SBY: Malu ke Rakyat Jika Mulai Nafsu Dapatkan Kekuasaan di 2024

Hal tersebut dia sampaikan dalam pidato renungan akhir tahun SBY di Jakarta Convention Center, Rabu (11/12/2019).

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Des 2019, 19:59 WIB
Diterbitkan 11 Des 2019, 19:59 WIB
SBY Sampaikan Pidato pada Malam Kontemplasi
Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato pada malam kontemplasi di Puri Cikeas Bogor, Senin (9/9/2019). Pada pidatonya di tengah-tengah bangsa Indonesia yang majemuk ini, menurut SBY, kasih sayang adalah sebuah harga mati. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku, malu jika sudah memikirkan kontestasi lima tahun mendatang atau Pemilu 2024. Padahal, pemilu baru saja usai.

Hal tersebut dia sampaikan dalam pidato renungan akhir tahun SBY di Jakarta Convention Center, Rabu (11/12/2019).

"​Tak baik dan malu kepada rakyat, kalau saat ini kita memulai lagi kontestasi baru. Apalagi jika semangat dan nafsunya adalah untuk mendapatkan kekuasaan di tahun 2024," ujar SBY.

Presiden RI keenam itu bilang, tidak etis juga bicara politik 2024 karena pemerintahan Presiden Joko Widodo periode kedua baru dimulai. Dia minta semua pihak, terutama kader Demokrat, menghormati hal tersebut.

"Juga tidak etis, karena pemerintahan Presiden Jokowi yang kedua, baru mulai melaksanakan tugasnya. Mari hormati pemerintah kita, dan tentunya rakyat kita," sebut SBY.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Hentikan Permusuhan

SBY Sampaikan Pidato pada Malam Kontemplasi
Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato pada malam kontemplasi di Puri Cikeas Bogor, Senin (9/9/2019). Pada pidatonya SBY menyinggung masyarakat yang baik atau good soceity dan di setiap literatur memiliki ramuan yang berbeda-beda. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Demokrat, lanjut dia, ingin menghentikan suasana permusuhan. Dia minta semua pihak untuk membangun kembali kekuatan politik yang lebih damai dan menyatukan.

SBY menuturkan, hubungan kawan dan lawan harus diubah menjadi hubungan antarmitra untuk membangun bangsa.

"Kemitraan dan kebersamaan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi rakyat. Rakyat menghormati negara dan pemimpinnya. Negara dan pemimpin sabar dan mengayomi rakyat dengan adil dan penuh rasa kasih sayang. Bersatu kita teguh. Bersama kita lebih kuat. Together we are stronger," pungkasnya.

 

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya