Liputan6.com, Jakarta - Mobil bertransmisi otomatis semakin digemari, seiring dengan semakin parahnya kemacetan di kota-kota besar. Namun, masih banyak juga yang beranggapan, mobil matik lebih cepat rusak dibanding mobil bertransmisi manual.
Baca Juga
Dijelaskan Supriyadi, pemilik bengkel khusus matik Auto Techno, hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Bahkan, jika dibilang mobil matik lebih cepat rusak, ada mobil matik yang sudah berumur 10 tahunan masih digunakan di jalanan.
"Mobil matik itu rusak biasanya di atas delapan tahun, secepat-cepatnya itu lima tahun. Itu yang cepat juga biasanya tidak pernah ganti oli, dan tidak pernah dikuras oli transmisinya," jelas pria yang akrab disapa Adi kepada Liputan6.com, Selasa (7/6/2017).
Lanjut pria yang bengkelnya beralamat di Jalan Raya Pulogebang Nomor 21, Jakarta Timur ini, oli merupakan kekuatan terpenting transmisi. Biasanya, mekanik mobil matik akan menyarankan mengganti oli rata-rata setiap 15 ribu Km dalam pemakaian di kota besar.
"Kenapa harus setiap 15 ribu KM, karena saat macet mesin tetap hidup, dan oli transmisi tetap bekerja. Memang, pabrikan merekomendasikan penggantian setiap 40 ribu Km, tapi itu kan jalan normal, dan mesin hidup dalam jangka waktu lama," tambahnya.
Jadi, bagi para pemilik mobil matik juga usahakan melakukan perawatan berkala untuk mobil matik agar transmisi lebih awet, dan usahakan melakukan gaya berkendara yang tidak sembarangan.
Advertisement