Liputan6.com, Serang - Musibah banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Serang dan Pandeglang, Banten, diduga lantaran aksi pembalakan liar di dua gunung. Keduanya, yakni Gunung Aseupan di Kabupaten Pandeglang dan Gunung Pabeasan di Kabupaten Serang, dikabarkan telah gundul tak bisa lagi menahan air.
Sebanyak empat orang telah diperiksa atas kasus ini. Seperti disampaikan Dirkrimsus Polda Banten Kombes Nurullah.
"Sudah ada empat orang yang kita mintai keterangan. Tapi masih ada lagi yang akan dipanggil. Dua masyarakat dan dua pengelola (hutan)," kata Nurullah di Serang, Banten, Kamis, 28 Juli 2016.
Baca Juga
Kapolda Banten Brigjen Pol Ahmad Dofiri mengatakan, penyelidikan kasus ini masih berlangsung. Dia memastikan, personelnya juga telah melakukan penyelidikan ke atas gunung tersebut.
"Kita sudah mengambil langkah-langah melakukan upaya-upaya penyelidikan, apakah akibat dari pembalakan liar," kata Ahmad.
"Kemarin penyidik sudah langsung naik ke atas meminta keterangan dari para penduduk di sana. Apakah ada indikasi pembalakan liar dan sebagainya," kata dia.
Pada hari pertama terjadinya musibah longsor dan banjir bandang, Senin, 25 Juli 2016, terdapat tiga titik longsor di atas Gunung Aseupan dan menyebabkan 600 kepala keluarga (KK) terisolasi.
Setidaknya tercatat tiga pengembang kehutanan, di antaranya Perhutani 30 hektare, Litbang IPB 3.000 hektare, dan Tahura Banten 1.670 hektare. Ketiga pengembang itu dianggap sebagai pihak yang mempunyai tanggung jawab terkait resapan air.
Advertisement