Hasto PDIP: Edy Rahmayadi Cagub Model Berperang di Depan

Sekjen DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyatakan pemilihan gubernur (Pilgub) Sumatera Utara (Sumut) 2024 adalah ajang bagi warga di provinsi itu untuk memilih pemimpin yang berproses dari bawah

oleh Nasrul Faiz diperbarui 06 Okt 2024, 18:37 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2024, 17:09 WIB
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto bersama calon gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto bersama calon gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi saat menghadiri rapat kerja daerah khusus (Rakerdasus) pemenangan pilkada Sumut tahun 2024, di Kota Medan, Minggu (6/10/2024). (Dok. Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyatakan pemilihan gubernur (Pilgub) Sumatera Utara (Sumut) 2024 adalah ajang bagi warga di provinsi itu untuk memilih pemimpin yang berproses dari bawah, bukan pemimpin yang naik karena hubungan kekerabatan.

Hal itu diungkap oleh Hasto saat berbicara di hadapan lebih dari seribu kader partai yang hadir di rapat kerja daerah khusus (Rakerdasus) pemenangan pilkada Sumut tahun 2024, di Kota Medan, Minggu (6/10/2024).

Dalam penjelasannya, Hasto mencontohkan soal sosok Edy Rahmayadi. Nama yang disebut terakhir adalah calon gubernur PDIP di Sumut, berpasangan dengan Hasan Basri sebagai calon wakil gubernur. Menurutnya, Edy adalah seorang calon gubernur, calon pemimpin yang berproses dari bawah.

“Beliau ini, Pak Edy ini sosok pemimpin digembleng dari bawah. Pak Edy ini dididik secara infanteri. Nah kalau infanteri, kalau perang itu di depan. Bukan bapaknya yang di depan,” kata Hasto disambut tawa riuh para peserta rapat.

Di Pilgub Sumut, pasangan Edy-Hasan akan bertarung melawan pasangan Bobby Nasution-Surya.

Kembali ke Hasto, ia menjelaskan lebih jauh bahwa di dalam dunia militer, infanteri kerap dianggap sebagai ‘queen of the battle.’. Ia juga memaparkan bahwa Edy Rahmayadi takkan mungkin pernah menjabat Pangkostrad, bila sebelumnya tak menapaki karir dari bawah sebagai letnan, kapten, kolonel hingga letnan jenderal.

“Jadi Pak Edy ini pemimpin yang berjuang dari bawah, bukan yang dikarbit dan karbitan. Maka pemimpin berjuang dari bawah, itulah makna hakikat kepemimpinan,” tegas Hasto.

 


Kepimpinan Ala Edy Rahmayadi

Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristianto bersama Risma. (Foto: PDIP Jatim)
Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristianto bersama Risma. (Foto: PDIP Jatim)

Hasto juga menekankan bahwa kepemimpinan dari bawah ala Edy Rahmayadi, dilengkapi dengan tradisi doa dan kesejukan Nahdatul Ulama (NU) yang direpresentasikan oleh cawagub Hasan Basri.

“Hasan Basri ini punya tradisi NU yang kuat. Doanya menyejukkan. Kepemimpinan Pak Edy yang berproses dari bawah, berpadu dengan naungan doa kader Nahdliyin, akan menyejukkan Sumatera Utara ini,” kata Hasto.

Pada kesempatan itu, Hasto juga mengatakan bahwa seluruh kader PDIP diinstruksikan untuk turun. Bahkan, seluruh kader PDIP dari Indonesia, yang memiliki keterikatan lahir maupun hidup dengan Sumut, diminta bergotong royong.

“Kebijakan DPP partai, bagi mereka yang sudah pernah meminum air di Sumut ini, wajib memenangkan Pak Edy dan Hasan Basri,” kata Hasto.

Maka itu, di dalam rapat, dihadirkan para anggota DPR RI yang lahir di Provinsi Sumatera Utara, walau tak lagi tinggal di Sumut. Seperti Marinus Gea, anggota DPR RI dari Banten.

“Jadi anggota DPR yang pernah meminum air di Sumut ini, harus mau bergotong royong. Karena yang kita hadapi di Sumut ini adalah mereka yang menggunakan modal dana besar, dan yang menggunakan pendekatan kekuasaan,” tegas Hasto.

“Kalau senior partai turun ke daerah, tanpa surat tugas, semua wajib turun ke bawah memenangkan cagub-cawagub. Karena kita semua wajib melakukan penggalangan rakyat,” tambahnya.

 


Sampaikan Pantun

Hasto juga mengatakan DPP PDIP akan memberi sokongan bagi para kader partai yang berusaha diintimidasi oleh aparat kekuasaan agar tidak bekerja memenangkan calon kepala daerah dari Banteng Moncong Putih.

“Kalau diintimidasi, jangan pernah takut. Ketakutan itu adalah ilusi kalau kata Bu Mega,” pungkas Hasto.

Saat berpidato, Hasto juga menyampaikan sejumlah pantun. Dimana salah satunya menyangkut tema kacang lupa pada kulit, yang akhirnya akan menemukan karmanya.

“Ada kacang lupa kulitnyaCermin rendahnya budi dan etikaSatyam Eva jayate adalah mantra kitaDengannya, mari menangkan Edy Rahmayadi dan Hasan Basri Sagala,” kata Hasto dalam pantunnya.

Rakerdasus dilaksanakan di Kota Medan, pada Minggu (6/10/2024), dihadiri lebih dari seribu orang pengurus utama partai di Provinsi Sumatera Utara, yang dipimpin Ketua dan Sekretarisnya, Rapidin Simbolon dan Sutarto.

Hasto sendiri hadir dari Jakarta didampingi sejumlah Ketua DPP PDIP yakni Deddy Yevri Sitorus, Adian Napitupulu, Yasona Laoly, Mindo Sianipar, dan Yoseph Aryo Adhi Dharmo.

Hadir sejumlah anggota DPR seperti Sofyan Tan, Sihar Sitorus, Bob Sitepu, Bane Raja Manalu, Marinus Gea, dan Sturman Panjaitan. Sejumlah senior partai di Sumut juga hadir seperti Japorman Saragih dan Budiman Nadapdap.

Hadir juga Ketua partai pendukung calon gubernur-cawagub Edy Rahmayadi-Hasan Basri Sagala. Pasangan yang terakhir disebut juga hadir, termasuk seluruh calon kepala daerah yang diusung PDIP di Provinsi Sumut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya