Generasi Terbaru Panther Gagal Lahir, Ini Alasannya

Menyadari terjadi pergeseran tren, Isuzu memilih untuk tidak mewujudkan model terbaru dari Panther. Padahal, mereka sempat membuat konsep desain generasi terbaru Panther pada 2016 silam.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jan 2019, 17:03 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2019, 17:03 WIB
Nasib Isuzu Panther Tergantung Prinsipal di Jepang
Pengembangan Panther bergantung pasar dan terutama prinsipal Isuzu.

Liputan6.com, Jakarta - Menyadari terjadi pergeseran tren, Isuzu memilih untuk tidak mewujudkan model terbaru dari Panther. Padahal, mereka sempat membuat konsep desain generasi terbaru Panther pada 2016 silam.

Penjualan generasi ketiga Panther terus dekaden. Tahun lalu hanya mengantongi 950 unit saja. Merosot sebesar 17,2 persen dari perolehan 2017. Isuzu tidak lagi melihat peluang yang besar pada kelas medium MPV.

Manufaktur yang bermarkas di Sunter ini, menilai minat masyarakat cenderung pada low MPV dan SUV. Sementara Isuzu hanya punya MU-X dan D-Max yang bertahan di pasar itu. Jadi Panther generasi baru yang sempat digaungkan harus batal.

“Sebetulnya kami pernah punya blueprint dan desain gambar Panther baru pada 2016. Namun belakangan, tren medium MPV turun terus. Sekarang bahkan beralih ke SUV dan low MPV yang berkembang. Maka secara alami, penjualan Panther turun,” terang Attias Asril, GM Marketing Division Isuzu Indonesia, usai merilis Giga tractor head di Senayan.

Titik nadir Panther pun diprediksi tinggal beberapa tahun saja. Sebab Panther yang kini masih Euro 2 harus terganjal regulasi. Pemerintah mencanangkan Euro 4 diesel berlaku pada 2021.

“Dua poin ini yang kami pertimbangkan. Tren pasar dan regulasi. Kalau dengan mesin baru dan market MPV cenderung turun, jujur akan berat. Soalnya sudah pasti butuh investasi yang tinggi sekali. Kalau direalisasikan (model baru, Red) kasarnya harga Panther bisa di atas SUV. Jadi sangat tidak visible dengan situasi yang akan kami hadapi,” tambah Asril.

 

Selanjutnya

Batalnya generasi baru, lanjut Asril, lebih ke arah perhitungan bisnis. Sampai hari ini Panther terus dijual, mungkin hingga regulasi Euro 4 berlaku.

“Kalau kami tak punya mesin barunya bisa berhenti. Lagi-lagi kalau soal mesin, Isuzu basisnya kendaraan komersial. Sedangkan pada kendaraan penumpang, prinsipal kami lebih fokus pada SUV seperti MU-X,” imbuhnya.

Direktur Marketing LCV PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Joen Budi Putra juga angkat bicara soal Panther. Ia menganggap unit tetap diminati konsumen setia. Sebab tak sedikit konsumen sudah memahami ragam keunggulannya.

"Selama kami berinteraksi dengan konsumen, kebanyakan mereka puas dengan produk. Isuzu Panther sudah melegenda. Keunggulannya banyak, sepeti mesin tahan banting, bertenaga, murah perawatannya dan tak rewel. Tapi market turun," ungkapnya.

Isuzu tahu diri menghadapi kondisi pasar. Maka tahun ini perusahaan menurunkan target penjualan retail Panther. Dari 2.078 unit termasuk tambahan dari model pikap, menjadi 1.700 unit pada 2019. Mau tak mau, Panther tinggal menuggu waktu saja berakhir di Indonesia.

Sumber: Oto.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya