Liputan6.com, Palembang - Meski statusnya masih bebas bersyarat, mantan Ketua Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) Antasari Azhar, tidak mau melewatkan begitu saja masa kebebasannya.
Hanya 12 hari setelah keluar dari Lapas Klas I Tangerang, pada 10 November 2016, Antasari pun langsung terbang ke Palembang, Sumatera Selatan. Antasari datang ke kota Pempek sejak Selasa 22 November kemarin, untuk menghadiri acara syukuran atas pembebasannya dari tahanan, yang diselenggarakan alamamaternya Universitas Sriwijaya.
Baca Juga
Antasari pernah mengenyam Ilmu Hukum tahun 1974 di Universitas Sriwijaya.
Advertisement
Kepada Liputan6.com, Antasari mengungkapkan sempat diliputi rasa cemas saat hendak terbang ke Palembang. Usut punya usut, Antasari ternyata cemas saat hendak akan naik pesawat.
"Sudah 10 tahun saya tidak pernah naik pesawat, waktu baru naik pesawat lagi, ada rasa was-was," ujar Antasari, Rabu (23/11/2016), di Palembang.
Antasari mengaku merasa asing dengan pesawat terbang. Tidak hanya itu, dia juga masih belum terbiasa dengan kondisinya sekarang, terlebih dengan lingkungan dan tempat tinggal bersama keluarga besarnya.
"Saat bangun tidur, saya pergi ke kamar mandi. Saya jalan ke kanan, ternyata ke kanan itu waktu di dalam (penjara), saya lupa kamar mandi di mana," lanjut Antasari.
Perubahan status juga dirasakan Antasari setelah keluar dari penjara. Saat mendekam di balik jeruji besi selama 7 tahun 6 bulan, dia masih berstatus sebagai seorang ayah. Namun, kini dia telah menjadi kakek tiga orang cucu.
Karena itu, Antasari Azhar ingin diberikan keleluasaan untuk menikmati masa-masa bersama keluarganya. Dia merasa harus membiasakan diri dengan lingkungan yang sudah lama ia tinggalkan.
Dia menilai 3 bulan sebagai waktu yang pas untuk beristirahat dan menikmati kebersamaan dengan keluarga.
"Beri saya waktu untuk tenang dulu, baru nanti mikir lagi. Saya ingin kumpul bersama keluarga," ujar Antasari.
Antasari menceritakan, waktu masih sibuk bekerja, keluarga dinomorduakan dan pekerjaan yang utama. Tapi waktu di penjara, keluargalah yang ada di dekatnya. Sedangkan lingkungan pekerjaannya, justru menjerumuskan dia.
Â