Liputan6.com, Jakarta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menyebut anaknya menjadi lebih santun dan tenang sejak mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di sekolah. Dia mengaku terharu akan perubahan tersebut.
"Saya hampir menangis melihat kedua anak saya kembali sekolah untuk mengikuti PTM Terbatas. Sejak masuk sekolah lagi, saya melihat perilaku mereka menjadi lebih tenang dan santun," ujar Nadiem melalui unggahan di Instagram pribadinya, dikutip Sabtu (2/10/2021).
Baca Juga
Sebagai orangtua, Nadiem mengaku memahami risiko yang dihadapi kala memutuskan untuk mengizinkan anaknya ikuti PTM terbatas di sekolah di tengah pandemi Covid-19. Namun, hal itu ia lakukan demi menomorsatukan perkembangan anak.
Advertisement
"Dan yang terpenting, mereka sekarang lebih ceria dalam kesehariannya. Tentu saya paham dengan risikonya karena pandemi masih berlangsung, tapi sebagai orang tua saya harus memprioritaskan perkembangan dan kebahagiaan mereka," tulis Nadiem.
Sebelumnya, Nadiem Makarim mengingatkan urgensi pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di sekolah. Nadiem mengungkap potensi memudarnya capaian belajar (learning loss) dan memburuknya kesehatan psikis anak-anak Indonesia akan semakin besar jika Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) terus berlangsung.
Dia mengatakan, satu generasi anak Indonesia kehilangan pembelajaran sampai 1,2 tahun imbas pandemi Covid-19.
"(Anak-anak) kemungkinan besar kehilangan antara 0,8 sampai 1,2 tahun pembelajaran. Jadi seolah-olah satu generasi kehilangan hampir setahun pembelajaran di masa ini," ungkap Nadiem dalam keterangan tulis, Rabu (29/9/2021).
Kesehatan Jiwa Anak
Menurut Nadiem, banyak anak-anak terdampak kesehatan jiwanya akibat pandemi. “Banyak anak-anak kita yang kesepian dan trauma dengan situasi ini. Begitu juga dengan orang tuanya,” katanya.
Sejak 2020, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus melakukan advokasi ke berbagai daerah yang telah dapat menggelar PTM terbatas untuk segera menyelenggarakan dengan persiapan yang matang dan sistem pengendalian yang baik. “Sudah 40 persen sekolah mulai tatap muka terbatas, tapi ini angkanya masih kecil. Kalau tidak mau makin ketinggalan, kita harus tatap muka dengan protokol kesehatan teraman yang bisa dilakukan,” jelas Nadiem.
Sekolah wajib memahami dan menaati panduan PTM Terbatas di dalam Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
“Kita harus terus waspada akan penyebaran Covid-19 dan memastikan protokol kesehatan tetap terjaga. Namun, kita juga harus memperhatikan dampak permanen PJJ yang mengkhawatirkan,” ujarnya.
“Kebutuhan PTM sangat besar dan ini harus dimengerti. Sebanyak 80-85 persen murid-murid ingin kembali ke sekolah kembali tatap muka,” lanjutnya.
Advertisement