Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut, harga minyak dunia mengalami kenaikan akibat perang Rusia dan Ukraina. Hal ini membuat sejumlah negara menaikkan harga jual minyak kepada masyarakat.
Jokowi menyampaikan, harga minyak hanya USD 60 per barel pada 2020, namun kini bisa mencapai USD 130 per barel. Kendati begitu, dia mengatakan pemerintah masih menahan diri menghadapi kenaikan harga minyak akibat perang Rusia-Ukraina.
Advertisement
Baca Juga
"Tambah perang harga naik lipat. Kita tahu 2020 minyak harganya hanya kira-kira USD 60 per barel. Hari ini kira-kira (USD) 115. Itu pun sebelumnya minggu lalu sudah di angka (USD) 130 (per barel). Dua kali lipat, semua negara harga jualnya ke masyarakat sudah naik juga," kata Jokowi dalam Dies Natalis ke-46 UNS di Solo Jawa Tengah, Jumat (11/3/2022).
"Kita di sini masih nahan-nahan. Bu Menteri (Keuangan) saya tanya gimana bu? Tahannya sampai berapa hari ini? Kita nahan-nahan terus," sambungnya.
Selain krisis energi, kata dia, beberapa negara juga sudah mulai mengalami kelangkaan pangan. Jokowi menyebut, harga pangan dunia mengalami kenaikan dan Indonesia juga terkena dampaknya.
"Food price, harga pangan dunia naik semuanya. Gandum naik. Kita kena imbas, kedelai dunia naik," ucapnya.
Harga Pangan Dunia Naik
Jokowi menuturkan perang Rusia-Ukraina semakin membuat harga gandum menjadi naik. Pasalnya, 20 persen gandum berasal dari Ukraina sehingga beberapa terkena dampaknya.
"Kalau dilihat angka-angka waduh, di Rusia naik 12 persen, Amerika naik 6,9 persen, Turki 5,5 persen. Alhamdulillah kita masih di angka 3,4 persen. Tapi sampai kapan kita bisa menahan seperti ini?" kata Jokowi.
Tak hanya itu, dia menuturkan, saat ini juga terjadi kelangkaan kontainer. Kondisi ini membuat harga kontainer naik berkali-kali lipat sehingga harga jual barang melonjak.
"Artinya apa? Barang-barang logistik sampai ke konsumen pun karena terbebani harga kontainer yang naik menjadi juga dibeli lebih mahal. Efeknya ke mana-mana," ujarnya.
Selanjutnya, kenaikan inflasi juga terjadi di beberapa negara. Namun, Jokowi bersyukur inflasi di Indonesia sejauh ini masih terkendali.
"Ini yang hati-hati mengelola Ekonomi saat ini. Ekonomi makronya dikelola, tapi mikronya tidak diperhatikan bisa buyar. Artinya apa? Kerja sekarang ini harus kerja detil. Kalau nggak detil, nggak akan menyelesaikan masalah. Untungnya inflasi negara kita masih terkendali dengan baik, masih 2,2," tutur Jokowi.
Advertisement