Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Pemerintah untuk Percepatan Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan hampir 70 persen pasien dari kasus Covid-19 hanya memiliki keluhan minimal. Sehingga mereka mengira bahwa itu bukan sakit akibat virus Corona jenis baru.
"Dari data yang kami kumpulkan hampir 70 persen kasus positif ini keluhannya minimal," kata Yurianto dalam gelar wicara virtual yang diselenggarakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Kantor Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (20/7/2020).
Keluhan minimal itu antara lain berupa batuk yang tidak terus-menerus dan demam yang tidak tinggi. Dengan keluhan tersebut warga memiliki persepsi biasa saja dan merasa bahwa hal itu bukan sakit karena Covid-19.
Advertisement
"Keluhan minimal itu pada masyarakat kita bisa dipersepsikan tidak sakit," kata Yurianto dilansir Antara.
Untuk membuktikan atau mendiagnosa seseorang positif atau negatif Covid-19, harus dilakukan tes. Dan standar tes yang diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah pemeriksaan dengan metode polymerase chain reaction (PCR).
Bagi mereka yang memiliki kontak dekat dengan orang yang terkonfirmasi positif akan langsung dilacak dan dites Covid-19 untuk mencari sumber infeksi dan memutus rantai penularan di tengah masyarakat.
Yurianto mengatakan 14 hari adalah proses inkubasi dari Covid-19 sampai dia menunjukkan gejala pada orang yang terinfeksi.
"Bisa saja bisa terinfeksi hari ini, gejala baru muncul nanti di hari ke-14. Meskipun rata-rata kalau kita lihat data sekarang ini mungkin akan muncul di hari kelima atau keenam," ujarnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tes untuk Temukan Sumber Infeksi
Jika gejala tidak muncul dalam 14 hari, maka orang tersebut bisa dikatakan memang tidak terinfeksi atau virus itu memang sudah tidak ada lagi di dalam tubuhnya.
Tes Covid-19 diperlukan dalam rangka menemukan sumber infeksi di tengah masyarakat untuk bisa melakukan tindakan lanjutan dalam mencegah penyebaran virus Corona ke orang lain.
Sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo, kata Yurianto, tes Covid1-9 harus dilakukan secara masif, yang berarti pemeriksaan didasarkan pada pelacakan kontak dekat dengan yang terkonfirmasi positif, bukan bersifat massal.
"Semua kasus yang dicurigai dari contact tracing (pelacakan kontak) yang kontak dekat dengan terkonfirmasi yang sudah dipastikan harus dilakukan tes dalam cara mencari dan mengisolasi agar tidak menjadi sumber penularan di komunitasnya," ujarnya.
Advertisement