Gerakan Literasi Nasional, Strategi Giatkan Minat Baca

Tingkat melek huruf di Indonesia sudah tinggi, tapi sayang minta baca masyarakat sungguh rendah.

oleh Hotnida Novita Sary diperbarui 24 Nov 2016, 16:23 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2016, 16:23 WIB

Liputan6.com, Jakarta Hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA) pada 2012 menyebutkan, budaya literasi masyarakat Indonesia terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti di dunia.

Melihat rendahnya minat literasi di Indonesia itulah yang mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menggagas Gerakan Literasi Nasional.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat Kemdikbud Harris Iskandar mengakui minat membaca anak-anak usia sekolah di Indonesia sangat rendah.

"Menurut survei BPS, 90,27 persen anak usia sekolah suka menonton televisi, sedangkan hanya 18,94 persen yang suka membaca. Selain itu, dari hasil penelitian yang didapat, indeks membaca masyarakat Indonesia 0,001. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu yang suka membaca," kata Harris.

Hal ini disampaikan Harris dalam seminar bertajuk 'Sinergi Gerakan Literasi Nasional dan Menimbang Gagasan Indeks Literasi di Indonesia' di Hotel Atlet Century, Jakarta, Kamis (24/11/2016).

"Kita juga menyayangkan tingkat melek huruf di Indonesia sudah tinggi, sekitar 96,3 persen, tapi minta baca sungguh rendah," ujar Harris.

Untuk itu, lanjut Harris, Kemdikbud bersama Balai Pustaka bekerja sama dengan BUMN dan pihak swasta membuat beberapa kegiatan untuk mendorong minat baca masyarakat.

Suplai Buku

Direktur Utama Balai Pustaka Saiful Bahri menuturkan, kegiatan yang dilakukan antara lain membuat Taman Bacaan Sekolah (TBS), Taman Bacaan Masyarakat (TBM,) Taman Bacaan Keliling (TBK), dan Taman Bacaan Digital (TBD).

"Balai Pustaka membuka taman bacaan di seluruh Indonesia. Di NTT misalnya, sudah dibangun 32 taman bacaan. Kami suplai buku, dan survei juga buku apa yang dibutuhkan, lalu kirim (buku-buku tersebut). Balai Pustaka juga membuat pelatihan taman bacaan juga," tutur Saiful.

Menurut Saiful, pendirian taman-taman bacaan dalam mendorong minat baca anak dan masyarakat sangat baik. Berdasarkan survei yang dilakukan Balai Pustaka tahun 2015, Taman Bacaan Sekolah dapat menjaring 200 pengunjung setiap bulan, Taman Bacaan Masyarakat mendapat 600 pengunjung setiap bulan, sedangkan Taman Bacaan Keliling didatangi 1.200 orang setiap bulan.

Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Kemdikbud Ella Yulaelawati R mengungkapkan pendistribusian buku-buku ke seluruh pelosok Tanah Air bukannya tanpa hambatan. Mahalnya biaya pengiriman dari pusat ke daerah, terkhusus daerah terpencil, menjadi salah satu tantangan bagi pemerintah dan pihak swasta.

"Karena itu, kami akan terus mencari solusi bagaimana agar dapat memotong mahalnya biaya logistik dari pusat ke daerah. Karena bisa saja ongkos kirimnya malah lebih mahal dari harga buku itu sendiri," ucap Ella.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya