Jokowi Minta Warga Indonesia Belajar dari Sejarah Afghanistan

Afghanistan saat ini berjuang menyatukan kembali warga mereka setelah konflik.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 23 Mei 2017, 18:21 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2017, 18:21 WIB
Jokowi
Presiden Joko Widodo atau Jokowi (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Bogor - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengingatkan masyarakat untuk tetap menjaga persatuan. Menurut Jokowi, kondisi akan bertambah buruk bila perselisihan antarsaudara semakin parah.

"Betapa sulitnya kalau sudah saling berantem antarsaudara sendiri," kata Jokowi di hadapan anggota Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama (AFKUB) di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (23/5/2017).

Jokowi mencontohkan bagaimana Afghanistan saat ini berjuang menyatukan kembali warga mereka. Saat Presiden Afghanistan Asraf Ghani berkunjung ke Indonesia, dia menceritakan, negaranya memiliki banyak sumbar daya alam seperti tambang emas, gas, dan minyak terbesar di dunia.

Perselisihan mulai muncul saat dua kubu berbeda sama-sama membawa pihak luar untuk mengeksplorasi kekayaan alam itu. Permasalahan ini, kata Jokowi, kemudian berlarut dan berubah menjadi pertikaian besar.

"Akhirnya betul-betul menjadi sebuah pertikaian besar. Dan sekarang jadi ceritanya Presiden Asraf 24 tahun berada di luar negara karena pertikaian itu. Akhirnya sekarang ada 40 faksi 40 kelompok yang sudah sangat sulit sekali untuk dirukunkan kembali," tutur Jokowi.

Karena itu, lanjut Jokowi, Afghanistan sangat kagum dengan kerukunan di Indonesia. Selama 72 tahun Indonesia merdeka dan hampir tanpa perseteruan berarti antar bangsa seperti yang dialami Afghanistan.

"Pesen Presiden Asraf Ghani, Presiden Jokowi, negaramu ini sangat beragam sekali sukunya banyak sekali, agamanya banyak, bahasa-bahasa lokal banyak sekali, di Afghanistan 99 persen itu agamanya sama," ungkap Jokowi.

Saat itu, kata Jokowi, Presiden Afghanistan juga menitip pesan kepadanya untuk menjaga betul kerukunan dan persatuan di Indonesia. Dia bahkan meminta Indonesia mengambil peran dalam menyatukan berbagai kelompok yang terpecah di Afghanistan.

"Jangan biarkan 250 juta lebih penduduk Indonesia ini berantem gara-gara 1.000, 2.000, 10 ribu orang. Jangan korbankan rakyat. Mengaca dari pengalaman Afghanistan yang seperti itu, sangat sulit sekali untuk merukunkan," pungkas Jokowi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya