Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR Fraksi PDIP Rahmad Handoyo kecewa dengan pernyataan Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), yang khawatir RI akan gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya dalam menangani pandemi Covid-19. Rahmad prihatin komentar itu justru menimbulkan energi negatif.
"Saya sedih saya prihatin dengan banyaknya komentar yang tidak membuat rakyat semangat, justru malah membuat komentar yang menimbulkan kontraproduktif dan energi negatif," katanya lewat pesan suara, Kamis (8/7/2021).
Baca Juga
Rahmad menyebut, sebagai sebuah negara besar atau negara mana pun, berbeda pendapat dibolehkan. Bahkan, di negara maju, oposisi dibutuhkan dalam rangka mengawal pembangunan agar terwujud cita-cita bangsa.
Advertisement
"Di negara maju mana pun ketika sudah ada musuh dalam peperangan, mereka satu padu untuk melawan musuh itu, termasuk di kita," kata Rahmad.
"Saat ini kita mengalami gejolak bencana kemanusiaan yang luar biasa. Kita sedang menghadapi musuh besar, bencana kemanusiaan," ucapnya.
Rahmad menegaskan, jika hanya bisa berkomentar, berkomentarlah yang sejuk untuk membangun energi positif. Sehingga, bisa diikuti oleh para pengikut, para pendukung dan siapa pun.
"Kita enggak perlu saling menyalahkan, saling membela diri. Saatnya bersatu padu, bersatu saja tantangannya begitu dahsyat karena musuhnyan enggak kelihatan, apalagi kita bertengkar, nyinyir, saling meledek. Musuh bergerak. Akhirnya kita abai terhadap protokol kesehatan," ujarnya.
Untuk itu, Rahmad mengajak untuk sadar bahwa musuh yang dihadapi tidak terlihat. Sehingga dibutuhkan persatuan melawan Covid-19. Dia mengatakan, pemimpin perang saat ini adalah pemerintah. Maka, berilah masukan kepada pemerintah yang sejuk dan tidak kontraproduktif, hingga berujung rakyat menjadi korban.
"Yang punya biaya silakan membantu rakyat melawan Covid-19 dan yang punya sumber daya, punya duit, ada anggaran punya pengikut, ada partai politik ya silakan bersatu bersama rakyat melawan Covid-19," ucapnya.
"Tidak sadarkah komentar yang nyinyir yang membuat pesimis rakyat itu menjatuhkan mental rakyat," pungkasnya.
Ibas menyatakan Covid-19 makin mengganas. Keluarga, sahabat dan orang-orang di lingkungan sekitar banyak yang terpapar. Tidak sedikit yang meninggal dunia.
Ibas mempertanyakan sampai kapan bangsa ini akan terus seperti sekarang. Dia khawatir RI disebut sebagai failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya.
“Sampai kapan bangsa kita akan terus begini? Jangan sampai negara kita disebut sebagai failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya,” ujar Ibas, Rabu (7/7/2021).
Ibas juga menyampaikan bahwa pemerintah terlihat tidak berdaya menangani pandemi Covid-19 yang sudah memasuki tahun kedua. Kurangnya tabung oksigen, misalnya, menurut dia menunjukkan antisipasi yang lemah dari pemerintah.
"Bagaimana mungkin tabung oksigen disumbangkan ke negara lain, tapi saat rakyat sendiri membutuhkan, barangnya susah didapat," kata Ibas.
Kasus tabung oksigen ini, menurut dia, merupakan preseden buruk. Hal ini memperlihatkan bahwa pemerintah seolah-olah kurang sigap mempersiapkan kebutuhan untuk menjawab gejala-gejala yang muncul sebelumnya.
"Kan ada varian baru di negara lain. Kita tahu, itu bukan tak mungkin masuk ke negara kita. Lalu muncul kasus-kasus baru. Kemudian angka yang kita khawatirkan juga terjadi, dan lain sebagainya. Itu semua gejala-gejala yang rasanya mudah dibaca dan terkait dengan kesiapan kita dalam menyediakan kebutuhan medis. Tidak ada yang mendadak. Karena pandemi kan sudah masuk tahun kedua, jadi harusnya bisa diantisipasi," papar legislator dari dapil Jawa Timur 7 itu.
Selain itu, Ibas juga meminta pemerintah tegas mengambil keputusan soal vaksin. Jika vaksin yang sebelumnya tidak cukup manjur, segera sediakan vaksin yang lebih baik. Kemudian percepatan vaksinasi di kota dan di desa atau daerah ekstrem menurutnya harus menjadi prioritas.
"Banyak yang sudah divaksin tetap terpapar varian baru virus ini. Jika vaksin yang sebelumnya digunakan dianggap kurang bagus, pemerintah tak perlu ragu menghadirkan vaksin yang ‘cespleng’ demi melindungi rakyat. Kemudian lakukan prioritas percepatan vaksinasi di kota dan di desa atau daerah ekstrim. Sehingga kita bisa hidup normal lagi seperti negara lain, seperti beberapa negara di Eropa, misalnya," tandas dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Wake Up Call
Anggota DPR Fraksi Demokrat Didik Mukrianto mendukung Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) yang mengkritik pemerintah dalam penanganan pandemi. Menurut dia, kritikan Ibas bentuk kepedulian terhadap keselamatan rakyat.
"Bentuk kecintaan, kepekaan, dan kekawatiran Mas EBY terhadap keselamatan nyawa warga negara akibat ancaman Covid-19 yang menyebar begitu cepat dan tinggi saat ini di satu sisi, dan ketersediaan fasilitas kesehatan, sarana-prasarana, obat-obatan dan tenaga kesehatan serta korban yang berjatuhan di sisi lain," katanya, Kamis (8/7/2021).
Didik menuturkan, sebagai seorang politikus, Ibas mengingatkan pemerintah tentang bahaya dari Covid-19 ini. Kata dia, pemerintah harus terus berikhtiar dan tidak boleh berhenti untuk menyelamatkan warga negara, baik dari sisi ancaman kesehatan maupun dampak lainnya.
Didik mengatakan, bila Covid-19 tidak segera tertangani dan terkendali, dampaknya sangat berat dan besar buat negara ini. Segenap sektor kehidupan, baik ekonomi, politik, sosial dan pertahanan serta keamanan pasti terdampak. Maka, akan bisa berpotensi mengganggu pengelolaan sebuah bangsa.
"Saya rasa pesan moral yang disampaikan Mas EBY menjadi pengingat pemerintah untuk memastikan bahwa keselamatan warga negara yang utama. Salus Populi Suprema Lex Esto," ucapnya.
"Tentu kita memiliki cara pandang yang sama terkait ini. Dan jika kita semua menjalankan ini semua, maka solidaritas sosial dan kesetiakawanan sosial adalah menjadi kunci penting bagi setiap warga negara untuk mengambil tanggung jawab membantu pemerintah mengatasi Covid-19 dan membantu masyarakat mengatasi kesulitannya," jelasnya.
Menurut dia, politikus dan wakil rakyat bukan hanya mengaksentuasi situasi dan kondisi bangsa dari ruang rapat saja. Dia bilang, kondisi riil di lapangan, fakta dan kenyataan yang dihadapi masyarakat menjadi faktor utama. Serta, dalam menghadapi persoalan Covid-19 ini juga harus bersama bukan malah basis sektoral.
"Perencanaan yang baik tanpa eksekuasi dan pelaksanaan di lapangan yang baik, tentu ada garis yang terputus, dan itu mutlak tidak boleh terjadi," kata Kepala Departemen Hukum dan HAM DPP Demokrat itu.
Didik menambahkan, realitas yang dihadapi bersama ialah penyebaran Covid-19 demikian cepat dan sangat berbahaya dalam konteks pengelolaan negara jika berkepanjangan. Menurutnya, pemerintah akan menghadapai kesulitan dan berbagai persoalan yang tidak mudah diurai.
"Apa yang disampaikan Mas Ibas didasarkan kepada rasa dan fakta yang dialami oleh masyarakat secara umum. Hal yang paling sederhana dan dihadapi masyarakat adalah keterbatasan fasilitas rumah sakit, sarana-prasarana, langka dan mahalnya obat-obatan dan peralatan lain, dan ini bisa terjadi di mana pun, khususnya daerah zona merah," tuturnya.
"Seberapa baik perencanaan dan seberapa serius penanganan yang dilakukan oleh pemerintah, tanpa adanya partisipasi pengawasan masyarakat termasuk yang disampaikan Mas Ibas tidak akam mungkin bisa utuh dan tuntas," sambungnya.
Didik menyebut, sebagai wakil rakyat sudah menjadi kewajiban untuk terus mengingatkan pemerintah agar tepat, cepat dan utuh dalam menangani Covid-19 ini. Sekaligus memastikan agar stabilitas pengelolaan negara ini tetap terjaga dengan baik, meski di sisi lain sedang menghadapi pandemi dengan berbagai macam bentuk dampaknya.
"Masukan Mas Ibas tersebut bisa menjadi wake up call bagi pemerintah dan kita semua. Harapannya tentu bisa menjadi pemicu bagi segenap stake holders bangsa untuk terus bersatu dan membuat langkah-langkah dan terobosan baru yang lebih cepat dan tepat dalam menghadapi pandemi dengan segala dampaknya ini," pungkasnya.
Reporter: Genan
Sumber: Merdeka
Advertisement