Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengungkap bahwa kekuatan ISIS yang berbasis di Filipina Selatan telah dijadikan sebagai salah satu basis teroris dan ikut memicu aksi-aksi teror di Asia Tenggara.
Kelompok itu berencana untuk membangun jaringan dengan menggabungkan antara Islamic State Phillipines, Islamic State Malaysia, dan Islamic State Indonesia di bawah pimpinan Mahmud Ahmad yang merupakan bagian dari struktur ISIS Pusat di bawah Pimpinan Abu Bakr Al-Baghdadi yang berbasis di Irak.
Baca Juga
"ISIS bukanlah masalah agama, tetapi adalah buah dari konflik politik di Irak pasca-Saddam Husein. Hal ini harus jelas diketahui oleh semua bangsa dan negara di dunia," ucap Ryamizard seperti dilansir Antara, Selasa (22/1/2019).
Advertisement
Hal ini dikatakan Ryamizard di hadapan puluhan atase pertahanan negara-negara sahabat yang dia undang ke Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta.
Hal lainnya, kata purnawirawan Jenderal Bintang empat ini, ancaman terhadap ideologi dengan melakukan cuci otak atau brainwash. Dia mencontohkan aksi teror bom bunuh diri yang dilakukan satu keluarga di Surabaya tahun lalu.
"Dalam proses brainwash, aktivitas yang terjadi antara lain mengontrol pikiran, mencuci otak, mengonstruksi ulang pemahaman seseorang, merayu seseorang dengan agak memaksa, menginstal pikiran seseorang dengan ideologi, fakta atau data, dan penjelasan yang sangat intens," kata dia.
Ryamizard mengatakan, dinamika perkembangan lingkungan strategis membawa perubahan terhadap kompleksitas ancaman yang berimplikasi pada pertahanan negara. Menurutnya, untuk mengatasi potensi ancaman bersama pada lingkup global dan lingkup kawasan, diperlukan mekanisme kerja sama kawasan.
"Sehingga kita memiliki kesamaan cara pandang di dalam mengambil langkah-langkah bersama yang konkret dan konstruktif," ujar dia.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Negara ASEAN Bersatu
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) ini menekankan perlunya komunitas ASEAN untuk bersatu dengan memperbesar persamaan dan memperkecil perbedaan dalam menghadapi beberapa isu faktual di kawasan, seperti misalnya isu Korea Utara, perkembangan Laut China Selatan, isu trilateral pengamanan Laut Sulu dari potensi ancaman ISIS Asia Timur serta perkembangan krisis Rohingya.
Saat ini di kawasan ASEAN setidaknya terdapat tiga area kerja sama maritim yang menjadi sorotan dunia, yakni Patroli Terkoordinasi Selat Malaka, kerja sama maritim negara-negara di kawasan Teluk Thailand dan kerja sama Trilateral di Laut Sulu.
"Kerja sama trilateral ke depan juga dapat melibatkan Singapura, Thailand, Vietnam dan negara ASEAN lainnya. Perluasan kerja sama ini sangat diperlukan untuk menciptakan konektivitas kerja sama sub-regional," ucapnya.
Advertisement