Bupati Dedi Ajari Bupati Garut Cara Melawan Perambah Hutan

Garut sempat diterjang banjir bandang yang diakibatkan kerusakan hutan parah.

oleh Abramena diperbarui 03 Apr 2017, 08:33 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2017, 08:33 WIB
Saat Bupati Dedi Ajari Bupati Garut Melawan Perambah Hutan
Garut sempat diterjang banjir bandang yang diakibatkan kerusakan hutan parah. (Liputan6.com/Abramena)

Liputan6.com, Garut - Dalam peresmian patung harimau garang sebagai pengganti si macan lucu di markas Komando Rayon Militer (Koramil) 1123 Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut, pekan lalu, Bupati Purwakarta kembali mengingatkan pentingnya harimau dan hutan bagi peradaban masyarakat Sunda.

Menurut Dedi, harimau merupakan simbol penjaga hutan. Sementara, hutan adalah sumber kehidupan bagi masyarakat Sunda.

"Dari hutan yang di dalamnya terdapat mata air, lahirlah sungai, dari sungai tersebut lahirlah bendungan. Dari bendungan itu, lahirlah peradaban pertanian, perikanan, pariwisata dan sumber kehidupan lain bagi masyarakat Sunda," ujar Dedi dalam acara peresmian, Jumat malam, 31 Maret 2017.

Menurut Dedi, hutan yang lestari erat kaitannya dengan keberadaan gunung. Gunung itu sangat melekat dalam tradisi dan peradaban orang Sunda melalui bentuk aseupan, yakni alat untuk menanak nasi yang terbuat dari anyaman bambu, yang berbentuk lancip mirip gunung.

Maka itu, Dedi menekankan bahwa hutan harus menjadi basis utama pembangunan di Jawa Barat. Ia memaparkan sejumlah strategi untuk menyelamatkan hutan sekaligus memberikan pendapatan bagi warga tanpa merusak.

Strategi pertama adalah mengangkat masyarakat yang tinggal di sekitar hutan menjadi tenaga harian lepas dengan tugas menanam pohon di lahan yang gundul setiap hari.

"Gajinya bisa Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta per bulan. Saya yakin itu masyarakat yang biasa diminta oleh para orang kaya untuk merambah hutan, paling hanya dapat Rp 1,5 juta per bulan sudah bagus. Kita pasang harga lebih besar," tutur Dedi kepada Bupati Garut Rudi Gunawan dan Ketua DPRD Garut Ade Ginanjar.

Strategi kedua bisa diterapkan setelah hutan kembali hijau. Langkahnya dengan membangun perkampungan berbasis adat Sunda dengan jumlah masing-masing dibatasi 40 rumah berarsitektur khas Sunda di setiap kampung.

Di sisi lain, anak-anak di kampung tersebut dididik pendalaman pengetahuan tentang kepariwisataan berupa Bahasa Inggris dan nilai tradisi Sunda. Cara tersebut diyakininya dapat menumbuhkan sektor pariwisata di Selatan Jawa Barat tanpa harus menggunduli hutan di sekitarnya.

"Jadi, wisatawan tidak perlu tinggal di resor. Rumah penduduk dapat sekaligus menjadi resor, ini ke depan dapat menjadi sumber pendapatan bagi wilayah Jabar Selatan," urai dia.

Konsep yang dipaparkan oleh Dedi diapresiasi oleh Bupati Garut Rudi Gunawan. Ia mengatakan terlalu kecil jika konsep tersebut hanya diberlakukan di Purwakarta atau Garut. Menurut dia, konsep ini harus diterapkan di Jawa Barat.

"Paparan Kang Dedi ini bagus untuk Jawa Barat, bukan hanya Purwakarta atau untuk saya di Garut. Saya ini kenal Beliau sudah lama. Saya banyak berguru kepada Beliau soal filosofi dan penerapan falsafah Sunda dalam kebijakan sebagai kepala daerah," ujar Rudi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya