Penganiayaan di STIP Diduga Jadi Tradisi Peralihan Tim Drum Band

Menurut Utomo, kejadian tersebut tidak dipicu karena adanya bentrok antara senior dan junior di STIP Cilincing.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 11 Jan 2017, 18:31 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2017, 18:31 WIB
Ilustrasi Penganiayaan
Ilustrasi Penganiayaan (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan Wahju Satrio Utomo menyampaikan belasungkawa atas aksi bullying yang menyebabkan korban jiwa di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Cilincing, Jakarta Utara. Dia pun membeberkan informasi yang diterima terkait penganiayaan tersebut.

Menurut Utomo, kejadian tersebut tidak dipicu karena adanya bentrok antara senior dan junior. Namun disebabkan adanya cara tidak wajar yang dilakukan kakak tingkat sebagai bentuk penyerahan posisi pemain drum band kepada adiknya.

"Menurut teman-teman almarhum, ada hubungan peralihan pemain drum band dari kakak kepada adiknya. Ini kita perlu teliti lebih lanjut," tutur Utomo di Ruang Maritim STIP, Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (11/1/2017).

Dia pun menampik bahwa kegiatan tersebut masih merupakan bagian dari ospek kampus. Yang bersangkutan yakni Amirullah Adityas Putra (18) pun pada saat kejadian tidak diketahui kapan mendatangi kamar seniornya tempat peristiwa nahas itu terjadi.

"Jadi ini bukan ospek. Ini taruna lama. Masuk sekitar September jadi sudah 4 sampai 5 bulan. Jadi bukan ospek. Info sementara dari rekan almarhum itu memang tidak diketahui keluar dari kamar. Sendirian lah bisa dibilang," jelas dia.

Dia pun mempertanyakan lolosnya korban dari pengawasan petugas jaga malam STIP. Hal itu kini menjadi bahan penyelidikan tim internal kampus.

"Saya juga ingin tahu peristiwa sebenarnya. Pengawasan sudah ketat dari internal, dibantu TNI Polri 12 orang setiap malam. Ini di mana lolosnya," Utomo memungkas.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya