Penyebab Ambles Jalur Utama Kuningan-Majalengka

Penyebab ambles jalur utama Kuningan-Majalengka diungkapkan Badan Geologi ESDM.

oleh Panji Prayitno diperbarui 19 Feb 2017, 13:14 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2017, 13:14 WIB

Liputan6.com, Cirebon - Amblesnya akses jalan utama Kabupaten Kuningan di Dusun Kliwon, Desa Kawah, Kecamatan Darma, membuat warga harus mencari jalan alternatif untuk beraktivitas seperti biasanya. Termasuk, pengendara roda dua maupun roda empat harus mencari jalan alternatif menuju ke Cikijing, Majalengka maupun Tasikmalaya.

Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan penyebab amblesnya jalan karena kondisi gorong-gorong yang diameternya terlalu kecil.

Kepala Sub Bidang Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Barat Agus Budianto mengatakan, diameter gorong-gorong di jalur keluar dari utara dan selatan hanya satu meter. Sementara, lokasi yang menjadi titik longsor jalan merupakan daerah tangkapan air.

"Ini daerah tangkapan air dengan curah hujan tiga hari berturut-turut sebelum kejadian membuat air terbendung di jalan. Sementara, gorong-gorong jalur keluar dari utara dan selatan diameternya hanya satu meter kecilnya," ucap dia di Cirebon, Minggu (19/2/2017).

Berdasarkan litologi, menurut Agus, di lapisan sarang atau bawah banyak air yang meresap di tanah. Alhasil, lapisan sarang pada jalan tersebut tidak kuat menahan akumulasi air akibat curah hujan yang tinggi. Dia menyebutkan pada lapisan kedap dan lapisan sarang terakumulasi air yang deras karena hujan berturut-turut.

Ditambah lagi, beban yang selalu intens dilalui kendaraan, menyebabkan kondisi jalan akan mudah tergerak. Saat melakukan mitigasi terkait penyebab longsor, di bagian atas tepatnya di bawah poros sangat mudah menyerap air. Dia menemukan tanah liat hasil dari pelapukan erupsi gunung api tua dan sifatnya kedap air.

Di bagian atas, terdapat lapisan yang sifatnya adalah korus. Dia juga mengungkapkan, akumulasi air yang dibawa dari hulu juga banyak ditemukan sampah plastik dan sampah rumah tangga.

"Bisa dibayangkan lapisan kedap dan lapisan sarang di atas terakumulasi air dan tergeser selain itu beban jalan tiap hari ditekan. Satu lapisan kedap air terus ditekan oleh beban jalan dan lebih tinggi, maka akan mudah tergerak dan itu logis. Kecuali airnya dialirkan dengan benar," Agus memaparkan kondisi amblesnya jalur utama Kuningan-Majalengka.

Kondisi Drainase

Menurut Agus Budianto, amblesnya akses jalan akibat kondisi gorong-gorong dan lapisan tanah yang tidak mampu menahan akumulasi air yang tinggi dianggap logis. Dia mengatakan, salah satu penyebab utama tanah longsor adalah saluran drainase yang tidak kuat menahan akumulasi air.

"Yang jelas inti dari perbaikan adalah bagaimana air yang terakumulasi di jalan teralirkan dengan baik," Agus menambahkan.

Dari kejadian tersebut, solusinya adalah membuat jembatan agar air yang teraliri berjalan dengan baik. Dia mengaku sudah mengetahui bagaimana kondisi dan struktur tanah yang ada di lokasi longsor tersebut.

"Kita akan merancangnya dan kami juga sudah melihat bagaimana lapisan dan struktur batuan yang ada di sini," sebut dia.

Sementara itu, longsor yang terjadi di Desa Kawah Manuk, Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan membuat warga harus mengeluarkan uang lebih untuk beraktivitas. Khususnya para pelajar harus berputar melewati beberapa desa dengan menggunakan ojek.

"Ongkos ojeknya bisa sampai Rp 30 ribu, tergantung jaraknya," tutur salah seorang warga setempat, Mamat Selamat.

Dia menyebutkan, jika normalnya ongkos ojek dari Kecamatan Darma menuju ke Desa Cipasung hanya Rp 5.000, saat ini bisa sampai Rp 30 ribu. Sebab, dari Kecamatan Darma menuju Desa Cipasung harus melewati 7-8 desa ke arah Cikijing.

"Untuk ke Cipasung mutarnya dari Desa Parung, Desa Darma, Jagara, Sakerta Timur, Sakerta Barat, Sukarasa atau Paninggaran dan Cipasung arah ke Cikijing. Begitu juga arah sebaliknya dan kebanyakan masyarakat dan pelajar banyak beraktivitas dari desa tersebut, sederhananya sangat terdampaklah," kata dia.

Warga pun berharap pemerintah membuat solusi khususnya terkait aktivitas masyarakat agar tidak mengeluarkan banyak anggaran. "Anak-anak sekolah juga biasanya tepat waktu sekarang jadi terlambat tapi guru-guru memaklumi. Dibuat jembatan darurat tidak apa-apa yang penting tidak terhambat aktivitasnya," ujar dia.

Adapun dari peristiwa longsor tersebut, perbaikan jalan diprediksi membutuhkan waktu tiga bulan.

Lokasi Longsor Jadi Tontonan Warga

Longsor yang memutus jalur akses utama Kabupaten Kuningan ke Cikijing dan Majalengka Jawa Barat pada Jumat, 17 Februari 2017, sekitar pukul 05.30 WIB, membutuhkan penanganan serius.

Tim dari Badan Geologi dan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Provinsi Jawa Barat pun sibuk memantau untuk secepatnya adanya perbaikan. Amblesnya jalan utama ini memutus akses warga di Blok Wage.

Tak sedikit warga dan anak sekolah harus berputar sepanjang dua kilometer menuju sekolah di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Mereka harus melewati Bukit Panenjoan, dengan kondisi jalan yang berlumpur dan rawan longsor. Sejumlah kabel komunikasi dan kabel optik terputus, sehingga membuat listrik di sekitar warga mati.

"Kalau mau ke arah Waduk Darma harus jalan kaki lewatin bukit. Anak-anak yang sekolah di sekitar Waduk Darma juga haru lewatin bukit," ujar Sam, salah seorang warga, Sabtu, 18 Februari 2017.

Pantauan Liputan6.com di lokasi, tak sedikit warga yang datang ke lokasi melihat dan mengambil gambar. Ruas jalan sekarang terputus total, bahkan areal ambles dikhawatirkan meluas.

Longsor yang memutus jalur utama Kabupaten Kuningan ke Cikijing dan Majalengka, Jawa Barat, membutuhkan penanganan serius. (Liputan6.com/Panji Prayitno)

Longsor yang terjadi di kawasan Dusun Kliwon, Desa Kawah Manuk, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan tersebut sepanjang 20 meter di jalan utama. Jalan ambles itu memutuskan akses jalan ke Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Majalengka. Jalur tak bisa dilewati, sehingga polisi mengalihkan jalur ke desa yang lebih dekat.

Untuk kendaraan roda dua dan roda empat dialihkan dua jalur alternatif. Yang pertama dari Kabupaten Kuningan melalui Desa Karanganyar Darma-Desa Parung-Desa Cidulang-Cikijing.

Jalur alternatif yang kedua, yakni dari Kabupaten Kuningan melalui Desa Jagara ke Desa Sakerta Timur, Desa Sakerta Barat, Desa Sukarasa dan keluar melalui Desa Cipasung.

"Dua jalur alternatif ini sementara bisa digunakan baik dari Kuningan begitu pula sebaliknya," ujar Kabid Humas Polda Jabar Kombes Yusri Yunus.

Sementara, untuk kendaraan besar atau roda enam dialihkan kembali menuju Jalan Raya Caracas-Sumber Rajagaluh-Majalengka. Begitu pula arah sebaliknya.

Banjir Usai, Ular Piton Muncul

Sementara itu, banjir yang menggenangi wilayah timur Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, pada Rabu, 15 Februari 2017, tak hanya menyeret harta benda maupun sampah yang kini berserakan di area permukiman warga.

Banjir juga menyeret seekor ular piton jenis batik ke area permukiman warga di Desa Cipejeuh, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon. Ular sepanjang lebih dari tujuh meter dengan berat 50 kilometer tersebut ditangkap warga saat akan bergerak menuju sungai.

Belum diketahui asal-usul ular yang dikenal kuat dengan tenaga dan cengkeramannya itu. Kedatangan hewan melata tersebut sempat membuat warga geger dan menjadi tontonan sehari-hari. Salah seorang warga sekitar, Kamar mengatakan, ular tersebut sempat berkeliaran di tengah permukiman warga.

"Daripada kami yang jadi korban, mending kami tangkap duluan karena kondisi kampung kan lagi kotor akibat banjir," sebut Kamar, Jumat, 17 Februari 2017.

Dia mengatakan, proses penangkapan ular piton batik itu cukup lama dan membutuhkan bantuan orang banyak. Sebab, selain memiliki tenaga yang besar, kondisi perkampungan juga masih kotor dan dikhawatirkan licin.

Kamar mengaku terkejut saat pertama kali menemukan adanya ular besar di tengah permukiman warga yang terendam banjir. Dia terpaksa menangkap ular tersebut karena dikhawatirkan akan mengganggu ketenangan warga.

"Ternak warga juga tidak sedikit yang hilang tanpa jejak. Setelah ditemukan ular ini kami menduga ternak warga banyak yang hilang karena dimakan ular," ujar dia.

Usai banjir, warga Desa Cipejeuh, Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Jabar, menemukan ular piton sepanjang tujuh meter. (Liputan6.com/Panji Prayitno)

Ular piton itu sudah diamankan warga di dalam kandang besi dan menjadi tontonan. Warga pun berencana menjual ular tersebut dan hasilnya akan digunakan untuk membangun jembatan, selebihnya disumbangkan ke musala.

"Kita rundingan dulu sama warga kalau sepakat semua ular ini akan dijual. Kalau tidak ya jadi tontonan warga saja," warga itu memungkasi terkait penemuan ular piton usai banjir di Cirebon.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya