PDIP: Pengamalan Islam Harusnya Memperkuat Nasionalisme

Hamka menegaskan, belakangan juga mulai muncul gerakan yang mengarah pada upaya penghancuran semangat kebhinekaan.

oleh Moch Harun Syah diperbarui 21 Jan 2017, 21:44 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2017, 21:44 WIB
Ngaji kebangsaan PDIP
Ngaji kebangsaan PDIP (Liputan6.com/ Moch Harun Syah)

Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun yang ke 44, PDI Perjuangan menggelar ngaji Kebangsaan. Acara ini digelar di Kantor DPP PDIP di Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Ketua Umum Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) PDI Perjuangan Prof Hamka Haq mengatakan, acara ini untuk meneguhkan bahwa partai yang dipimpin Ketua Umum Megawati Soekarnoputri ini benar-benar menjadi pelopor utama dalam hal kebangsaan.

"Dengan kegiatan ini, kita meneguhkan bahwa pengamalan beragama, pengamalan Islam itu secara otomatis memperkuat nasionalisme," kata Hamka Haq saat memberikan sambutan dalam acara Ngaji Kebangsaan di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu (21/1/2017) malam.

Hamka melanjutkan, kegiatan keagamaan ini jadi penting lantaran belakangan ini semangat nasionalisme bangsa Indonesia seperti tergerus dan terus dipertentangkan dengan hal-hal keagamaan. Bahkan bisa dikatakan ada suatu gerakan yang mempertentangkan Pancasila sebagai dasar negara dengan ajaran Islam.

"Ada yang ingin ganti Pancasila sebagai dasar negara, ada yang mulai teriakkan khilafah, ini kan mengarah ke ISIS," tambah salah satu penasihat MUI ini.

Hamka menegaskan, belakangan juga mulai muncul gerakan yang mengarah pada upaya penghancuran semangat kebhinekaan. Artinya, mulai ada suatu gerakan yang ingin menjadikan kemajemukan di negeri ini untuk dikuasai oleh kelompok tertentu.

"Ada juga pelecehan terhadap simbol negara, terhadap Bung Karno sebagai perumus Pancasila, pelecehan terhadap bendera Merah Putih. Ini semua upaya yang perlu kita hadapi dengan menguatkan bahwa nasionalisme tidak mengurangi kita sebagai muslim, sebagai umat beragama, baik dalam arti politik maupun spiritualisme," beber dia.

Menurut Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alaudin Makassar ini, patut disyukuri bahwa Indonesia selama merdeka benar-benar menjadi bangsa yang saling menghargai dan menegakkan Bhineka Tunggal Ika. Oleh karena itu harusnya ketika muncul adanya upaya yang merusak keragaman dan kebhinekaan, harus disikapi dengan sikap tegas.

Dia pun melanjutkan, pengamalan agama tidak harus menghabisi rasa nasionalisme dan kebhinekaan. Sebaliknya pengamalan beragama harus memperkuat nasionalisme hingga menjadikan perbedaan dan kebhinekaan semata-mata sebagai rahmat Tuhan bahwa Islam adalah agama yang Rahmatan Lil Alamin.

"Maka kita sekarang, kegiatan ini konsolidasi, termasuk kegiatan religius dengan ngaji kebangsaan. Jadi kita mengamalkan Islam, dalam rangka memperkuat nasionalisme. Tidak ada pertentangan, bahkan Islam atau suatu agama akan kokoh dengan memperkuat nasionalisme," ujar Hamka lagi.

Sebagai upaya menguatkan nasionalisme dalam pengamalan keagamaan, khususnya pengamalan Islam, PDI Perjuangan, kata Hamka, ke depan akan rutin menggelar Ngaji Kebangsaan. Ia pun menerangkan, kegiatan ngaji ini bukan sekadar pemanis, melainkan merupakan pelaksanaan program PDIP tentang keislaman.

"Konteks pengamalan agama, justru bisa tegak dengan sendirinya ketika masyarakat hidup dalam suasana damai, dibandingkan dalam suasana kacau, seperti di luar negeri yang banyak terjadi. Banyak yang kemudian hijrah akibat perang, pengamalan agama mereka terganggu, karena mereka saling memusihi, hidup dalam suasana konflik," tambah dia.

Dalam acara tersebut hadir juga Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, Ketua DPP PDI Perjuangan Idham Samawi dan sejumlah fungsionaris DPP PDI Perjuangan. Dipimpin oleh Ketua Umum Patriot Garuda Nusantara (PGN) KH Nuril Arifin Husein atau yang akrab disapa Gus Nuril. Ngaji Kebangsaan dimulai Ba'da Isya sekitar pukul 20.00 WIB.

Sekjen PDI P Hasto Kristiyanto menuturkan, acara ini diikuti segenap elemen bangsa yang membuktikan ada komitmen dan semangat kuat dalam menjaga kesatuan dan persatuan bangsa.

"Ini semangat bersama dan menunjukkan komitmen yang kuat dalam masalah kebangsaan," kata Hamka.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya