Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengaku menerima apabila dirinya disebut sekuler. Menurutnya, Undang-Undang Dasar 1945 menganut nilai tersebut.
"Silakan saja, sebut saya sekuler. Kamu jangan salah, negara kita menganut itu lho. UUD 45 menganut itu," kata Ahok di Balaikota DKI Jakarta, Rabu (20/2/2013) malam.
Sebagai seorang politisi dan pejabat Ahok juga secara terang-terangan mengaku tidak sepakat bila masalah agama, norma, dan akhlak dicampur aduk dengan urusan politik.
"Saya terus terang menganut prinsip membedakan antara agama dan negara. Tapi saya tetap bersikap dan bertindak tetap sesuai dengan nilai dan norma agama saya. Itu yang penting," kata Ahok.
Menurut pria berkacamata ini, untuk mengurus negara yang bersifat plural seperti di Indonesia, khususnya di Jakarta, tidak bisa hanya menggunakan prinsip satu agama saja.
"Kita urus negara begini majemuk pakai agama enggak bisa dong! Di sini sesama agama saja berantem. Sejarah sudah buktikan kok. Sesama agama saja salinug ribut," kata dia.
Ahok mencontohkan satu kasus di berita internasional -- yang memuat perang antar aliran agama di timur tengah. "Kamu baca enggak di koran terbaru, 'Kill me, I am Syiah' yang ada gambar bayi itu lho. Kalau kamu ngomongin agama terus di sini enggak bisa. Kristen-Katolik dulu juga kejadian kok," katanya.
Berdasarkan keyakinannya, yang terpenting adalah menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. "Kamu mau tunjukkan iman kamu, tunjukin perbuatan kamu, baru kemudian aku tahu iman kamu seperti apa," kata dia.
Terkait dengan pernyataannya dalam sebuah seminar kesehatan yang mengatakan dirinya lebih mementingkan menyelamatkan nyawa seorang pasien daripada menata akhlak para pejabat, Ahok mengaku tidak mengatakan demikian.
"Itu salah, saya enggak ngomong gitu. Itu ada dokter protes waktu saya bilang tugas kami itu urus otak, perut dan dompet rakyat. Lalu dia bilang, enggak ada gunanya penuhi itu semua, kalau tidak punya akhlak," kata dia.
Mantan Bupati Belitung Timur itu pun mengaku enggan membahas mengenai permasalahan akhlak. Karena dirinya adalah seorang politisi, bukan agamawan.
"Tuhan ciptakan manusia itu. Ada rongga yang hanya bisa diisi akhlak. Itu baru penuh. Jadi gimana pun kamu enggak punya akhlak, kamu isi pun rongga itu enggak akan penuh. Saya orang politik, bukan tukang dakwah. Enggak mungkin cerita itu," kata Ahok. (Riz)