Liputan6.com, Jakarta - “Jika kamu mendidik satu laki-laki maka kamu mendidik satu orang. Namun jika kamu mendidik satu perempuan, maka kamu mendidik satu generasi.” (Mohammad Hatta, Bapak Bangsa Indonesia)
Kutipan di atas menggambarkan betapa besarnya peran perempuan dalam mencerdaskan dan membentuk satu generasi. Namun, sebelum mencerdaskan anak, seorang perempuan harus terlebih dahulu bisa memiliki dan mengenyam pendidikan tinggi. Karena setiap perempuan memiliki hak sama dengan laki-laki untuk mengenyam pendidikan tinggi.
Baca Juga
Hal inilah yang satu abad lalu diperjuangkan pahlawan nasional asal Jepara, Raden Adjeng (RA) Kartini. Menariknya, saat ini persentase perempuan di Indonesia yang berhasil mengenyam pendidikan tinggi juga semakin besar.
Advertisement
Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2021 jumlah persentase perempuan di kelompok usia 16-18 tahun yang berkesempatan mengenyam pendidikan mencapai 62,3 persen.
Hal ini menunjukkan angka sedikit lebih tinggi dibandingkan persentase laki-laki di kelompok usia 16-18 tahun yang berkesempatan mengenyam pendidikan yaitu 61,2 persen.
Namun, selain mengenyam pendidikan tinggi, seorang perempuan juga harus meningkatkan kemampuan dalam mengikuti berbagai pelatihan bersertifikasi, dengan memanfaatkan berbagai platform pembelajaran digital seperti di Udacity, Coursera, Udemy, atau Pijar Mahir sebagai produk anak bangsa.
Di Pijar Mahir yang penulis kelola saat ini, ada berbagai pelatihan untuk perempuan yang bisa diikuti dan langsung dipraktikkan untuk bekerja. Misalnya jasa pelatihan bahasa Korea untuk menjadi sekretaris di perusahaan Korea, pelatihan Make Up artist (MUA) bersertifikasi, belajar menjahit busana, belajar teknik dasar memasak untuk menjadi koki, dan masih banyak pelatihan lain yang bisa perempuan ikuti sesuai minat dan bakat.
Platform pembelajaran ini sangat memberikan fleksibilitas bagi perempuan untuk belajar kapan saja saat mereka ada waktu dan tentunya bisa diakses dari mana saja dengan akses internet yang kini sudah tersedia di mana-mana.
Selain mengikuti pelatihan melalui platform pembelajaran, saat ini pemerintah juga menyediakan program yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian yaitu Kampus Merdeka.
Kampus Merdeka adalah kebijakan yang dikeluarkan Kemendikbudristek dengan memberikan hak kepada mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di luar program studi selama 1 semester dan berkegiatan di luar perguruan tinggi selama 2 semester.
Dalam program Kampus Merdeka ada berbagai pilihan kegiatan yang bisa dipilih seperti Magang Bersertifikat, Studi Independen, Riset atau Penelitian, dan Wirausaha yang bisa dimanfaatkan oleh mahasiswi untuk lebih meningkatkan kapabilitas.
Perempuan Harus Kuasai STEAM
Jadi, pada dasarnya selama ada kemauan yang tinggi untuk belajar, seorang perempuan pasti bisa lebih maju dan mencerdaskan anak-anak bangsa.
Selain itu, seorang perempuan juga harus bisa menguasai bidang kerja STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts & Mathematics) agar bisa menjadi bagian dari 9 juta talenta digital pada tahun 2030 sesuai yang ditargetkan Presiden Jokowi.
Penguasaan perempuan di bidang STEAM akan sangat mempercepat tercapainya kesetaraan gender serta meningkatkan digital ekonomi di Indonesia.
Di sisi lain, kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan Machine Learning seperti halnya ChatGPT membuka peluang lebih besar bagi perempuan. Karena betapa pun canggihnya teknologi pasti tergantung manusia.
Betapa pun canggihnya ChatGPT, akan memberikan jawaban yang bagus bila diberikan input pertanyaan yang tepat. Dan disinilah kekuatan perempuan, yang secara alamiah memiliki kemampuan komunikasi dan meyampaikan gagasan lebih baik daripada laki-laki.
Semua kemampuan ini diharapkan juga bisa dikuasai oleh seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai daerah, termasuk perempuan yang tinggal di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) sekali pun. Menariknya saat ini, banyak perempuan yang tinggal di daerah 3T juga sudah bisa mengenyam pendidikan tinggi.
Advertisement
Kisah Sukses Perempuan Hebat dari Daerah 3T
Salah satu kisah nyata bahwa seorang perempuan dari daerah 3T juga bisa mengenyam pendidikan tinggi dan turut mencerdaskan bangsa adalah kisah dari Agussanaterny Ully. Agussanaterny Ully, akrab disapa Bu Eny adalah guru Bahasa Inggris dari SMAN 3 Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Tinggal di daerah 3T tidak menghalangi bu Eny untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan agar bisa selalu memberikan ilmu sebaik mungkin untuk setiap siswa-siswinya.
Karena Bu Eny punya satu harapan besar yaitu ingin semua anak-anak yang tinggal di Nusa Tenggara Timur, khususnya Kupang, bisa mendapatkan pendidikan yang sama berkualitasnya dengan anak-anak di kota-kota besar. Selain itu, Bu Eny juga berharap semua siswa-siswi di Kupang suatu saat nanti bisa menjadi pemimpin bangsa.
Salah satu bukti nyata dari dedikasi Bu Eny untuk mencerdaskan siswa-siswinya adalah dengan menyampaikan materi pelajaran menggunakan teknologi digital. Bu Eny merasa dengan menggunakan teknologi digital, semua siswa-siswinya menjadi lebih mudah paham dengan materi pelajaran yang disampaikan. Untuk memudahkan dalam menyampaikan materi pelajaran, beliau menggunakan platform Pijar Sekolah.
Setelah menggunakan aplikasi tersebut untuk mengajar, Bu Eny juga merasakan betapa pentingnya seorang guru, khususnya perempuan untuk menguasai teknologi digital. Terlebih, di masa yang akan datang sebagian besar kegiatan seseorang kemungkinan akan dilakukan secara online menggunakan teknologi digital.
Telkom Indonesia sebagai BUMN melalui Pijar juga diproyeksikan selalu lebih siap mendukung dalam mencerdaskan perempuan di Indonesia.
Hal ini tentunya dapat dilakukan dengan terus menciptakan berbagai pelatihan-pelatihan berkualitas dan mengembangkan sejumlah platform pembelajaran yang bisa digunakan oleh semua lapisan golongan masyarakat Indonesia. Dengan demikian, nantinya semua perempuan di Indonesia bisa terus meningkatkan keahlian dan kemampuan.
Setelah memiliki kemampuan dan keahlian yang tinggi, maka perempuan-perempuan di Indonesia bisa mendidik dan menciptakan generasi calon-calon pemimpin di Indonesia bahkan dunia. Karena seperti petuah Mohammad Hatta, mendidik satu perempuan, maka kita mendidik satu generasi.
**Penulis adalah Dr. Sri Safitri, Chairlady Indonesia Customer Experience Professional