Liputan6.com, Jakarta: Nasib seorang maestro terkadang tidak sebaik mahakaryanya. Sartono, sang pencipta lagu wajib "Hymne Guru" kini hanya hidup sederhana di rumah berdinding kayu. Yang lebih miris, tak ada sepeser pun uang pensiun yang diterima mantan guru tersebut.
Kala itu, Sartono, seorang guru era-80an mengikuti lomba mencipta lagu pendidikan. Dari 330 peserta, lagu ciptaannya menjadi pemenang. Ia pun mendapat hadiah Rp 750 ribu dan dikirim ke Jepang bersama belasan guru teladan. Walau seorang guru, ternyata ia tidak pernah diangkat menjadi guru tetap. Honornya pun tergolong kecil, hanya Rp 60 ribu. Dan kini, sang pahlawan tanpa tanda jasa itu tidak menerima bantuan apapun dari pemerintah. Sangat disayangkan.(WIL/AYB)
Kala itu, Sartono, seorang guru era-80an mengikuti lomba mencipta lagu pendidikan. Dari 330 peserta, lagu ciptaannya menjadi pemenang. Ia pun mendapat hadiah Rp 750 ribu dan dikirim ke Jepang bersama belasan guru teladan. Walau seorang guru, ternyata ia tidak pernah diangkat menjadi guru tetap. Honornya pun tergolong kecil, hanya Rp 60 ribu. Dan kini, sang pahlawan tanpa tanda jasa itu tidak menerima bantuan apapun dari pemerintah. Sangat disayangkan.(WIL/AYB)