Banyak Pembangunan Jalan Tol, Bagaimana Prospek Sistem Pembayaran Transportasi?

Prospek bisnis sistem pembayaran transportasi nasional cukup menjanjikan, dengan rata-rata tumbuh 20 persen.

oleh Arief Aszhari diperbarui 22 Nov 2020, 10:10 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2020, 10:10 WIB
Kurangi Kemacetan, Tol JORR Bakal Terintegrasi Satu Tarif
Sejumlah kendaraan melaju di ruas Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR), Jakarta, Rabu (21/2). Pemerintah melalui Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) berencana mengintegrasikan sistem pembayaran Tol JORR. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan jalan tol di Indonesia tengah berlangsung masif. Dengan begitu, prospek bisnis sistem pembayaran transportasi nasional cukup menjanjikan, dengan rata-rata tumbuh 20 persen.

Bahkan, dalam dua tahun ke depan, nilai pengadaan sistem pembayaran transportasi di jalan tol, diprediksi mencapai Rp4 triliun. Tidak hanya itu, ada potensi bisnis dari penggantian atau replacement perangkat tersebut senilai Rp2 triliun.

Per akhir 2019, panjang jalan tol di Indonesia mencapai 2.093 kilometer (km), naik tajam dari 2014 sepanjang 795 km. Dalam jangka panjang, pemerintah menargetkan panjang jalan tol mencapai 18 ribu km. Adapun selama 2020-2024, akan dibangun tol baru sepanjang 2.500 km.

Direktur Utama PT Delameta Bilano, perusahaan teknologi sistem transportasi berbasis riset dalam negeri, Tri Bayu Wicaksono menuturkan, pembangunan jalan tol terus bergulir di tengah pandemi Covid-19. Sebab, total panjang jalan tol Indonesia masih kalah dari negara-negara Asia lainnya. Contohnya, panjang tol di Cina sudah mencapai 15 ribu km.

Dari hitungannya, jalan tol yang sudah masuk tahap persiapan dan sudah digambar mencapai 5 ribu kilometer, di mana yang sudah dibangun 2 ribu kilometer. Adapun sisanya masih dalam tahap perencanaan.

"Melihat data itu, potensi bisnis sistem pembayaran transportasi sangat besar. Apalagi, ada bisnis replacement, karena biasanya perangkat harus diganti setelah masa pakai lima tahun," kata Bayu dalam diskusi virtual Bisnis Sistem Transportasi di Tengah Pandemi, Sabtu (21/11/2020).

Uang Elektronik

Lanjutnya, bisnis sistem pembayaran transportasi menggeliat sejak mandatori penggunaan uang elektronik untuk pembayaran tol. Hal ini mendorong operator mencari sistem pembayaran andal yang dapat mendukung operasional. Pada titik ini, perusahaan sistem pembayaran membantu operator menjalankan bisnis secara efisien, mencegah terjadinya fraud, dan memperlancar arus keluar masuk kendaraan.

Sistem pembayaran transportasi akan naik lebih kencang jika sistem fee base income diterapkan. Sebab, dalam skema ini, operator tidak perlu berinvestasi lagi di sistem pembayaran, melainkan dipasok oleh perusahaan lain. Operator tinggal membagi hasil operasional tol dengan perusahaan sistem pembayaran.

"Kami sedang menjajaki skema ini dengan beberapa operator tol," tegas dia.

 

Merambah Sistem Pembayaran di Pelabuhan

Bayu menambahkan, bisnis sistem pembayaran transportasi juga telah merambah pelabuhan. Seperti sistem pembayaran akses (gate pass) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Sistem ini terdiri atas reader, AVC sensor, automatic lane barrier (ALB), customer display panel (CDB) yang menampilkan tarif, golongan, dan sisa saldo, lalu CCTV lajur.

Dengan sistem itu, pendapatan gate pass naik 3-4 kali lipat, karena pembayaran menggunakan sistem nontunai seperti di jalan tol. Setiap hari, rata-rata kendaraan yang masuk Priok 13 ribu unit.

Tidak hanya pasar lokal, pasar di kawasan regional juga potensial, seperti Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Timor Leste. Produk yang bisa diekspor antara lain palang otomatis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya