Ahli Virologi: Corona di Indonesia Tidak Seganas Virus Wuhan

Mahardika mengatakan, virus Wuhan yang sudah bermutasi di Indonesia mengalami perbedaan dari aslinya. Namun, tidak terlalu signifikan.

oleh Luqman RimadiLiputan6.com diperbarui 19 Jun 2020, 09:52 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2020, 14:08 WIB
Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).
Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).

Liputan6.com, Jakarta Ahli Virologi Universitas Udayana, Bali, Ngurah Mahardika mengungkapkan virus corona menjadi dua turunan.

"Virus Indonesia ada Clade GH dan Clade LO. Jadi hanya dua keturunan dari enam atau delapan clade yang ada di dunia. Dua sudah diidentifikasi di Indonesia," jelasnya dalam diskusi virtual tentang Identitas Virus Covid-19 Asal Indonesia yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Kamis (18/6/2020).

Meski sudah teridentifikasi dua turunan virus corona di Tanah Air, Mahardika memastikan virus model baru ini belum bermutasi. Proses mutasi bisa terjadi jika virus tersebut masuk ke dalam tubuh manusia dan menularkan kepada orang lain.

Dia melanjutkan, virus Wuhan yang sudah bermutasi di Indonesia mengalami perbedaan dari aslinya. Namun, tidak terlalu signifikan. Virus tersebut disebut tidak menjadi lebih ganas karena proses perubahannya tidak pada receptor binding site.

"alau berubah pada binding site, bisa jadi virus itu lebih ganas kemudian antibodi nanti tidak berperan dan sebagainya, vaksin mungkin kehilangan khasiatnya kalau dipakai di Indonesia," papar Mahardika.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Semua Vaksin Berkhasiat

FOTO: Pedagang Pasar Thomas Jalani Tes Swab COVID-19
Petugas medis Kecamatan Gambir melakukan tes swab terhadap pedagang Pasar Thomas, Jakarta, Rabu (17/6/2020). Tes swab dilakukan untuk memutus rantai penularan virus corona COVID-19. (merdeka.com/Imam Buhori)

Karena turunan virus corona di Indonesia tidak ganas, Mahardika menyebut karakter virus ini tidak unik. Sehingga bibit vaksin dari mana pun di dunia akan berkhasiat bila dipakai Indonesia.

"Virus Indonesia tidak unik, sehingga bibit vaksin dari mana pun di dunia akan berkhasiat di Indonesia. Ini data sementara," ujar dia. 

Mahardika berharap, pemerintah dan peneliti di Indonesia segera mengkaji model virus corona di Indonesia. Ini untuk menentukan apakah virus yang bermutasi di Indonesia menjadi lebih ganas atau sebaliknya.

Di samping itu, dia menyarankan pemerintah untuk mendukung proses pengkajian virus corona dengan menyiapkan fasilitas riset dan produksi vaksin kelas dunia.

"Untuk masyarakat, kita punya kewajiban agar virus tidak punya peluang bermutasi atau berubah dengan cara  menerapkan protokol aman Covid-19," tutup Mahardika.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya