah buah yang dimakan bapaknya. “Pendek kata, dalam hal makanan, Bapak memperhatikan mutu,” ujar Rachma.

Usai makan dan menyantap buah, Bung Karno mengambil rokok 555. Diambilnya sebatang, dinyalakan, dan asap pun berkepul-kepul. Sampai pada tahap ini, Rachma masih sering memandangi bapaknya.

Rachma hafal betul, jarang sekali bapaknya merokok sampai habis. Ia segera mematikan rokok saat rokok baru setengah terbakar. Di hisapan terakhir, asap rokok ditiupkan ke ubun-ubun Rachmawati. Asap yang ditiupkan di rambut Rachma tentu saja menyisakan kepulan asap dari atas kepala. “Saya sangat senang kalau Bapak melakukan itu….” ujar Rachma.

Nah, setelah semua asap disemburkan ke ubun-ubun Rachma, biasanya sambil berdiri Bung Karno tertawa dan berkata, “Naaah… rambutnya kebakaran… makanya selalu pirang seperti rambut jagung….” Bung Karno tertawa, Guntur, Mega, Sukma, dan Guruh pun terpingkal-pingkal.

Menonton Film

Sukarno sangat menyukai film. Dia akan menabung untuk bisa menonton bioskop. Kadang karena uangnya kurang, Soekarno muda menonton bioskop dari balik layar, sehingga film yang ditontonnya terbalik-balik.

Saat bertemu Presiden Amerika Serikat, Dwight Eisenhower, pembicaraan soal film menjadi pemecah kebuntuan komunikasi setelah keduanya tidak menemukan titik temu pembicaraan soal politik. AS yang menggiring Bung Karno untuk menjadi barisan pendukung demokrasi Barat ditanggapi dingin oleh Sukarno.

Alhasil, di antara deretan pembicaraan yang panjang, obrolan tentang film-film kegemaran keduanya justru yang menyita perhatian.

Seperti ditulis Cindy Adams dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah rakyat Indonesia, Sukarno mengaku tiga kali seminggu menonton film di Istana. Film yang disukai Bung Karno adalah karya bergenre sejarah dan biografi.

Menyantap Sayur Lodeh dan Sayur Asam

Bung Karno dikenal simpel soal makanan. bekas komandan Datasemen Kawal Pribadi Presiden Soekarno, Mangil Martowidjojo, dalam buku Kesaksian tentang Bung Karno 1945-1967 menyatakan, Bung Karno hanya makan nasi satu porsi mangkuk kecil.

Sayuran yang paling digemari adalah sayur lodeh, sayur asam, juga telur mata sapi. Menu tersebut ditambah dengan ikan asin dan sambal. "Sambal ini tak boleh dipindah dari cowek atau ditaruh di piring," kata Mangil.

Menu makanan Bung Karno bisa dikatakan tak mewah. Makanan rakyat biasa saja. Minumnya juga hanya teh.

Kalau pagi, Bung Karno biasa minum kopi tubruk. Cara membuat kopi jenis ini ada resepnya. Satu cangkir diisi dengan satu sendok kopi dan satu setengah sendok gula.

Selain di istana, terkadang Bung Karno juga makan di luar. Kalau pergi ke rumah makan, Bung Karno senang ke Rumah Makan Tungkong di kawasan Menteng, tak jauh dari Patung Pak Tani. Di rumah makan ini, biasanya Bung Karno memesan mi goreng, nasi goreng, ayam goreng, atau satai ayam.

Mengenakan Peci Hitam

Siapa yang tidak kenal dengan peci hitam Bung Karno. Benda satu ini selalu menempel di atas kepala sang Proklamator ke mana pun dia berada.

Mangil Martowidjojo menyatakan Sukarno adalah penyuka peci.

Peci yang dikenakan Sukarno selalu terpasang rapi bersanding dengan pakaian yang dijahit secara khusus oleh penjahit langganan yang bernama The, seorang keturunan China.

"Bung Karno paling teliti soal pakaian. Kalau ada wartawan atau kawan berpakaian kurang rapi, misalnya memakai dasi miring, Bung Karno langsung membetulkan," ujar Mangil.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya