Hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menyebutkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengalami peningkatan elektabilitas. Meski naik, namun elektabilitas PKS masih kalah dari PKB.
Ketua Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid menilai survei tersebut bukanlah gambaran pemilu yang sebenarnya, sehingga tidak perlu dikhawatirkan.
"Monggo (silakan) saja, lembaga survei menyampaikan saja. Tapi, survei bilang ini hanya survei, bukan Pemilu. Harus diingatkan kepada publik jangan seolah-olah dunia kiamat," ujar Hidayat di Gedung DPR, Jakarta, Senin (2/12/2013).
PKS, lanjut Hidayat, tidak peduli mendapat elektabilitas berapa pun dalam survei eksternal. Karena, mereka memiliki survei internal. Selain itu, tanpa melihat survei PKS akan terus bekerja.
"PKS tidak heran kalau ditaruh nomor sekian berapa pun. Yang penting kerja konkret, dari para kadernya, itu yang menjadi nomor 1," tandas Hidayat yang juga mantan Ketua MPR itu.
Peneliti CSIS Tobias mengatakan, hanya PKS dan PKB yang memiliki dukungan konsisten dari responden. 2 Partai ini juga dinilai bisa menjadi contoh baik sebagai partai yang tidak memiliki figur atau tokoh. Namun, menurutnya kerja elektoral partai Islam di tengah masyarakat jelas mendominasi adanya indikasi 'politik aliran'. Terutama, pada sisi orientasi agama pada pemilihan politik.
"Menang kerja elektoral, namun itu berindikasi masih adanya 'politik aliran'. Yakni memegang kuat orientasi agama di tengah masyarakat pada pemilihan politik," tukasnya.
Survei CSIS pada Juli 2012 menunjukkan 2,8% responden memilih PKB, sedangkan 2,2% responden memilih PKS. Kemudian dalam survei pada November 2013, sebanyak 4,6% responden memilih PKB dan 3,3% responden memilih PKS. Survei ini dilakukan oleh CSIS mulai 13 April-20 November 2013 di 33 Provinsi. Metode yang digunakan wawancara tatap muka langsung secara acak. Jumlah responden 1.180 dengan margin of error 2,85% pada tingkat kepercayaan 95%. (Adi/Mut)
Ketua Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid menilai survei tersebut bukanlah gambaran pemilu yang sebenarnya, sehingga tidak perlu dikhawatirkan.
"Monggo (silakan) saja, lembaga survei menyampaikan saja. Tapi, survei bilang ini hanya survei, bukan Pemilu. Harus diingatkan kepada publik jangan seolah-olah dunia kiamat," ujar Hidayat di Gedung DPR, Jakarta, Senin (2/12/2013).
PKS, lanjut Hidayat, tidak peduli mendapat elektabilitas berapa pun dalam survei eksternal. Karena, mereka memiliki survei internal. Selain itu, tanpa melihat survei PKS akan terus bekerja.
"PKS tidak heran kalau ditaruh nomor sekian berapa pun. Yang penting kerja konkret, dari para kadernya, itu yang menjadi nomor 1," tandas Hidayat yang juga mantan Ketua MPR itu.
Peneliti CSIS Tobias mengatakan, hanya PKS dan PKB yang memiliki dukungan konsisten dari responden. 2 Partai ini juga dinilai bisa menjadi contoh baik sebagai partai yang tidak memiliki figur atau tokoh. Namun, menurutnya kerja elektoral partai Islam di tengah masyarakat jelas mendominasi adanya indikasi 'politik aliran'. Terutama, pada sisi orientasi agama pada pemilihan politik.
"Menang kerja elektoral, namun itu berindikasi masih adanya 'politik aliran'. Yakni memegang kuat orientasi agama di tengah masyarakat pada pemilihan politik," tukasnya.
Survei CSIS pada Juli 2012 menunjukkan 2,8% responden memilih PKB, sedangkan 2,2% responden memilih PKS. Kemudian dalam survei pada November 2013, sebanyak 4,6% responden memilih PKB dan 3,3% responden memilih PKS. Survei ini dilakukan oleh CSIS mulai 13 April-20 November 2013 di 33 Provinsi. Metode yang digunakan wawancara tatap muka langsung secara acak. Jumlah responden 1.180 dengan margin of error 2,85% pada tingkat kepercayaan 95%. (Adi/Mut)