Saksi PBNU Sebut Ahok Loncat Pagar dengan Sitir Al Maidah 51

Saksi PBNU menilai ucapan Ahok jangan mau dibohongi pakai Al-Maidah adalah penistaan agama.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 22 Feb 2017, 07:39 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2017, 07:39 WIB
20170221-Sidang Ahok ke-11-Jakarta
Terdakwa Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjalani sidang lanjutan kasus dugaan penodaan agama di Auditorium Kementan, Jakarta, Selasa (21/2). JPU menghadirkan empat saksi ahli dalam sidang ke sebelas hari ini. (Liputan6.com/Yuniadhi Agung/Pool)

Liputan6.com, Jakarta - Pada sidang ke-11 kasus dugaan penistaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Jaksa penuntut umum (JPU) Ali Mukartono bertanya pada ahli agama Islam Miftahul Achyar terkait bolehkah nonmuslim menafsirkan Alquran.

"Jelas tidak boleh, harus yang berhati bersih, tidak ada kepentingan dan punya pemahaman mendalam. Harus super hati-hati," ujar Miftahul yang juga rois Aam PBNU itu di Auditorium Kementan, Selasa (21/2/2017).

Miftahul menilai pidato Ahok mengutip Al Maidah adalah bentuk "loncat pagar" atau menyinggung hal di luar keahliannya.

"Dia loncat pagar karena dia bukan ahlinya. Juga disebut loncat pagar karena dia awalnya menyampaikan hal-hal berhubungan dengan budidaya ikan tapi malah sebut Al-Maidah itu," jelas Miftahul.

Dengan mengatakan hal yang di luar keahliannya, Miftahul berpendapat ucapan Ahok 'jangan mau dibohongi pakai Al-Maidah' adalah penistaan agama. "Ada kata bohong. Itu penistaan," ujar dia.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya