Djarot: Walau Sudah Wafat, Bung Karno Terus Hidupi Warga Blitar

Djarot Saiful Hidayat bersama Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto ziarah ke makam Sukarno di Blitar, Jawa Timur.

oleh Ratu Annisaa Suryasumirat diperbarui 20 Nov 2018, 18:44 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2018, 18:44 WIB
Mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat bersama Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyambangi makam Sukarno
Mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat bersama Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyambangi makam Sukarno di Blitar (foto: tim kampanye Jokowi-Ma'ruf)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat bersama Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto ziarah ke makam Sukarno di Blitar, Jawa Timur. Keduanya kemudian meninjau kompleks parkiran yang dibangun di era Djarot sebagai Wali Kota Blitar.

Puluhan kios berada di lapangan parkir bus menuju Kompleks Makam Sukarno, Kota Blitar. Djarot mengatakan, walau sudah tiada, Sukarno tetap dapat menghidupi warga di Blitar.

"Jadi kalau warga bilang Bung Karno 'menghidupi' ya memang benar. Bung Karno memang secara fisik sudah wafat. Tapi betul-betul bisa menghidupi warga Blitar raya. Karena setiap tahun, bisa jutaan orang yang datang ke Blitar," kata Djarot di Blitar, Selasa (20/11/2018) melalui keterangan tertulis yang diterima.

Di kios-kios tersebut, mayoritas baju dan celana yang dijual bermotif Presiden Pertama RI itu. Bila tidak gambarnya, maka kata-kata bersejarah yang pernah disampaikan olehnya lah yang terpampang di pakaian.

Jarak lapangan parkir ke lokasi makam Sukarno sekitar 500 meter. Djarot menuturkan, bila pengunjung tidak ingin berjalan kaki, armada becak sudah diatur. Ongkos ditetapkan sebesar Rp15 ribu sekali jalan. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Kenangan Djarot

Bagi Djarot, tempat itu terasa istimewa karena ialah yang membangun lapangan parkir itu saat masih menjabat pada 2003. Ia juga mempercantik tempat tersebut dengan sejumlah pohon yang ditanam teratur.

Pohon-pohon itu kini telah berusia 15 tahun serta tinggi dan rindang, sehingga meneduhi lapangan parkir dari panas matahari.

"Dulu tempat ini adalah kantor kecamatan. Lalu saya pindah kantornya, supaya tempat ini menjadi lahan parkir sekaligus pedagang ditata berjualan di dalam kios," ungkap Djarot.

Saat pertama menjabat sebagai Wali Kota Blitar pada tahun 2000, makam Sukarno sempat ditutup dengan kaca tebal tahan peluru oleh rezim Orde Baru. Oleh Djarot, kaca itu dibongkar demi mendekatkan Sukarno dengan rakyatnya.

Selain membenahi kompleks makam, ia juga membangun pusat kerajinan dan UKM.

Djarot menyadari, Blitar tak mungkin hidup dari investasi besar seperti pabrik-pabrik manufaktur. Maka, investasi yang disasar adalah investasi rakyat kecil yang berjualan dengan jumlah banyak.

"Di Blitar tak ada demo buruh. Karena semua berwiraswasta. Inilah wiraswasta yang dihidupi Bung Karno. Saya bangga dengan Blitar. Ekonomi kerakyatan tumbuh pesat dan disini mampu mensuplai 30 persen telur nasional," ujar Djarot.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya