BIN: 39 Persen Mahasiswa Terpapar Radikalisme

Kondisi tersebut didasarkan atas penelitian BIN pada 2017 lalu.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Apr 2018, 06:59 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2018, 06:59 WIB
20160909-Jokowi-Lantik-Budi-Gunawan-Jadi-Kepala-Bin-Jakarta-FF
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan bersiap mengikuti pelantikannya di Istana Negara, Jakarta, Jumat (9/9). Budi Gunawan resmi menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) menggantikan Sutiyoso. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Semarang - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan mengungkapkan, sekitar 39 persen mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi telah terpapar paham radikal. Kondisi tersebut didasarkan atas penelitian BIN pada 2017 lalu.

"15 provinsi di Indonesia menjadi perhatian pergerakan radikalisme," ujar Budi Gunawan di Kongres IV BEM PTNU se-Nusantara di Semarang, Sabtu, 28 April 2018.

Dari penelitian itu juga diketahui tiga perguruan tinggi di Indonesia mendapat perhatian karena kondisinya bisa menjadi basis penyebaran paham radikal.

Namun, pria yang akrab disapa BG itu, tidak mengungkapkan identitas ketiga perguruan tinggi itu. Berdasarkan penelitian itu, juga diketahui peningkatan paham konserfatif keagamaan.

Dari survei yang dilakukan diperoleh data 24 persen mahasiswa dan 23,3 persen pelajar SMA setuju dengan jihad untuk tegaknya negara Islam.

"Kondisi ini mengkhawatirkan karena mengancam keberlangsungan NKRI," kata BG dikutip dari Antara.

Kondisi itu, lanjut dia, juga diperkuat dengan keterlibatan seorang pemuda lulusan salah satu PTN yang terlibat dalam teror di Jakarta beberapa waktu lalu.

"Ini semakin menegaskan bahwa lingkungan kampus sudah menjadi target bagi kelompok radikal untuk memobilisasi calon teroris baru.


Motor Perubahan

20161019-Kepala BIN Raker dengan Komisi I-Jakarta
Kepala BIN Budi Gunawan menyimak paparan saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/10). Rapat membahas Penyesuaian RKA-K/L Tahun 2017 sesuai hasil pembahasan Banggar DPR RI. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Oleh karena itu, lanjut dia, mahasiswa harus mampu memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Fenomena radikalisme di kalangan mahasiswa sangat besar dari aspek potensi ancaman.

Ia menggarisbawahi peran strategis mahasiwa untuk mewujudkan masyarakat yang madani.

Sejarah, lanjut BG, mencatat gerakan mahasiswa yang menjadi motor perubahan di Indonesia.

"Jangan mahasiswa justru diperalat oleh kelompok radikal untuk memecah belah tatanan masyarakat yang kita bangun," katanya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya