Legislator Golkar: Hukuman Tegas Tak Cukup Berangus Terorisme

Wasekjen DPP Partai Golkar Jerry Sambuaga menilai perlu diberikan solusi yang komprehensif untuk membasmi bibit radikalisme.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 29 Agu 2016, 17:43 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2016, 17:43 WIB
20160828-Teror Bom Bunuh Diri di Gereja Santo Yosep Medan-Medan
Petugas polisi mengawal pelaku teror bom bunuh diri di Gereja Santo Yosep Medan, Sumut, Minggu (28/8). Pelaku berhasil diamankan, lantaran bom yang dibawa di dalam ransel dan hendak diledakkan saat Misa, justru gagal meledak dan melukai pelaku. (AFP/STR)

Liputan6.com, Jakarta - Bibit radikalisme seperti yang ditunjukkan pelaku teror di Gereja Santo Yosep di Medan, Sumatera Utara harus segera dikikis. Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Jerry Sambuaga menilai perlu diberikan solusi yang komprehensif untuk membasmi bibit-bibit radikalisme tersebut.

"Tindakan hukum tegas saja saya kira tidak cukup, karena itu hanya solusi untuk menghukum, bukan pencegahan. Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan terhadap kasus ini," kata Jerry di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (29/8/2016).

Menurut dia, pemerintah harus mengutamakan dialog antarumat beragama untuk mengurangi dampak radikalisme. Hal itu juga sebagai bentuk pencegahan agar kasus serupa tidak terulang lagi di kemudian hari.

"Kalau hanya menghukum kan ada kemungkinan akan terulang lagi karena bibit radikalisme tidak dicegah. Selain itu meningkatkan kesejahteraan rakyat agar tidak termotivasi untuk melakukan tindakan kejahatan," ujar Jerry.

Dia menambahkan ekspresi kebencian terhadap SARA yang marak di sosial media harus ditertibkan. Hal itu, kata dia, agar warga tidak provokasi dan menimbulkan bibit-bibit yang dapat menyebabkan radikalisme dan bahkan bisa berujung ke terorisme.

‎"Perlu adanya pendidikan dan pemahaman tentang toleransi dan juga keberagaman serta kemajemukan agama di masyarakat. Aparat juga perlu lebih waspada dan antisipatif terhadap bibit-bibit yang provokatif atau sentimen terhadap agama tertentu," tandas Jerry.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan aksi terorisme yang melibatkan anak di bawah umur di Medan tidak terlepas dari merebaknya dunia maya. Kondisi ini berbeda dengan kasus sebelumnya yang menunjukkan kecenderungan pelaku teror bertindak secara berkelompok (jaringan).

Anak-anak, lanjut Tito, menjadi kalangan rentan dengan penyebaran paham-paham radikal dalam bentuk siber.

Pelaku teror di Medan, mengakses situs kelompok radikal ISIS dan mempelajari ideologinya. Pelaku juga diduga kuat belajar merakit bom lewat internet.

"Kita lihat bomnya sangat sederhana sekali, mirip mercon sebetulnya," kata Tito.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya