Liputan6.com, Pekanbaru - Perbaikan pesawat F-16 dengan nomor ekor 1603 yang tergelincir di landasan pacu Bandara Sultan Syarif Kasim II dilakukan di Lapangan Udara Iswahyudi, Magetan, Jawa Timur. Perbaikan diperkirakan memakan biaya US$ 2.000 atau setara dengan Rp 25 miliar.
Menurut Komandan Lapangan Udara Roesmin Nurjadin Pekanbaru Henri Alfiandi‎, perbaikan berlangsung selama 2 sampai 3 bulan ke depan, di mana pesawat itu nantinya dibawa memakai Hercules.
"Tidak dibawah utuh begitu. Setiap bagian pesawat akan dipisah-pisah. Sayapnya dicopot, ekornya dicopot dan bagian-bagian lainnya dilepas, kemudian dipaketkan masuk ke Hercules," kata Henri di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Jumat 17 Maret 2017.
Advertisement
Henri menerangkan, pesawat buatan Amerika itu mengalami kerusakan pada tiga bagian, yaitu di bagian sayap pada ekor atau stabilizer, bagian sayap depan bagian kiri, dan pada hidungnya‎.
"Tiga kerusakan itu saat tergelincir, kemudian pada saat recovery ada kerusakan pada bagian kanopi (kaca tempat pilot). Ini terjadi saat evakuasi dilangsungkan, bagian itu saja kerusakannya," ujar penerbang Pesawat Hawk Black Panther ini.
Hasil pemeriksaan yang dilakukan Tim Mabes TNI AU dan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, pesawat dengan kerusakan demikian masih bisa diperbaiki dan dikembalikan seperti semula. Artinya pesawat masih dinyatakan layak terbang.
"Kesimpulannya masih layak terbang, tunggu perbaikan dan akan dioperasikan lagi nantinya," sebut Henri.
Perbaikan pesawat yang mencapai Rp 25 miliar itu merupakan cara yang paling ekonomis. Sebab, jika membeli baru dengan tipe pesawat sejenis akan menguras biaya Rp 750 miliar.
Dia menerangkan, satu bagian pada sayap saja bisa mencapai Rp 2 miliar, sementara pada hidung juga memakan biaya hampir serupa. Dengan kondisi yang tidak parah, perbaikan pesawat ini masih murah.
"Manfaatnya besar, ini pesawat kebanggaan dan milik rakyat Indonesia. Dan yang diperbaiki ini adalah pesawat dan biaya itu memakai anggaran negara (APBN)," sebut Henri.
Dia menyebutkan, saat ini sudah ada beberapa anggota dari tim teknisi pesawat Mabes TNI AU di Lanud Roesmin Nurjadin untuk memperbaiki pesawat. Tim yang dipimpin Kolonel Tek Iwan ini sudah berada di Pekanbaru sejak 15 Februari 2017.
"Tim ini membantu recovery dan menjelang pesawat dibawa ke Lanud Iswahyudi," terang Henri, didampingi Kepala Penerangan Lanud Roesmin Nurjadin Mayor Sus Rizwar Iwank.
Penyebab Pesawat Tergelincir
TNI AU menduga tergelincirnya Pesawat F 16 pada Selasa 14 Maret 2017 karena rem tidak berfungsi. Hanya saja hal ini bukan keputusan final karena masih dilakukan penyelidikan setelah 'burung besi tempur' buatan Amerika itu dievakuasi.
"Ini bukan pernyataan resmi (final), tapi dugaannya mengarah ke situ, mal fungsi pada pengereman," sebut Komandan Lapangan Udara Roesmin Nurjadin Pekanbaru Marsekal Pertama Henri Alfiandi.
Dia menyebutkan, sistem pengereman F-16 tidak sama pada pesawat lainnya. Pesawat ini mengandalkan sistem informasi secara elektronik, dengan artian pilot bisa mengerem kalau sistem memberikan informasi.
"Bukan kayak pedal gitu langsung diinjak, beda sekali dengan yang lainnya," kata pria yang pernah menerbangkan Pesawat Hawk Black Panther ini.
Dia menyebutkan, pesawat tergelincir hingga terbalik disebabkan oleh sistem gravitasi. Sebab sistem gravitasi pesawat ini terletak pada bagian belakang.
Menurut Henri, recovery pesawat itu sudah berlangsung sejak 15 Maret lalu. Pesawat kemudian dievakusi dari lintasan pacu milik bersama antara PT Angkasa Pura II (Bandara Sultan Syarif Kasim II) dengan TNI AU.
"Akibat tergelincirnya ini, pesawat mengalami kerusakan sekitar pada 20 persen dan sudah dilaporkan ke Pusat (Mabes TNI AU)," terang pria berbintang satu di pundaknya ini.
Advertisement
Lebih Garang
Henri mengatakan, setelah diperbaiki pesawat buatan Amerika itu bakal menjadi garang dengan kemampuan terbang lebih tinggi.
Sebab, setelah diperbaiki selama dua sampai tiga bulan di Lanud ‎Iswahyudi, Magetan, Jawa Timur, pesawat di Skadron 16 Lanud Roesmin Nurjadi ini bakal diupgrade dan akan kembali mengudara pada 2019.
Menurut Henry, proses upgrade berlangsung selama delapan bulan. Hal itu di luar proses perbaikan pascatergelincir selama dua sampai tiga bulan.
"Selama delapan bulan diupgrade dan bukan tahun ini karena pesawat ini masuk antrean nomor tiga. Sekitar akhir tahun 2019 baru dioperasikan lagi," sebut Henri.
Dia menyebut, seharusnya pesawat ini sudah tidak lagi berada di Lanud Roesmin menjelang tergelincir pada Selasa 14 Maret 2017 sekitar pukul 17.00 WIB lalu. Hanya saja, pengiriman belum dilakukan mengingat masih dibutuhkan.
"75 jam sebelum insiden seharusnya sudah dikirim, ada beberapa pertimbangan sehingga tidak dilakukan," terang Henry.
Henri menerangkan, upgrade dilakukan pada semua sistem pesawat, baik itu ada radar ataupun pada sistem persenjataanya. Untuk mesin tidak dilakukan karena masih bagus sehingga tidak perlu diperbaiki.
Setelah upgrade, F-16 tersebut akan memiliki kemampuan terbang lebih tinggi. Jika sebelumnya hanya 6.000 jam, upgrade bakal membuatnya memiliki daya terbang hingga mencapai 8.000 jam.
"Bahkan bisa mencapai 10.000 jam terbang," kata Henri.
Dia menyebut, upgrade ini sudah lama direncanakan, persisnya ketika pesawat ini beroperasi di Lanud Roesmin Nurjadin pada 1 April 2016.‎ Anggarannya sudah dipersiapkan karena sudah diajukan ke Mabes TNI AU.