Pemandangan mengerikan terhampar di Desa Serempah, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Jalan yang menghubungkan Desa Serempah menuju Desa Kuyang itu terputus.
Gempa berkekuatan 6,2 skala Richter tak hanya merubuhkan rumah-rumah warga. Tetapi juga melongsorkan jalan penghubung serta belasan rumah yang berada di pinggirnya. Jalan dan rumah-rumah itu longsor ke dasar sungai.
Namun, banyak warga yang bukan merupakan warga setempat malah 'berwisata' di Desa Serempah ini. Mereka bahkan hanya menonton tanpa membantu.
"Hanya nengok saja ke sini," kata Rudi, warga Aceh Kota.
Bersama istri dan anak-anaknya, ia hendak menyaksikan langsung puing-puing bekas jalan dan rumah yang longsor ke dasar sungai. Mereka melihat-lihat dari pinggiran jalan yang terputus. Hanya satu meter dari bibir tebing.
"Memang membahayakan. Tapi kami hanya ingin nengok saja bagaimana kondisinya," ucapnya.
Kondisi ini sampai membuat Kepala Safety Officer Basarnas untuk Desa Serempah, Agolo harus dibuat cukup sibuk. Agolo tak jarang harus memperingati warga yang melihat-lihat begitu dekat dari bibir tebing.
"Pak, bu, kurang jauh lihatnya. Lebih jauh," kata Agolo menyindir.
Agolo memeringati mereka, karena bukan tak mungkin bibir tebing yang mereka pijak itu amblas. Mengingat, bibir tebing itu sudah terlihat retakan tanahnya.
Tentu 'wisata gempa' warga ini cukup mengganggu para petugas evakuasi yang sedang bekerja. Karena 'wisata' itu cukup membahayakan bagi warga.
"Nanti mereka terporosok, atau tanahnya amblas, kita lagi yang repot. Ini saja korban masih belum bisa temukan," ujar Agolo.
Pantauan Liputan6.com, dalamnya longsoran mencapai lebih dari 500 meter. Diduga ada 11 warga ikut jadi korban tertimbun di longsoran tersebut. Empat di antaranya sudah berhasil dievakuasi dalam kondisi tak bernyawa.
Di dasar sungai itu terlihat, begitu banyak puing-puing rumah yang dulunya berdiri di pinggir jalan. Bersama jalan yang menghubungkan Desa Serempah dengan Desa Kuyang, tanah pijakan bangunan rumah-rumah itu longsor saat gempa terjadi.
Desa Serempah memang menjadi salah satu desa yang menjadi lokasi 'wisata gempa' bagi warga yang berada di luar Kabupaten Benermeriah dan Kabupaten Aceh Tengah. Mereka berduyun-duyun mengunjungi ke lokasi gempa dengan mobil atau motor.
Tak jarang, sesekali mereka mengabadikan reruntuhan bangunan dengan kamera. Kunjungan mereka ini justru mengganggu para petugas yang bekerja di posko pengungsian maupun di lokasi gempa. (Mut)
Gempa berkekuatan 6,2 skala Richter tak hanya merubuhkan rumah-rumah warga. Tetapi juga melongsorkan jalan penghubung serta belasan rumah yang berada di pinggirnya. Jalan dan rumah-rumah itu longsor ke dasar sungai.
Namun, banyak warga yang bukan merupakan warga setempat malah 'berwisata' di Desa Serempah ini. Mereka bahkan hanya menonton tanpa membantu.
"Hanya nengok saja ke sini," kata Rudi, warga Aceh Kota.
Bersama istri dan anak-anaknya, ia hendak menyaksikan langsung puing-puing bekas jalan dan rumah yang longsor ke dasar sungai. Mereka melihat-lihat dari pinggiran jalan yang terputus. Hanya satu meter dari bibir tebing.
"Memang membahayakan. Tapi kami hanya ingin nengok saja bagaimana kondisinya," ucapnya.
Kondisi ini sampai membuat Kepala Safety Officer Basarnas untuk Desa Serempah, Agolo harus dibuat cukup sibuk. Agolo tak jarang harus memperingati warga yang melihat-lihat begitu dekat dari bibir tebing.
"Pak, bu, kurang jauh lihatnya. Lebih jauh," kata Agolo menyindir.
Agolo memeringati mereka, karena bukan tak mungkin bibir tebing yang mereka pijak itu amblas. Mengingat, bibir tebing itu sudah terlihat retakan tanahnya.
Tentu 'wisata gempa' warga ini cukup mengganggu para petugas evakuasi yang sedang bekerja. Karena 'wisata' itu cukup membahayakan bagi warga.
"Nanti mereka terporosok, atau tanahnya amblas, kita lagi yang repot. Ini saja korban masih belum bisa temukan," ujar Agolo.
Pantauan Liputan6.com, dalamnya longsoran mencapai lebih dari 500 meter. Diduga ada 11 warga ikut jadi korban tertimbun di longsoran tersebut. Empat di antaranya sudah berhasil dievakuasi dalam kondisi tak bernyawa.
Di dasar sungai itu terlihat, begitu banyak puing-puing rumah yang dulunya berdiri di pinggir jalan. Bersama jalan yang menghubungkan Desa Serempah dengan Desa Kuyang, tanah pijakan bangunan rumah-rumah itu longsor saat gempa terjadi.
Desa Serempah memang menjadi salah satu desa yang menjadi lokasi 'wisata gempa' bagi warga yang berada di luar Kabupaten Benermeriah dan Kabupaten Aceh Tengah. Mereka berduyun-duyun mengunjungi ke lokasi gempa dengan mobil atau motor.
Tak jarang, sesekali mereka mengabadikan reruntuhan bangunan dengan kamera. Kunjungan mereka ini justru mengganggu para petugas yang bekerja di posko pengungsian maupun di lokasi gempa. (Mut)