Liputan6.com, Jakarta - Calon Presiden (Capres) nomor urut satu Anies Baswedan, membeberkan semua rencananya terkait pengembangan kawasan Chinatown Glodok, Jakarta Barat jika terpilih menjadi presiden di Pemilu 2024.
Rencana itu disampaikan Anies saat menghadiri perayaan Imlek bersama Komunitas Masyarakat Indonesia Tionghoa (KOMIT) di Chinatown Glodok, Jakarta Barat, Senin malam, 29 Januari 2024.
Baca Juga
Anies menyampaikan, pengembangan kawasan meliputi revitalisasi Klenteng hingga membangun halal hawker center di kawasan itu. Rencana pengembangan, kata dia bakal menjadi kelanjutan dari proses pembangunan gapura yang telah diresmikannya pada 2022 saat menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Advertisement
"Gapura kemarin kita buat. Tapi sebenarnya, mudah-mudahan bisa dikembangkan lebih jauh. Ini ada rencana yang ingin kita laksanakan," kata Anies.
Anies menjelaskan, jika jadi presiden terpilih 2024 dia berniat membangun pusat kuliner khas Pecinan di Chinatown, Glodok. Selain itu, dia juga berencana membangun halal hawker center di kawasan tersebut.
"Nanti kita bangun pusat kuliner khas pecinan, lalu direvitalisasi klenteng, lalu halal hawker center. Lalu kita rencana bangun museum peranakan, bangun public space di situ dan lakukan konservasi bangunan bersejarah yang ada di kawasan ini," ungkap Anies.
"Lalu kita ingin pastikan ada kawasan-kawasan yang menjadi semacam mural street. Begini kira-kira gambarannya. Jadi ini sebuah rencana, bila kewenangan itu diberikan, maka kami ingin melaksanakan rencana ini di kawasan ini," sambung dia.
Mantan Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 ini mengungkapkan, kerja sama antara dia dan KOMIT telah berlangsung sejak lama. Dia berharap, kerja sama tersebut bakal berlanjut ke tingkat nasional.
"Kita bekerja bersama cukup lama. Sejak kami bertugas (di DKI Jakarta) kerja sama terus. Kami ingin agar pola ini diteruskan dalam skala nasional. Harapannya suasana tenang, teduh, aman, damai itu terjadi. Tenang, teduh, damai itu kerjanya di belakang layar. Tidak keliatan," tutur Anies.
Anies: Nampaknya Kegiatan Kampanye Joget-Joget Berkurang Volumenya
Calon Presiden (Capres) nomor urut satu Anies Baswedan, menilai pentingnya berkampanye dengan cara bertemu publik melalui diskusi, sehingga bisa bertukar pikiran. Dia juga menyoroti kampanye yang mengandalkan gimik seperti berjoget mulai berkurang.
Hal ini disampaikan Anies saat hadir dalam perayaan imlek bersama Komunitas Masyarakat Indonesia Tionghoa (KOMIT) di kawasan Glodok Chinatown, Jakarta Barat pada Senin malam, 29 Januari 2024. Di sana warga Tionghoa mengajaknya berdiskusi ala 'Desak Anies' dengan tajuk 'Kongkow Anies'.
"Nah alhamdulilah sekarang dengan kita melakukan kegiatan tukar pikiran seperti ini, nampaknya kegiatan kampanye yang hanya joget-joget berkurang volumenya," kata Anies.
Anies menyatakan, saat ini Indonesia tengah menjalankan kontestasi lima tahunan untuk memilih kepala negara. Oleh sebab itu, kata dia para calon kepala negara mestinya fokus menawarkan kualitas dan siap menghadapi publik.
"Iya, karena ketika joget-joget yang datang juga tanya emang kita mau milih penari, pemimpin lah. Kita mau pilih orang buat ambil keputusan bukan? Saya mau tanya a,b,c,d, betul ditanyain," jelas Anies.
"Jadi kita ingin meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia, kita ingin meningkatkan kualitas pemilu di Indonesia, kita ingin meningkatkan kualitas kampanye. Jadi ketika kita bilang perubahan tidak dimulai ketika memerintah, dimulai saat berkampanye," sambung dia.
Advertisement
Anies: Kampanye Lewat Diskusi Cara Hormati Pemilih
Kampanye, lanjut Anies adalah soal penyampaian gagasan untuk kemajuan bangsa. Pemimpin, kata Anies tak sekedar dipilih dari tampilan baliho yang dipajang di ruang publik.
"Kalau sekedar untuk dipajang fotonya pilih saja baliho yang paling keren. Betul tidak? tapi kita mau pilih orang yang mau ambil keputusan atas nama rakyat, atas nama negara pertanyaannya kita mau mengambil keputusan pakai apa memilihnya," kata dia.
Maka, Anies memandang menyerap aspirasi masyarakat lewat dialog dan diskusi amat penting. Dengan begitu, kata dia masyarakat juga diberikan pertimbangan untuk memutuskan siapa calon pemimpin yang dipilih usai saling bertukar pikiran.
"Nanti pada saat menjawab sambil mendengarkan bapak ibu bisa merasakan, saya setuju 100 persen atau 90 persen atau 80 persen atau 30 persen atau saya tidak setuju. Tapi yang pasti calon nomor satu ini memberikan kesempatan bapak ibu untuk nakar berapa persen ada yang tidak ngasih kesempatan, kalau tidak kasih kesempatan dari mana kita tahu?," ucapnya.
Anies menuturkan, kampanye lewat diskusi menjadi caranya menghormati pemilih. Pemilih dibiarkan mengetahui apa yang menjadi gagasan dan pemikirannya untuk Indonesia.