Liputan6.com, Jakarta Festival Arsitektur Nusantara di Banyuwangi digelar pada 14-15 April 2019. Dalam festival tersebut, buku berjudul Banyuwangi Now yang membahas ide ruang publik dari para arsitektur kenamaan akan diperkenalkan.
Imelda Akmal sebagai penulis spesialis arsitektur mengatakan bahwa Banyuwangi Now mengedepankan visi arsitektural.
"Langkah Banyuwangi mengembangkan daerah dengan melibatkan para arsitek merupakan dobrakan yang tidak banyak dilakukan oleh daerah lain. Itu membuat kami tertarik untuk melihat langsung dan menuliskannya," kata Imelda, Sabtu (16/3).
Advertisement
Buku setebal 160 halaman yang diterbitkan Penerbit IMAJI Jakarta itu, menarik perhatian 380 arsitek dan peminat arsitektur dari berbagai daerah. Imelda Akmal sendiri adalah penulis yang telah 16 tahun bergelut dengan publikasi arsitektur.
Imelda menjelaskan bahwa Banyuwangi Now mengupas karya-karya yang melibatkan para arsitek kenamaan Indonesia, seperti Andra Matin, Adi Purnomo, Budi Pradono, Yori Antar, dan Gregorius Supie Yolodi.
Mereka mendesain mulai terminal Bandara Banyuwangi yang menjadi terminal hijau pertama di Indonesia. Ada juga terminal pariwisata terpadu, fasilitas olahraga, pendopo, tempat ibadah, ruang terbuka hijau, lembaga pendidikan, hingga hotel.
"Banyak hal yang bisa didapat dari buku ini tentang ide ruang publik. Misalnya, terminal bandara tidak harus melulu ber-AC, buktinya Bandara Banyuwangi yang hemat energi tetap sejuk dengan memanfaatkan kolam dan angin yang ada di sekitarnya," jelasnya.
Sonny Sandjaya, salah seorang tim penyusun buku, menambahkan, buku ini penting dibaca para pemangku kebijakan lainnya, termasuk kepala daerah.
"Cara Bupati Banyuwangi Azwar Anas me-rebranding daerahnya dengan melibatkan arsitek patut diketahui kepala daerah lain. Ini terbukti, begitu arsitek Andra Matin mendesain bandara di sini, banyak kepala daerah yang terinspirasi. Kami ingin inspirasi itu terus meluas, antara lain lewat buku ini," terang Sonny.
"Tidak seperti kota besar seperti Bandung yang telah sejak lama dikenal dengan arsitekturalnya, Banyuwangi benar-benar memulainya dari nol dan berhasil. Succes story inilah yang patut disebarluaskan," imbuhnya.
Bupati Azwar Anas berterima kasih ada penulis yang membukukan pengembangan Banyuwangi dalam beberapa tahun terakhir.
"Banyuwangi menjadikan arsitek dan arsitektur sebagai bagian integral pembangunan daerah karena ingin bangunan publik tak hanya fungsional, tapi juga estetis dan berkelanjutan. Sekaligus jadi destinasi wisata yang memberi manfaat sosial-ekonomi ke warga," ujarnya.
"Jujur saja saya sebenarnya tak menyangka Banyuwangi bisa dibantu arsitek top. Andra Matin, Yori Antar, Adi Purnomo, Budi Pradono, Denny Gondo, Gregorius Supie. Kalau bayar profesional, kita enggak kuat. Tapi karena persahabatan, mereka senang ada pemerintah daerah yang concern melibatkan arsitek, mereka mau bantu," imbuhnya.
Anas berharap, buku ini semakin mendorong pengembangan daerah ke depan.
"Tentu tidak boleh berhenti di sini, masih ada rencana pengembangan lain yang Insya Allah semakin memajukan daerah," pungkasnya.
(*)