Liputan6.com, Jakarta - Lembaga survei Saiful Mujani Research Consulting (SMRC) memaparkan prediksi koalisi dan poros 2024. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) diprediksi kembali berkoalisi dengan Nahdlatul Ulama (NU) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Pendiri SMRC, Saiful Mujani menyebut, ada beberapa unsur yang akan mempengaruhi pembentukan koalisi pada Pilpres 2024. Salah satunya adalah faktor NU selaku salah satu organisasi kemasyarakat (Ormas) Islam terbesar di Indonesia yang sering dipertimbangkan dalam pembentukan koalisi.
Advertisement
Baca Juga
Meskipun tidak punya wakil di DPR dan bukan sebagai peserta Pemilihan Umum (Pemilu), NU sering kali dipertimbangkan dalam pembentukan koalisi politik. Sebab NU memiliki basis massa yang sangat besar.
“NU ormas paling besar, yang mengaku sebagian anggotanya NU pada 2020 sebesar 19,6 persen penduduk. Belum lagi bagian NU kultural bisa lebih besar lagi,” kata Saiful dalam diskusi yang disiarkan di Youtube SMRC TV, Kamis (21/4/2022).
Saiful menyebut, telah banyak tokoh NU yang sengaja digaet untuk maju di kontestasi Pilpres. “ Pimpinan NU sering diminta menjadi cawapres, (seperti) Hasyim Muzadi, Salahuddin Wahid, Jusuf Kalla, Ma'ruf Amin,” beber dia.
Bahkan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri cenderung selalu berkoalosi dengan tokoh NU dalam urusan politik.
“Dalam sejarahnya Ibu Mega, PDIP cenderung akan berkoalisi sama tokoh-tokoh dari NU. 2004 dulu Ibu Mega dengan Hasyim Muzadi sebagai cawapres, kemudian 2014 Pak JK juga tokoh NU. Kemarin Pak Jokowi dengan Pak Ma'ruf,” ucap Saiful Mujani.
“Jadi unsur (NU) ini penting, dan akan mempengaruhi pola koalisi,” imbuh dia.
Head to Head Prabowo-Puan Lawan Anies-AHY atau Ganjar-Airlangga
Temuan survei nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dengan tema “Prabowo-Puan vs Ganjar-Airlangga atau Anies-AHY?” menyebutkan, persaingan akan sangat ketat jika pasangan Prabowo Subianto–Puan Maharani melawan Anies Baswedan–Agus Harimurti Yudhoyono atau lawan Ganjar Pranowo–Airlangga Hartarto dalam Pilpres 2024.
Dalam presentasinya, Pendiri SMRC, Saiful Mujani menunjukkan bahwa jika yang bertarung hanya dua pasangan, di mana Prabowo Subianto – Puan Maharani melawan Anies Baswedan – Agus Harimurti Yudhoyono, Prabowo-Puan mendapatkan 41 persen, Anies-AHY 37,9 persen. Ada 21 persen yang belum menentukan pilihan.
“Suara dua pasangan ini dinilai seimbang karena selisihnya di bawah margin of error. Dukungan pada dua pasangan ini secara statistik tidak berbeda secara signifikan,” papar Saiful, Kamis (21/4/2022).
Saiful menyebut, hal yang sama juga terjadi dalam simulasi Prabowo-Puan melawan Ganjar-Airlangga. Pada simulasi ini, Prabowo-Puan didukung 39,3 persen, sementara dukungan pada Ganjar-Airlangga 40,3 persen suara. Masih ada 20,5 persen yang belum menentukan pilihan.
Saiful menambahkan bahwa jika polanya seperti ini, belum bisa diperkirakan pasangan mana yang akan unggul. Hanya saja, lanjutnya, jika kita lihat Prabowo yang sudah berkali-kali mengikuti kontestasi ini, kemungkinan untuk menaikkan suaranya lebih berat dibanding Ganjar atau Anies.
“Saya kira di akhir tahun, kemungkinan pasangan ini akan semakin mengerucut,” pungkasnya.
Advertisement
Pilpres 2024 Kemungkinan Berlangsung 2 Putaran
Bila yang maju dalam pemilihan presiden tiga pasangan, pemilihan presiden kemungkinan berlangsung dalam dua putaran. Hal ini diungkapkan pendiri SMRC Saiful Mujani, dalam program Bedah Politik episode “Prabowo-Puan vs Ganjar-Airlangga atau Anies-AHY?”.
Saiful Mujani menunjukkan bahwa bila pemilihan presiden dilakukan saat ini dan yang maju adalah tiga pasangan yakni Anies Baswedan–Agus Harimurti Yudhoyono, Ganjar Pranowo–Airlangga Hartarto, dan Prabowo Subianto–Puan Maharani, maka hasilnya diprediksi akan seimbang.
“Secara statistik suara mereka tidak berbeda signifikan. Anies-AHY mendapatkan 29,8 persen suara, Ganjar-Airlangga 28,5 persen, dan Prabowo-Puan memeroleh 27,5 persen. Masih ada 14,3 persen yang belum menjawab atau tidak tahu,” kat Saiful, Kamis (21/4/2022).
Saiful menjelaskan bahwa suara yang berimbang ini akan mengakibatkan pemilihan presiden tidak berlangsung satu putaran. Apalagi jika terdapat tiga pasangan calon presiden-calon wakil presiden.
“Tidak satu, melainkan dua putaran,” kata Guru Besar Ilmu Politik UIN Jakarta ini.
Puan Diminta Rawat Hubungan Nahdliyin-PDIP
Peneliti ahli utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siti Zuhro, menyarankan Puan Maharani untuk merawat hubungan baik warga Nahdliyin dan PDI Perjuangan.
"Hubungan baik yang telah dijalin antara PDIP dan Nahdliyin perlu dirawat, untuk memastikan masih ada suara mereka kepada partai pemenang pemilu ini," kata Siti, seperti dilansir Antara.
Selain untuk merawat kesinambungan, Siti mengingatkan akan tujuan lebih besar untuk Puan Maharani yakni fungsi sebagai ketua DPR RI. "Puan bisa lebih baik menenangkan hati umat islam," ujarnya.
Siti mencontohkan sebagai ketua DPR RI, Puan harus menunjukkan sikap lantang dalam berpihak pada suara rakyat.
"Tunjukkan keberpihakan kepada suara rakyat baik menyuarakan secara narasi maupun legislasi," kata Siti menegaskan.
Menurut Siti, Puan juga bisa bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat. Dia menjelaskan, DPR sebagai legislatif, memiliki tiga fungsi pengawasan konstruktif sehingga ada check and balance.
Fungsi penganggaran dimana memastikan anggaran negara berpihak kepada pembangunan di masyarakat. Fungsi legislasi, untuk menunjukkan ada tidaknya DPR mengakomodasi kepentingan masyarakat.
"Jika ada polemik di masyarakat dari kebijakan yang dilahirkan pemerintah, DPR bisa menggunakan fungsi pengawasan secara konstruktif," kata Siti.
Advertisement