Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen Tatang Sulaiman menyebutkan, Batalyon Raider 515 Kostrad, Satgas Tinombala, baku tembak dengan kelompok teroris di Poso, Sulawesi Tengah, sehingga menyebabkan salah seorang terduga Santoso, tewas.
"Jadi ada kontak senjata di koordinat UTM 2027-6511. Kontak tembak dari Satuan Tugas Batalyon Raider 515 Kostrad. Yang jelas tim satgas penugasan pengejaran Santoso," ucap Kapuspen TNI seperti dilansir Antara di Jakarta, Selasa (19/7/2016).
Baca Juga
Jenderal bintang dua ini menyebutkan, baku tembak terjadi pada Senin 18 Juli 2016. Ada lima orang yang terlibat baku tembak dengan tim Satgas Tinombala, dua orang di antaranya tewas. Salah satunya diduga Santoso.
Advertisement
"Dua orang meninggal salah satu cirinya berjenggot dan mempunyai tahi lalat yang cirinya dicurigai mirip Santoso," Tatang menjelaskan.
Saat ini, imbuh dia, tim masih melakukan evakuasi, karena lokasi penembakan yang jauh, sekitar 60 kilometer dari Poso, tepatnya berada di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Sulteng. Tim akan langsung membawa dua jenazah itu ke RS Bhayangkara di Poso untuk melakukan identifikasi.
"Saat ini terakhir informasi yang saya dapat, masih dilakukan evakuasi dari TKP, dengan satu pucuk M16. Informasi selanjutnya kita tunggu penjelasan dari pihak polisi," tutur Tatang.
Baku tembak antara aparat keamanan dengan lima orang bersenjata yang diduga kelompok Santoso terjadi di hutan Tambarana, Poso Pesisir Utara. Kejadian yang terjadi pada Senin pukul 18.30 Wita itu menewaskan 2 orang yang salah satunya mempunyai ciri khas Santoso.
Namun, tiga anggota bersenjata yang diduga kelompok Santoso berhasil kabur pascabaku tembak di Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Senin 18 Juli 2016 sekitar pukul 18.30 Wita.
Wakil Kapolda Sulawesi Tengah Kombes Leo Bona Lubis mengungkapkan kronologi kejadian tersebut. Dia menuturkan, baku tembak itu terjadi saat 17 anggota kepolisian tengah melakukan operasi pengejaran kelompok Santoso.
"Anggota tengah melakukan pengejaran, dan bertemu dengan kelompok yang berjumlah lima orang yang tidak dikenal. Sehingga terjadi kontak tembak. Dan kemudian ditemukan dua jenazah dan senjata M-16," ujar Leo Lubis saat dihubungi Liputan6.com dari Jakarta, Senin 18 Juli 2016.