Pelajar Purwakarta Buka Hari dengan Salat Duha Tiap Pagi

Tak hanya Salat Duha, pelajar Purwakarta juga dibiasakan membaca Alquran bersama-sama setiap pagi.

oleh Abramena diperbarui 01 Nov 2016, 06:31 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2016, 06:31 WIB
Pelajar Purwakarta Buka Pintu dengan Salat Duha Tiap Pagi
Tak hanya Salat Duha, pelajar Purwakarta juga dibiasakan membaca Alquran bersama-sama setiap pagi. (Liputan6.com/Abramena)

Liputan6.com, Purwakarta -- Konsep Pendidikan Berkarakter  diberlakukan di Purwakarta sejak 2008 lalu. Aneka macam program pendidikan telah digulirkan untuk menunjang implementasi konsep tersebut, di antaranya adalah Salat Duha bagi seluruh pelajar Muslim di seluruh sekolah di kabupaten tersebut.

Sebelum jam pelajaran dimulai, para pelajar di Purwakarta terlebih dahulu melaksanakan Salat Duha dibimbing guru di sekolah setempat. Rangkaiannya sudah dimulai sejak pukul 06.00 WIB, sesuai dengan jam masuk sekolah yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat.

Setelah tadarus Alquran selama 15 menit yang dilanjutkan dengan membersihkan kelas selama 15 menit, para pelajar dibimbing  guru untuk bersama-sama melaksanakan salat yang dipercaya dapat mendatangkan rezeki tersebut.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan dalam kaidah keilmuan terdapat dua unsur utama yang tidak bisa dipisahkan. Pertama adalah kaidah ilmu yang diperoleh secara material melalui perantara guru, alat peraga mata pelajaran, dan metoda klasikal yang selama ini dijalankan.

Sementara, yang kedua adalah kaidah ilmu yang diperoleh secara spiritual melalui proses yang dijalani oleh pelajar di sekolah sehingga melahirkan transformasi energi dalam ruang batin para pelajar.

"Kalau ini tidak dilakukan, maka nalar spiritual anak-anak kita tidak akan pernah bisa terasah. Kelemahan sistem pendidikan kita ini kan tidak aplikatif, jadi cara ini kami tempuh agar pelajar mampu menangkap pelajaran dalam suasana kebatinan yang nyaman," kata Dedi di Purwakarta, Senin (31/10/2016).

Untuk membukakan hati pelajar agar mampu menerima pelajaran, kata Dedi, orang Sunda menyebutnya ‘Sampurasun’, memohon dibukakan pintu. Secara lahiriah tentu saja pintu rumah, tetapi secara maknawi itu maksudnya pintu hati.

"Setelah pintu hati terbuka melalui Salat Duha maka seluruh proses pembelajaran akan menghasilkan tafakur, introspeksi diri ke dalam relung hati pelajar, orang tua kita dulu mengenal istilah Tapa Brata, berdiam diri di ruang sempit, melakukan pencarian hakikat diri," tutur dia.

"Setelah itu, dari pelajaran yang diperoleh pelajar maka lahir Tadabbur, interaksi pelajar dengan lingkungannya, dalam dunia akademik ini dikenal dengan riset atau penelitian," sambung dia.

Pembiasaan Salat Duha setiap pagi, menurut Dedi, juga memiliki nilai kerja keras karena dilakukan saat menyongsong matahari. Ia meyakini rezeki berupa ilmu akan diperoleh para pelajar Purwakarta jika konsisten menjalankan Salat Duha.

"Iya konsisten dijalankan, karena dari rezeki ilmu itu kan kelak kita peroleh rezeki material juga. Bagi nonmuslim, tentu ada ruang untuk itu, silakan menjadikan pagi hari sebagai ruang kontemplatif agar diri kita siap menerima pelajaran," kata Dedi.

Pantauan Liputan6.com menunjukkan suasana religius kental di sekolah-sekolah di Purwakarta. Para siswa mengenakan busana untuk salat bersiap melaksanakan Salat Duha, seperti di Sekolah Dasar (SD) Negeri Purwamekar.

Pelajar di sekolah itu mengaku jika setiap hari membawa peralatan salat. Itu dilakukan rutin setiap hari untuk menjalankan Salat huha serta salat lainnya jika ada kegiatan di sekolah.

"Iya kalau tiap pagi Salat Duha dulu. Ya senang sekalian belajar salat," ujar salah seorang pelajar, Delia Sukarna.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya