Liputan6.com, Malang - Gubernur Jawa Timur Soekarwo menolak sapi asal Nusa Tenggara Timur (NTT) masuk ke wilayahnya. Lho, kenapa?
Rupanya hal ini lantaran sapi yang didatangkan dari NTT itu kabarnya terkena penyakit antraks. Sapi-sapi sakit itu berpotensi menulari sapi sehat lainnya.
"Kita tak mau ada sapi sakit. Kemarin dari NTT masuk ke sini (Jawa Timur) kena antraks. Penyakit sapi itu 40 tahun baru hilang, kita tak mau itu lagi," kata Gubernur Jawa Timur Soekarwo saat hadir di Hari Susu Nasional di Universitas Brawijaya Malang, Jatim, Kamis, 6 Juni 2016.
Gubernur yang karib disapa Pakde Karwo itu mengucapkan terima kasih pada perguruan tinggi yang mendirikan rumah sakit hewan. Salah satunya, RS Hewan Pendidikan Universitas Brawijaya (RSHP UB) di kawasan Dieng, Kota Malang, Jatim.
"Kita berterima kasih karena ada RS Hewan. Apalagi Jawa Timur ini ingin sakit kuku dan mulut pada sapi habis," tutur Pakde Karwo.
Baca Juga
Dia menambahkan, konsumsi daging sapi di Jawa Timur cukup tinggi, yakni sebanyak 2,2 juta ton per tahun. Rencananya, target konsumsi di Jawa Timur itu akan dinaikkan oleh pemerintah pusat menjadi sebanyak 2,61 juta ton per tahun.
"Dirjen peternakan Kementerian Pertanian ingin menaikkan target konsumsi, tapi masih ada kekurangan stok juga. Tapi kalau untuk kebutuhan Jawa Timur tetap aman, bahkan ada kelebihan stok," ujar Pakde Karwo.
Jawa Timur, lanjut dia, bahkan mampu mengirim sebanyak 650 ekor sapi setiap harinya ke DKI Jakarta. Karena itulah, Jawa Timur tak membutuhkan impor daging sapi masuk ke wilayahnya lantaran konsumsi dan ketersediaan tetap aman.