Dalam tatanan bahasa dan budaya Jawa, ada 3 jenis komunikasi politik yang digunakan untuk mengungkapkan kritik. Pertama, Esem Bupati atau bentuk kritik yang disampaikan menggunakan simbol-simbol. Kedua, Semon Manteri yang dilakukan dengan menegur. Ketiga Dupak Kuli, kritik ini lebih tegas dengan cara menunjuk langsung ke arah yang dikritik.
Menurut pakar komunikasi politik Universitas Indonesia, Effendi Gazali, dalam konteks pernyataan yang ditujukan Anas Urbaningrum kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sesaat sebelum ditahan KPK beberapa waktu lalu, kritik tersebut sudah masuk tahap ketiga, Dupak Kuli.
"Saya itu bertanya kepada pakar komunikasi politik yang mengerti soal budaya Jawa. Jenis itu dari tingkat menggunakan simbol, kemudian mulai menyampaikan teguran, dan yang terakhir itu langsung menunjuk ke orangnya," ujar Effendi Gazali di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (14/1/2014).
"Dalam konteks itu, Anas sudah menggunakan kata-kata yang paling tajam. Menunjuk langsung nama SBY," lanjutnya.
Anas yang sebelumnya selalu menggunakan sindiran halus dalam menyikapi perkara korupsi yang menjeratnya kata Effendi, bersikap keras. Karena mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu sudah sangat kecewa atas perkara korupsi yang menjeratnya.
"Dulu mula-mula kan menggunakan kata 'politik para Sengkuni', 'nabok nyilih tangan', lalu ada kata-kata bab pertama, itu semua teguran halus. Sekarang sudah menunjuk nama SBY, itu sudah gerah," terang Effendi.
Anas Urbaningrum pernah menulis status di BlackBerry Messanger (BBM) 'Politik Para Sengkuni' pada Selasa, 5 Februari 2013. Sindiran itu ditulis setelah muncul pemberitaan tentang permintaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada KPK agar segera menuntaskan statusnya dalam kasus dugaan korupsi proyek Hambalang.
Tak hanya itu, beberapa hari kemudian Anas juga kembali dengan status 'Nabok Nyilih Tangan' (menampar dengan meminjam tangan orang lain). Status itu ditulis Anas di saat hampir bersamaan dengan penetapan status tersangka kepada dirinya oleh KPK pada Jumat, 22 Februari 2013.
Anas kembali menulis status BBM pada Sabtu, 17 Agustus 2013. Dia menuliskan 'Sengkuni Mules, Suyodono Mumet'. Status itu dipublikasikan Anas setelah ada desakan agar Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Jero Wacik mundur dari jabatannya sebagai Menteri ESDM terkait adanya kasus suap SKK Migas.
Terakhir, Anas kembali melontarkan pernyataan yang lebih terbuka pada Jumat, 10 Januari 2014 kemarin atau sesaat sebelum dirinya yang mengenakan rompi oranye tahanan KPK memasuki mobil tahanan KPK.
"Di atas segalanya, saya ucapkan terima kasih kepada Pak SBY. Semoga peristiwa ini punya arti, punya makna, dan menjadi hadiah tahun baru di 2014 ini," kata Anas. (Gen/Rmn)
Baca Juga:
Ditahan KPK, Anas: Terima Kasih, Pak SBY
Pakar Komunikasi: `Nyanyian` Anas Bisa Pengaruhi Suara Demokrat
Makna `Terima Kasih SBY` dari Anas
Menurut pakar komunikasi politik Universitas Indonesia, Effendi Gazali, dalam konteks pernyataan yang ditujukan Anas Urbaningrum kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sesaat sebelum ditahan KPK beberapa waktu lalu, kritik tersebut sudah masuk tahap ketiga, Dupak Kuli.
"Saya itu bertanya kepada pakar komunikasi politik yang mengerti soal budaya Jawa. Jenis itu dari tingkat menggunakan simbol, kemudian mulai menyampaikan teguran, dan yang terakhir itu langsung menunjuk ke orangnya," ujar Effendi Gazali di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (14/1/2014).
"Dalam konteks itu, Anas sudah menggunakan kata-kata yang paling tajam. Menunjuk langsung nama SBY," lanjutnya.
Anas yang sebelumnya selalu menggunakan sindiran halus dalam menyikapi perkara korupsi yang menjeratnya kata Effendi, bersikap keras. Karena mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu sudah sangat kecewa atas perkara korupsi yang menjeratnya.
"Dulu mula-mula kan menggunakan kata 'politik para Sengkuni', 'nabok nyilih tangan', lalu ada kata-kata bab pertama, itu semua teguran halus. Sekarang sudah menunjuk nama SBY, itu sudah gerah," terang Effendi.
Anas Urbaningrum pernah menulis status di BlackBerry Messanger (BBM) 'Politik Para Sengkuni' pada Selasa, 5 Februari 2013. Sindiran itu ditulis setelah muncul pemberitaan tentang permintaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada KPK agar segera menuntaskan statusnya dalam kasus dugaan korupsi proyek Hambalang.
Tak hanya itu, beberapa hari kemudian Anas juga kembali dengan status 'Nabok Nyilih Tangan' (menampar dengan meminjam tangan orang lain). Status itu ditulis Anas di saat hampir bersamaan dengan penetapan status tersangka kepada dirinya oleh KPK pada Jumat, 22 Februari 2013.
Anas kembali menulis status BBM pada Sabtu, 17 Agustus 2013. Dia menuliskan 'Sengkuni Mules, Suyodono Mumet'. Status itu dipublikasikan Anas setelah ada desakan agar Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Jero Wacik mundur dari jabatannya sebagai Menteri ESDM terkait adanya kasus suap SKK Migas.
Terakhir, Anas kembali melontarkan pernyataan yang lebih terbuka pada Jumat, 10 Januari 2014 kemarin atau sesaat sebelum dirinya yang mengenakan rompi oranye tahanan KPK memasuki mobil tahanan KPK.
"Di atas segalanya, saya ucapkan terima kasih kepada Pak SBY. Semoga peristiwa ini punya arti, punya makna, dan menjadi hadiah tahun baru di 2014 ini," kata Anas. (Gen/Rmn)
Baca Juga:
Ditahan KPK, Anas: Terima Kasih, Pak SBY
Pakar Komunikasi: `Nyanyian` Anas Bisa Pengaruhi Suara Demokrat
Makna `Terima Kasih SBY` dari Anas