Pakar Komunikasi: Anas Menunggu Waktu untuk `Berkicau`

Penolakan makanan dan minuman dari KPK juga dinilai sebuah sindiran.

oleh Oscar Ferri diperbarui 12 Jan 2014, 19:31 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2014, 19:31 WIB
anas-1-140111b.jpg
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum akhirnya ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus dugaan gratifikasi proyek Hambalang. Detik-detik sebelum menempati ruang tahanan KPK, Anas sempat menyampaikan ucapan terimakasih kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan pimpinan KPK, Abraham Samad yang dinilai sebagai sindiran.

Menurut Pakar Komunikasi Politik Universitas Indonesia Effendi Gazali, tak hanya sekali ini Anas mengeluarkan sindiran terkait kasus yang kini menjeratnya. Mulai dari status BBM 'politik para Sengkuni', 'nabok nyilih tangan', hingga yang teranyar terkait penolakan menerima makanan dan minuman dari KPK.

"Sindiran Anas yang terakhir 'terima kasih untuk SBY'. Bukan sampai di situ, yang lebih dramatis adalah Anas menolak makanan dari KPK," kata Effendi usai diskusi di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Minggu (12/1/2014).

Dalam komunikasi politik, Effendi menilai, sindiran-sindiran tersebut menunjukkan Anas ingin mengungkapkan sesuatu yang ia ketahui. Tapi pengungkapan itu tidak akan dilakukan Anas di waktu-waktu sekarang.

"Ia menunggu waktu yang tepat. Selama menunggu, ia tak ingin didiamkan. Dalam konstelasi yang ada, menurut saya, Anas belum akan mengungkapkan karena belum cukup materinya," ujarnya.

Waktu yang tepat untuk Anas mengungkapkan, Effendi memperkirakan, pada saat pemilu legislatif (pileg) dilaksanakan, 9 April mendatang. Jika suara perolehan Partai Demokrat anjlok, maka di situ momen yang tepat bagi Anas mengungkapkan 'sesuatu' yang ia ketahui itu.

"Misalnya pas pileg, suara Demokrat anjlok. Itu bisa jadi momentum untuk Anas menyampaikan, dan saat itu ia berharap konstelasinya berbeda. Ini soal pembacaan waktu saja," ucap Effendi.

Di mata Effendi, melalui sindiran-sindiran itu sejak awal Anas memang sudah menyatakan 'perang' terhadap SBY yang kini menggantikan jabatan Anas, yakni Ketua Umum DPP Partai Demokrat. Akan tetapi, Anas memiliki kejelian melihat kans yang tepat.

"Anas secara jeli tahu kapan waktu tepatnya. Dia ingin mengatakan kebenaran versi dia, dan dia berharap orang mendengar lalu bertindak setelahnya. Nah, saat ini saya rasa dia belum melihat waktu yang tepat itu," kata Effendi.

Anas pernah menulis melalui status Blackberry Massanger (BBM) 'Politik Para Sengkuni'. Status yang diupdate pada 5 Februari 2013 lalu itu ditulis setelah muncul pemberitaan tentang permintaan Presiden SBY kepada KPK agar segera menuntaskan status Anas terkait kasus dugaan korupsi proyek Hambalang.

Tak hanya itu melalui status BBM, Anas kembali meng-update beberapa hari kemudian dengan status 'Nabok Nyilih Tangan' atau menampar dengan tangan orang lain. Status itu diupdate Anas saat hampir bersamaan dengan penetapan status tersangka kepada dirinya oleh KPK, Jumat, 22 Februari 2013.

Anas kembali menulis status BBM pada 17 Agustus 2013 lalu. Dia menuliskan 'Sengkuni Mules, Suyodono Mumet'. Status tersebut dipublikasikan Anas setelah ada desakan agar Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Jero Wacik mundur dari jabatannya sebagai Menteri ESDM.

Teranyar, Anas kembali melontarkan sindiran pada 10 Januari 2014 kemarin atau tepat pada hari Jumat Kermat, sebutan KPK menahan para tersangka berbagai kasus korupsi. Sembari mengenakan rompi oranye tahanan KPK, Anas mengucapkan terima kasih kepada SBY. "Di atas segalanya, saya berterima kasih yang besar kepada Pak SBY," ucap Anas beberapa menit sebelum memasuki ruang tahanan KPK. (Rmn/Yus)

Baca juga:

`Terima Kasih Anas ke SBY`, Pengamat: Ini Babak Baru Pertempuran
Makna Say Thanks Anas ke SBY di Mata Pakar Komunikasi
`Anas` dan `Andi Mallarangeng` Main Domino
`Terimakasih ke SBY`, Pengamat: Anas Merasa Ada Konspirasi

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya